Headlines
Loading...
Oleh. Jeni Djasmar

Ada banyak istilah popular yang disematkan untuk setiap generasi yang ada. Salah satu di antaranya adalah istilah yang tengah hangat jadi perbincangan di kanal sosial media pada masa ini, yaitu Generasi Stroberi (Generation Strawberry). 

Menelusuri munculnya istilah generasi stoberi bermula dari negara Taiwan, istilah ini ditujukan untuk mengindikasikan generasi yang lahir setelah tahun 1981. Akan tetapi, istilah tersebut mengalami pergeseran penyebutan dan merujuk kepada generasi di bawah generasi milenial yang dianggap lunak seperti buah stroberi.

Generasi stroberi ini merupakan sosok generasi muda yang memiliki ide-ide brilian, kreatif, inovatif dan tidak lepas dari ketergantungan teknologi serta kemajuan sosial.

Namun dibalik ide-ide brilian pada diri mereka, sebagaimana buah stroberi dengan warna merah merona tampak menarik, namun buah ini termauk golongan buah yang manja, terkena angin sedikit saja ia akan membusuk. Dan buah jenis ini tidak termasuk buah yang tahan banting terhadap sentuhan sekitarnya. Ketika ia terkena sentuhan ataupun benturan sedikit saja maka ia akan terkoyak dan hancur.

Sepertinya pemisalan buah stroberi ini sangat tepat menggambarkan potret generasi muda kita pada masa kini, mengapa? Karena hal ini tidak dapat terlepas dari lingkungan keluarganya, masyarakatnya, dan aturan yang menaungi kehidupannya.

Banyak dari generasi muda kita, yang melampiaskan kekecewaan, kemarahan, dan ketidak mampuannya dalam memecahkan persoalan dengan berprilaku yang tidak bermanfaat bahkan cenderung anarkis serta merugikan dirinya sendiri. Diantara prilaku tersebut yang menunjukkan lemahnya jiwa serta keimanan mereka antara lain, menipu, merampas hak milik orang lain, seks bebas, flexing, tawuran, menyakiti diri sendiri, hingga bunuh diri.

Oleh karenanya tak heran jika generasi muda kita sedemikian mudahnya menjadi rapuh padahal kita hidup di dalam lingkungan yang mayoritas beragama Islam dengan kultur budaya ketimuran yang sopan santunnya tidak diragukan lagi.

Faktor penyebab munculnya generasi stroberi yang eksotik namun mudah rapuh ini ada beberapa katagori:

Pertama, peran keluarga, periayahan dari orang tua atau pola asuh (Parenting) memiliki peranan yang sangat penting untuk tumbuh dan berkembangnya karakter dan kepribadian anak. Dengan memanjakan anak ataupun kurangnya perhatian serta kasih sayang dari kedua orang tua dan keluarganya, akan mengakibatkan anak kehilangan arah karena pada saat usia mereka yang sedang mencari jati diri, mereka terarah pada hal-hal yang negatif. 

Di sisi lain minimnya pengetahuan agama dan kurangnya pemahaman akidah Islam pada diri mereka, sehingga mereka jauh dari norma aturan agama, dan membuat mereka phobia dengan agamanya sendiri. Bahkan bingung tak tau arah dan tujuan, seperti layang-layang yang terombang ambing oleh tiupan angin. 

Ditambah lagi hal yang mendasar bahwasanya tidak dapat kita pungkiri, kehidupan kita menganut sistem sekuleris-kapitalis yang melahirkan pemisahan agama dari kehidupan. Sehingga pemuda kita hari ini semakin tercerabut dari akidah Islam yang kafah, mereka mengenal aturan Islam hanya sebagian-sebagian saja.

Kedua, dengan diterapkannya sistem sekuleris-kapitalis-liberalis yang memisahkan agama dari kehidupan, menjadikan masyrakat bebas dalam bersikap dan berpendapat, sehingga membuat masyarakat menjadi individualisme dan tidak memiliki kepekaan terhadap lingkungannya, maka kontrol ditengah-tengah masyarakat memudar dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Ketiga, negara tidak menerapkan aturan yang sahih (benar) sehingga sistem sekulerisme telah  mewarnai kehidupan kita saat ini, menjadikan pendidikan agama hanyalah sebagai sebuah formalitas belaka. Kemudian akhirnya tidak ada strategi atau program yang menjadikan agama itu untuk diamalkan didalam aktivitas kehidupan sehari-hari, apalagi untuk diperjuangkan. 

Walhasil sistem pendidikan hari ini telah gagal menghasilkan generasi yang berkualitas, yakni generasi yang tidak hanya tinggi secara intelektualnya saja tetapi ia juga memiliki keimanan yang kokoh untuk bisa mengarungi kehidupannya.

Sesungguhnya Islam tidak pernah mengenal generasi stroberi, dalam Al-Qur’an hanya dikenal pemuda-pemuda yang beriman dan mendapat petunjuk dari Rabb mereka.

نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَاَهُمۡ بِالۡحَـقِّ‌ؕ اِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ اٰمَنُوۡا بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنٰهُمۡ هُدًى‌ۖ

Artinya " Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka." (QS. Al-Kahfi ayat 13).

Dalam sistem Islam akan terlahir orang-orang yang berkualitas dan juga pemuda yang berjiwa dan bermental kuat dan kstaria. Sebagaimana terjadi pada seseorang yang sangat terkenal sampai hari ini, beliau adalah Imam Syafi’i. Pada usia tujuh tahun beliau sudah tahfidz (hapal) Al-Qur’an, menjadi Imam bahasa Arab dan mampu menghapal kitab Al-Muwatto yang merupakan kitab hadits dan fiqh yang disusun oleh Imam Malik bin Anas.

Kemudian seorang pemuda bernama Muhammad Al-Fatih, pada usia tujuh belas tahun tahun, beliau sudah menjadi panglima perang dengan memiliki pasukan perang berjumlah seratus lima puluh ribu tentara. Bersama pasukannya beliau berhasil menaklukkan kota Konstantinopel sebagaimana sabda rasul saw. bahwa Kontantinopel akan ditaklukkan oleh sebaik-baik pasukan. Beliau juga menguasai tujuh Bahasa, bahkan diusianya yang sangat muda (sembilan belas tahun) beliau sudah menjadi amirul mukminin, pemimpin negara adidaya pada masanya.

Dalam sejarah Islam selain Imam Syafi’i dan Muhammad Al-Fatih sudah tentu masih banyak profil pemuda-pemuda terbaik lainnya, mereka terlahir dari rahim Islam dalam suasana penerapan Islam yang kaffah.
Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: