Headlines
Loading...
Oleh. Ayu Wandira

Hari jumat ini aku semangat sekali untuk setoran bersama ustazah, setelah salam shalat magrib tiba-tiba umi memberi kabar bahwa "mamah baru saja telepon, papah sekarang di rawat di rumah sakit Airan Raya, nanti mamah jemput kesini untuk kerumah sakit". Air mata ku langsung terjun begitu mendengar kabar itu. 

Aku langsung berdo'a tak kuasa menahan tangis sampai mata ini sembab. Teman-temanku yang juga mendengar kabar dari umi langsung memelukku dengan erat tanpa terkecuali. Hatiku terasa seperti ada sedikit rasa hangat karena teman-temanku yang selalu mengerti perasaanku. 

Tak lama setelah aku bersiap-siap, mamah datang menjemput bersama adik tercinta. 

Selama perjalanan aku terus memutar-mutar bola tasbih sambil beristighfar. 

Aku tak hanya dengan mamahku saja tapi sudah ditemani dengan umi dan juga dua sepupuku. Abi tidak bisa datang karena lagi di Padang pada kala itu. 

Aku tak berfikir banyak hal. 
Saat sampai disana aku lihat banyak keluarga dari papah yang sudah lama menunggu. Saat semua bertanya bagai mana dengan papah? Aku yang baru datang dan tidak mendengar apa-apa ini pun langsung bingung, sebab suster bilang papah sudah tidak ada, aku kira kala itu papah sudah di bawa ke RS lain, ternyata...

Aku benar-benar sedih, saat tau arti yang sesungguhnya. Duniaku serasa hancur. Tasbih yang sedari tadi kugenggam kini makin erat menempel di tanganku. Aku terjatuh lemas ke bawah terduduk sedih. 
 
Semuanya berduka atas kehilangan papah. 
Tak hanya aku yang kehilangan namun mamah, adik, kakakku juga merasakan hal yang sama. Begitu juga dengan adik papah dan kakak papah merasakan hal yang sama. 

Aku tak pernah membayangkan akan seperti ini, padahal di hari minggu aku sudah membuat rencana ingin mengunjungi papah, namun sayang Allah berkehendak lain. Allah lebih sayang papah. 

Selama di ambulance aku iringi dengan surat yasin. Ini sudah ketetapan dari Allah. 
Ini sudah Allah rencanakan, dan aku sangat yakin akan sekenario Allah. Sekarang yang bisa kulakukan hanyalah berdoa dan ziarah untuk menebus rasa sedihku. 

Tapi yang disebut kematian, semua orang akan rasakan, tinggal tunggu giliran saja kan?

Banyak yang bilang, pagi tadi papah masih bertamu di rumah. Masing-masing dari mereka bercerita. Papah masih terlihat gagah namun memang sedikit pucat. 

Yah, tidak ada yang tau kapan kita meningalkan dunia ini. Kita hanya harus menyiapkan bekal untuk di akhirat kelak. 
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? (TQS Al-Anbiya: 34). 

[ry].

Baca juga:

0 Comments: