Headlines
Loading...
Oleh. Afiyah Rasyad

Siapa, nih, yang hari-harinya selalu sibuk? Hehm, apa kalau sibuk sudah produktif? Bagaimana kalau sibuk dalam kemaksiatan? Suka hura-hura dan nongkrong enggak jelas misal? Apa bisa dibilang produktif? Enggak, dong.

Produktif itu memang menyita waktu, Guys. Apalagi jika merujuk pada makna produktif dalam KBBI, yakni menghasilkan sesuatu dalam jumlah besar. Namun demikian, tak melulu kesibukan identik dengan produktif, Guys.

Ada sebagian orang berpendapat, produktif itu saat manusia sibuk dalam ketaatan, sibuk menghamba pada Allah Taala, Zat Pencipta dan Pengatur manusia, Guys. Misal, si Fulan atau Fulanah, berkarya dalam dunia literasi, menulis untuk dakwah, membuat Kids corner untuk Halqoh Kids, ikut kajian Islam rutin, mengisi waktu dengan amalan sunah, berdakwah, dan lain-lain. Intinya, aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas yang sesuai syariat Islam, aktivitas yang bisa membuahkan pahala, Guys.

Untuk bisa produktif tentu harus ada proses, Guys. Mau makan mie instan saja kudu ada proses, 'kan? Harus buka bungkusnya dulu, masak air panas dulu. Apalagi menghasilkan sesuatu dalam jumlah besar, tentu tak semudah makan mie instan, harus melewati banyak proses, Guys. Eit, jangan khawatir, Guys. Produktif ini bisa kita jabani kalau kita take action alias enggak dipikir doang. Produktif dalam ketaatan, termasuk dakwah ini wajib ain, Guys. So, apa dong yang bisa kita lakukan agar bisa produktif? 

Pertama, kita niatkan dan bulatkan tekad, Guys. Langkah awal ini perlu pakai banget, Guys. Seberapa besar niat dan tekad kita akan memengaruhi langkah kita ke depannya. Perlu diingat, nih, niat dan tekadnya harus bersandar sepenuhnya pada Allah Swt. 

Kedua, tawakal. Tawakal ini letaknya setelah niat dan sebelum ikhtiar dan doa, Guys. Kita kudu menempatkan tawakal setelah berazam alias berniat kuat. Sebagaimana firman Allah Taala dalam surah Ali Imran ayat 159:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Apabila Engkau telah membulatkan tekad maka Bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mencintai orang-orang yang bertawakal."

Ketiga, take action. Yup, kita harus merealisasikannya dengan take action, Guys. Jika kita sudah niat belajar bahasa Arab untuk memahami Al-Qur'an dan mengkaji Islam, agar menguasai bahasa ukhuwah kaum muslim, dan bisa menjadi penghuni surga, tentu harus harus direalisasikan, 'kan? Gimana bisa bahasa Arab jika hanya niat saja. Mimpi, dong, Guys. Begitu juga dengan amalan wajib dan sunah lainnya, jangan hanya niat, tetapi kudu ada action.

Keempat, mencari teman yang taat. Teman yang taat ini bakal mendorong dan memengaruhi action kita, Guys. Teman yang taat akan terus berusaha berada dalam koridor ketaatan dan akan mengajak kita turut serta bersamanya. Apalagi Baginda Nabi telah menganjurkan kita berkumpul dengan orang saleh. Kenapa? Agar kita kecipratan dan ikut kebaikan dan kesalehan teman kita. Apalagi Baginda Nabi telah bersabda:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kelima, konsisten alias istikamah dalam ketaatan. Setan itu bakal menggoda manusia selama manusia masih bernapas, Guys. So, konsisten dalam kebenaran dan ketaatan harus menjadi perisai bagi kita, Guys.

Keenam, melanjutkan doa. Apalah kita tanpa Allah? Siapakah kita tanpa Allah? Guys, doa ini Inti ibadah. Kita kudu terus-menerus melangitkan doa agar diberikan kemudahan, kekuatan, kesabaran, dan keistikamahan dalam mengarungi produktivitas dalam ketaatan ini.

So, milenial produktif, why not? Kita harus menata diri agar terus produktif dalam dakwah dan dalam ketaatan. [Ys]

Baca juga:

0 Comments: