motivasi
Yang Muda Yang Terdepan
Oleh. Netty al Kayyisa
Begitu seharusnya. Begitu selayaknya. Karena yang muda harusnya tenaganya lebih besar dan kuat. Asal tidak dirusak oleh makanan atau kebiasaan haram. Khamr, narkoba dan semacamnya.
Yang muda yang terdepan. Begitu semestinya. Karena akalnya sedang kuat-kuatnya. Melibatkan setiap kejadian dengan informasi yang didapatkan.
Tapi faktanya tidak demikian. Yang muda justru banyak teracuni pemikirannya. Dengan ide-ide sesat di luar Islam yang ada. Kebebasan, hak asasi hingga feminisme terjadi. Ditambah moderasi dengan dalih toleransi tak bertepi. Mencampur adukkan pemahaman Islam dengan agama lain. Menganggap Islam tak lebih tinggi dari agama lain. Menganggap semua agama sama. Bahkan tak segan menodai agamanya.
Yang muda yang terdepan. Demikian seharusnya. Dalam shof-shof di masjid dan majelis. Dalam mimbar-mimbar kebaikan yang penuh barakah.
Faktanya berkebalikan. Masjid hanya untuk kaum jompo saja. Yang mereka pikir akan lebih dulu meninggalkan dunia. Padahal ajal tak memandang usia. Bisa jadi yang muda lebih dulu dipanggilNya. Nah apa mau dikata?
Majelis ilmu pun didominasi jika tidak anak-anak kecil, maka para sesepuh yang haus ilmu meraja. Sementara anak mudanya? Mereka sibuk nongkrong di cafe dengan dalih mengerjakan tugas dari kampus atau sekolahnya. Yang ada malah gojekan ga jelas kesukaannya.
Yang muda yang terdepan. Begitu seharusnya. Dalam menerima seruan. Dalam berjuang menegakkan Islam. Sebagaimana yang Rasulullah dan para sahabat contohkan.
Lihatlah siapa yang pertama kalian menerima seruan. Sepupu beliau Ali bin Abu Thalib namanya. Berapa usianya? Menginjak delapan tahun yang tentunya masih muda. Tapi bisa mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Beriman pada Rasul mulia. Yang bahkan ditentang oleh keluarga dan kolega.
Ali bin Abi Thalib simbol kecerdasan dan keberanian seorang pemuda. Rasulullah tak segan memuji kepandaiannya. Dan memberi amanah mulia menjadi muawin tanfidznya.
Bahkan rumus kecerdasan Ali bin Abi Thalib seharusnya dipegang oleh kaum muda hari ini.
"Orang yang cerdas adalah yang memikirkan kampung akhiratnya"
Ali bin Abi Thalib simbul keberanian. Setiap peperangan tak pernah terlewatkan. Dan yang paling fenomenal, menggantikan Rasulullah di tempat tidurnya, kala rumah baginda dikepung penduduk Quraisy yang ingin membunuhnya. Apa konsekuensinya? Bisa jadi Ali yang akan dipenggal oleh mereka.
Lantas pemuda hari ini, apa yang fenomenal baginya? Bisa menaklukkan cewek incarannya, atau mencapai IPK Cumlaude, menghasilkan omset ratusan juta atau apa?
Sungguh jauh berbeda.
Lihatlah siapa yang menjadi duta Islam pertama. Mush'ab bin Umair pahlawannya. Dari hidup yang serba kaya raya, wajah tampan tak terkira, pakaian bagus dari sutra, bahkan minyak wanginya bisa tercium hingga jarak tak terhingga, rela melepaskan semuanya demi keimanan kepada Rabbnya.
Meski ibunya memohon, mengiba, menangis dan mengancam akan membunuh jiwanya, Mush'ab tak bergeming. Dia tetap teguh di jalan Islam dan iman.
Hingga Rasulullah menjatuhkan pilihan. Pada pemuda tampan untuk menyampaikan Islam di Yasrib. Bukan. Bukan sekedar ketampanan yang bakal menarik semua orang. Tetapi kefasihan pada lisan agung penuh dengan Al-Qur'an.
Dan pilihan Rasulullah tak pernah salah. Hanya dalam satu tahun, tak ada rumah - rumah di Madinah yang tak membicarakan Islam. Mush'ab berhasil menundukkan penguasa Aus dan Khajraj agar masuk Islam. Maka pengikut mereka pun tundul pada kebenaran.
Wahai pemuda, tak penasarankah kalian dengan apa yang Mush'ab sampaikan? Ada apa pada lisannya hingga mampu menarik massa pada kebenaran?
Bukan lisan-lisan yang hanya bisa menyemburkan gombalan-gombalan. Kata-kata puitis penuh rayuan dan tipu muslihat syahwat. Dan ini kondisi pemuda hari ini.
Wahai yang muda, harusnya kalian yang terdepan. Dalam setiap kebaikan. Persiapkanlah dari sekarang. Tak ada kata terlambat atau penyesalan. Mulailah dari sekarang atau engkau akan menyesal. Saat waktu pulang sudah menjelang. Kalian tak akan bisa bersembunyi atau menunda datangnya ajal.
Wahai yang muda, harusnya kalian yang terdepan. Dalam upaya menegakkan Islam. Mengembalikan izzul Islam wal muslimin. Mewujudkan ketenangan dan kedamaian abadi, dalam naungan panji Illahi.
Wahai pemuda, siapkah kalian?
[Rn]
0 Comments: