Headlines
Loading...
Oleh. Messy Ikhsan

Sob, siapa nih yang suka jor-joran ikutan kontes perlombaan sana-sini sampai lupa tidur dan istirahat cantik di malam hari? Hehe. Siapa nih yang suka mati-matian sibuk mengumpulkan sertifikat dan beragam penghargaan bergengsi biar bisa masuk ke perguruan tinggi yang diminati? Siapa nih yang semangat menggali beragam potensi agar bisa menjaga eksistensi diri? Yuk, unjuk gigi, mana nih orangnya?

Yap, sebagian generasi muda masih meyakini bahwa prestasi gemilang bisa menjamin masa depan yang cemerlang. Mereka berharap apa yang ditanam hari ini bisa berbuah dan menuai kesuksesan di hari tua nanti. Mereka yakin bahwa usaha nggak pernah mengkhianati hasil. Ehem, emang boleh seyakin dan sepercaya itu?

Ada yang dulu selalu juara satu umum di sekolah, ikut beragam konten bergengsi sana-sini, tapi malah berakhir tragis karena tak bisa mencicipi bangku perguruan tinggi dengan beragam alasan rinci. Ada yang punya otak pas-pasan tapi bisa masuk ke perguruan tinggi terfavorit karena punya privilege orang tua kaya dan relasi orang dalam yang punya tampuk kekuasaan. Lah kok bisa?

Ada yang punya banyak skill tapi malah nggak dapat pekerjaan yang layak atau hanya jadi pemuda pengangguran. Ada yang nggak punya skill apa-apa, nggak punya sesuatu yang bisa dibanggakan tapi malah dapat amanah di perusahaan dan kantor ternama. Lah kok bisa?

Prestasi dunia yang gemilang belum tentu bisa menjamin masa depan yang cemerlang. Apalagi dalam sistem kapitalisme yang sering kali mengutamakan the power orang kaya and the power relasi orang dalam. Kita nggak bisa mengharapkan kehidupan yang baik pada sistem yang nggak baik.

Kalau nggak percaya, cobalah lihat yang terjadi hari ini. Konten-konten minim edukasi dan nirfaedah malah mendapat ruang bebas berekspresi. Konten-konten joget, umbar aurat, pacaran malah lebih gampang viral di bandingkan konten segudang prestasi. Ada apa ini? Sebenarnya serius nggak sih negeri ini mengingatkan pemuda terbaik yang memiliki prestasi cemerlang?

Punya segudang prestasi dunia itu baik, tapi akan jauh lebih baik dengan wasilah prestasi itu membuat kita semakin taat pada Allah. Masa depan terbaik bukan hanya tentang jabatan yang tinggi, harta yang melimpah, dan kehidupan dunia yang cerah. Tapi masa depan terbaik saat diri bisa mendekap rida Allah dan meriah gelar penghuni surga. Allahu akbar!

Allah berfirman yang artinya:
"Doa mereka di dalamnya ialah, "Subhanakallahumma” (Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami), dan salam penghormatan mereka ialah, “Salam” (salam sejahtera). Dan penutup doa mereka ialah, “Alhamdu lillahi Rabbil ‘alamin” (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam)." (QS Yunus ayat 10).
 [My]

Baca juga:

0 Comments: