Headlines
Loading...
Oleh. Puspita Ningtiyas

Tidak akan pernah kehidupan itu berjalan dengan mulus dan selalu sesuai keinginan kita. Kadang kala ada batu kerikil bahkan duri yang menjadi tantangan perjalanan kita. Maka butuh strategi untuk melewatinya. Berharap jalan itu mudah, sama saja dengan mengharapkan matahari terbit dari Barat, yang mustahil akan terjadi kecuali dunia ini akan berakhir.

Pun Allah sebagai Sang Pencipta alam ini, telah menyampaikan melalui kalamNya, bahwa kehidupan adalah kumpulan dari ujian yang tujuannya untuk mengetahui siapa hamba yang terbaik amalnya. Ujian tanda sayang Allah kepada kita, karena setelah itu akan ada rapot penilaian sebelum kita naik kelas.

Namun, bukan berarti seseorang yang meyakini Allah akan hidup sengsara dengan banyaknya ujian hidup, karena di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Ada yang diberikan nikmat kaya raya, ternyata ril kehidupannya sengsara, ada yang diberi nikmat sehat pun ada yang ril kehidupannya sengsara. Sebaliknya ada yang diuji kekurangan materi, hidupnya bahagia, dan ada yang diuji sakit ternyata hidupnya juga bahagia. Inilah yang dikatakan Allah di dalam Al-quran bahwa wali Allah akan dicabut darinya rasa khawatir dan sedih hati.

"Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." (QS. Yunus 10: Ayat 62 )

Inilah kebahagiaan yang sesungguhnya ketika tidak ada rasa was was dan rasa sedih hati, dan itu bisa didapatkan dengan ilmu.

Ilmu seperti air yang menyegarkan dedaunan kering. Seperti cahaya yang menyingkap kabut penutup pandangan. Seandainya tidak ada ilmu, manusia akan berselisih tentang satu persoalan. Tidak ada aturan baku yang disepakati bersama untuk diambil dan diterapkan. Kebingungan dimana mana, pada akhirnya hawa nafsu yang menguasai merajalela.

Karena itulah, menuntut ilmu dan mengembannya lebih baik daripada fakir ilmu dan menanggung pedihnya kebodohan di kemudian hari. Allah Swt. pun menghendaki kebaikan pada diri seseorang dengan ilmu.

Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama (ini).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ilmulah anugerah yang membawa pada kebaikan, bukan harta, jabatan maupun polularitas. Maka kalau kita ikut jalan yang diberikan oleh Allah, caranya adalah mendekat dengan ilmu dan majelis-majelisnya.

Ilmu sangat dekat dengan proses keimanan. Ilmu akan memberikan landasan dalam bersikap. Ilmu akan menjadi arah saat petang melanda dan ilmu akan menjadi kerangka peradaban sebagaiman peradaban-peradaban besar yang sudah pernah ada. Satu bangsa dianggap bodoh dan kita dapati tidak ada peradaban disana, satu contoh bangsa Arab sebelum masuknya Islam menjadi bangsa yang dianggap sebelah mata karena kejahiliyahannya. Sebaliknya Romawi dan Persia gemilang dengan ilmu pengetahuan sebagai salah satu mercusuarnya. Setelah masuknya Islam, bangsa arab perlahan diperhatikan oleh dunia dengan kekuatan dan ilmu pengetahuannya. Terutama setelah Islam menyebar ke berbagai wilayah dunia, dan tiba masa seorang Khalifah bernama Harun Ar-Rasyid dimana pengetahuan menjadi pusat perhatian. Lembaga-lembaga penelitian didirikan dan menghasilkan banyak sekali ilmuwan muslim yang mewarnai bahkan menjadi pondasi ilmu pengetahuan modern saat ini.

Para ilmuwan muslim tersebut diantaranya, Ibu Haytam penemu konsep kerja lensa mata, yang menjadu dasar teori semua konsep dan alat yang menggunakan konsep lensa, seperti kamera, LCD proyektor, dan lainnya. Penemuan lain yang merubah dunia dan ditemukan juga saat itu adalah konsep sayap pesawat terbang oleh Abbas Ibn Firnas, ilmu astronomi oleh Maryam Al-Astrulabi, penemuan alat bedah, konsep dasar permesinan, penemuan angka nol, bahkan tangga nada do re mi fa so la si do penemunya adalah seorang muslim pada masa kejayaan ilmu pengetahuan saat itu. Jelas pada saat ilmu menjadi perhatian, maka dunia mampu diubah.

Sebaliknya jika ilmu diabaikan, manusia cenderung menurutkan hawa nafsunya, maka yang terjadi kerusakan. Persoalan kecil saja, sebutkan tentang membuang sampah pada tempatnya dan pengelolaannya, jika tidak didasari dengan ilmu yang benar, maka akan muncul persoalan. Jika hanya menyangkut satu persoalan saja dan tidak melibatkan banyak orang, mungkin tidak begitu besar dampaknya. Tapi coba bayangkan kalau ternyata itu persoalan besar seperti bagaimana cara mengatur ekonomi sebuah negara, tanpa ilmu yang benar, maka sebuah negara akan hancur berikut dengan bangsanya.

Oleh karena itu, setiap muslim harus terus menggunakan akalnya untuk menuntut ilmu yang benar yaitu ilmu yang bersumber dari wahyu yang turun dari Sang Maha Benar. Ilmu itu digunakan untuk mengelola bumi dan seisinya agar sesuai dengan tujuan penciptaan sehingga tercurah dari atas langit dan dari dalam bumi keberkahan yang melimpah.

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (TQS. Al-A'raf : 96)
[Rn]

Baca juga:

0 Comments: