Oleh. Sri Ratna Puri
Apa yang dirasakan, saat sedang duduk di dalam rumah, malam-malam, mati listrik? Semua jadi gelap, bukan? Apalagi mati listriknya secara tiba-tiba. Tanpa persiapan pula. Tidak punya lampu emergency, lilin, ada HP juga lowbat. Yasalam.
Aktivitas kita tentu jadi terbatas. Bahkan bila tidak berhati-hati, saat bangun dan berjalan misalnya, bisa menabrak benda yang ada di depan.
Begitu pentingnya cahaya. Kita hidup butuh cahaya. Terbayang bila di bumi tanpa cahaya sedikit pun. Menyeramkan. Semua hitam. Pengap. Gelap.
Begitu pula hati. Hati itu ibarat bumi. Harus adanya cahaya. Pelita. Bila tidak ada cahaya atau pelita, hati menjadi gelap. Hitam.
Hati yang gelap, menjadikan hidup tak ada pegangan. Tanpa tahu arah tujuan. Tersasar dalam kesesatan. Pasti berujung pada penyesalan.
Mungkin sering kita mendengar, ada seseorang yang merasa hidupnya tidak berguna. Akhirnya menjadi manusia, yang hanya bisa menghabiskan masa hidup dengan bermalas-malasan.
Sebaliknya, hati yang bercahaya, karena ada pelita di sana. Pelita tersebut bernama iman. Iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para nabi dan rasul, hari akhir, qada dan qadar.
Iman kepada Allah, menjadikan hati tunduk patuh secara penuh, pada seluruh perintah dan larangan-Nya.
Iman kepada malaikat, menjadikan hati tersadar akan adanya pengawasan, pencatatan, persaksian terhadap perbuatan yang manusia lakukan.
Iman kepada kitab-kitab, menjadikan hati tertunjuki pada arah hidup yang benar, sesuai dengan yang Allah inginkan.
Iman kepada para nabi dan rasul, menjadikan hati meneladani setiap ajaran yang pelaksanaannya telah dicontohkan.
Iman kepada hari akhir, menjadikan hati tertunjuki dan menyadari, bahwa hidup di dunia hanya sebentar. Akan ada hari akhirat yang panjang, di mana semua amal akan dipertanggungjawabkan.
Iman kepada qadla, yakni hati menerima segala ketentuan yang sudah Allah gariskan. Sedang beriman pada qadar, menjadikan hati tidak mempunyai alasan berkilah, sebab semua potensi telah ada di setiap benda. Allah yang menyediakan untuk manusia dalam memakmurkan dunia.
Hati yang gelap, karena dosa yang melekat. Padahal bila saja langsung bertobat, titik-titik dosa yang menghitam, bisa dibersihkan. Dengan istighfar dan kesungguhan tidak mengulangi dosa kembali. Seperti yang Allah firmankan dan Nabi Saw, sabdakan. Yakni di Quran surah al-Muthaffifin ayat 14 serta hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah.
Sedang keimanan sebagai pelita hati, keberadaanya mesti dijaga dengan benar. Agar tak padam. Ada lima hal yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan melakukan obat hati. Diantaranya: Pertama; Membaca Quran dan maknanya. Kedua; Salat malam. Ketiga; Berkumpul dengan orang salih. Keempat; Memperbanyak puasa. Kelima; Memperbanyak zikir di malam hari.
Wallahualam. [Ma]
0 Comments: