Headlines
Loading...
Setelah Boikot Produk, Mungkinkah Boikot Ide Nasionalisme?

Setelah Boikot Produk, Mungkinkah Boikot Ide Nasionalisme?


Oleh. Ummu Shabbiya

Topik berita dan bahasan terhangat dan diberbagai platform media sosial sebulan terakhir diwarnai dengan berita genosida di Gaza Palestina oleh Zionis Israel. Setiap saat terjadi serangan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa tak sedikit. Dikutip dari laman berita CNN pada (16/11/2023), korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina bertambah menjadi 11.500 orang per Rabu (15/11). Termasuk 4.710 anak-anak dan 3.160 perempuan yang menjadi korban.

Terus digempur dari berbagai sisi, tanpa perbekalan perang yang sepadan warga Gaza hanya bisa berlari, berlindung dibalik tembok tembok rapuh untuk menyelamatkan diri. Meskipun begitu, entitas Israel tanpa kenal ampun terus mengejar, mengancam dan mengebom mereka dimanapun mereka melihat penduduk Palestina siapapun itu, tidak peduli apakah dia wanita, lansia, anak-anak, bahkan mereka menganggap  bukan menyerang manusia  akan tetapi disebutnya  sebagai hewan. Menggunakan senjata yang dilarang dunia pun tak ragu mereka lakukan, tidak peduli berapa banyak negara yang mengecam mereka. 

Telah sebulan lebih mereka berjuang tanpa kenal lelah mempertahankan negerinya. Seruan kepada para penguasa negeri-negeri muslim pun kerap terdengar namun apalah daya, hampir semua merasa cukup dengan mengungkapkan kecaman. Kehilangan harta benda bahkan nyawa, nyatanya tak cukup untuk menggerakkan hati para pemimpin yang terhormat untuk turun dan membantu perjuangan rakyat Palestina. 

Mengapa begitu? Ya. Begitulah faktanya, begitu sulit membuat mereka mau bergerak nyata, karena banyak hal. Tersandera oleh hutang kepada Barat membuat mereka tidak punya pilihan lain selain mengikuti maunya Barat. Kesepakatan atas hutang yang membuat para pemimpin kaum muslimin tak punya cukup power untuk berbuat lebih. 

Faktor lain, lemahnya ikatan ukhuwah islamiyah, karena sekat nasionalisme membuat mereka berpikir dua kali untuk terlibat konflik di negara lain, meskipun mereka sama - sama Muslim. Sibuk dengan urusan negara masing-masing sehingga abai dengan rintihan dan teriakan saudara seimannya yang telah kehilangan segala-galanya kecuali iman didalam dada. 

Pun telah nyata penyakit Wahn merajalela pada diri para penguasa dan umat Islam saat ini. Meninggalkan jihad, sibuk mengumpulkan harta, menempuh segala cara mendapatkannya yang halal maupun haram, menuhankan jabatan lebih mereka utamakan daripada harus ikut menanggung derita sesamanya. 

Sudah saatnya umat Islam sadar bahwa sekat negara yang dirancang oleh Barat pasca runtuhnya Khilafah Utsmani adalah cara agar mereka mudah menjajah dan menguasai suatu negeri. Ide nasionalisme inilah yang membuat keinginan membantu saudara kita disana menjadi sulit untuk diwujudkan. Maka seharusnya bukan hanya produk-produk Zionis Israel dan pro Zionis yang kita boikot namun ide Nasionalisme ini pun harus kita boikot, kita enyahkan agar kaum muslimin tak lagi terpecah-pecah dan bisa bersatu dalam satu komando, satu naungan.

Umat Islam wajib menjadikan Islam sebagai Ideologi yang memimpin cara berpikir, sehingga pemikiran-pemikiran asing tak lagi mendapatkan tempat dihati kaum muslimin. Umat wajib bersatu padu, saling melindungi, saling menjaga dari berbagai serangan, jajahan dan kedzaliman kaum kuffar saat Umat Islam lemah. 

Wallahu a'lam bi showwab.

Baca juga:

0 Comments: