Headlines
Loading...
Oleh. Susilawati

Dilansir dari cnbcindonesia.com (23/10/2023), Prabowo Subianto sebagai calon presiden (Capres), dan Gibran sebagai Cawapres, secara resmi telah diumumkan. Kita sama-sama menyaksikan bahwa Gibran adalah sosok pemuda. Sosok Gibran diharapkan bisa menjadi keterwakilan dari kalangan generasi muda yang diharapkan membawa perubahan ke arah kebangkitan. 

Mereka melihat sosok pemuda memiliki banyak kelebihan. Di antaranya semangatnya masih membara, serta punya visi ke depan yang bagus. Dari sisi fisik pun diharapkan lebih cekatan dibanding kandidat yang sudah tua.

Meskipun menuai pro dan kontra dengan masuknya sosok pemuda tapi hal itu tidak menyurutkan langkah pasangan Capres dan Cawapres ini untuk tetap maju. Apalagi didukung oleh keputusan MK.

Masa muda ini tidak bisa kita pungkiri adalah masa gemilang yang akan menentukan arah pandang ke depan. Kita berharap akan lahir sosok pemuda yang bisa menjadi tonggak estafet perjuangan untuk meraih kebangkitan.

Tapi masalahnya, bisakah kita berharap kepada sistem kapitalisme yang sudah cacat dari lahir, sehingga harapan tinggal harapan? Kita lihat dari pidato yang di sampaikannya. Tetap saja menginginkan untuk melanjutkan program-program yang dilakukan oleh pemimpin sebelumnya.

Ini semua membuktikan bahwa Barat paham benar potensi pemuda ini akan menjadi aset, meskipun makna politik yang dipahami hanya sekedar kekuasaan. Barat melihat peluang itu untuk memanfaatkan potensi pemuda tadi.

Sebagai seorang muslim kita memahami benar bahwa kebangkitan itu adalah kebangkitan berfikir. Potensi pemuda juga sangat diharapkan untuk bisa menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Pemimpin yang mampu mewujudkan peradaban Islam yang gemilang.

Perlu kiranya kita memahamkan kepada generasi muda terkait makna politik yang sebenarnya. Bahwa politik di dalam Islam adalah mengurusi urusan umat dengan Islam. Sehingga generasi muda akan benar-benar paham dan mampu memperjuangkan Islam dengan benar. 

Sebagai bagian dari umat, tentunya pemuda pun bisa mengambil peran dalam menentukan peradaban. Semua berharap pada sosok pemuda, karena pemuda ini selain memiliki potensi yang besar, dari sisi fisik pun mereka masih kuat. Tak heran sosok pemuda ini menjadi incaran Barat dan juga oleh Islam sendiri.

Islam mengajarkan bagaimana membentuk karakter pemuda yang bisa berkontribusi besar kepada arah perabadan Islam yang gemilang. Pondasi utama yang harus dimiliki oleh sosok pemuda adalah keimanan dan ketakwaan. Keimanan dan ketakwaan ini  akan menjadi bekal untuk dia bisa terjun ke tengah-tengah masyarakat menjadi agen pengubah.

Pemuda yang punya dasar dalam berbuat ini akan menjadi motor penggerak, karena dengan dorongan keimanan itu dia mempunyai visi untuk ibadah.

 ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ۡتُ الۡجِÙ†َّ ÙˆَالۡاِÙ†ۡسَ اِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعۡبُدُÙˆۡÙ†ِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku."

Konsep inilah yang menjadi pondasi pemuda untuk bergerak di tengah-tengah masyarakat. Mereka akan menghadang racun-racun sekularisme yang terus mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam kehidupan. Konsep sekularisme itu sendiri adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Sekularisme meniscayakan bahwa aturan agama hanya berlaku pada ranah individu, khususnya ibadah mahdah saja. Sebaliknya, aturan-aturan agama harus dijauhkan dari ranah sosial, politik, pemerintahan, hukum, ekonomi dan sebagainya.

Saat ini politik yang hanya diartikan kekuasaan saja tentu tidak disandarkan kepada Islam. Sehingga faktanya dalam pengangkatan Capres dan Cawapres pun tidak memenuhi standar kelayakan seseorang menjadi pemimpin yang akan berjuang mengurusi umatnya. Wallahua'lam bisshawab. [My]

Baca juga:

0 Comments: