motivasi
Alah Bisa karena Biasa
Oleh. Sri Ratna Puri
Jangan langsung berkata tidak bisa. Apalagi belum pernah mencoba. Coba saja. Selagi agama tidak melarangnya. Bukankah semua, apa pun itu, berawal dari tidak bisa. Lalu ada awalan untuk memulai.
Meski setiap manusia mempunyai kecenderungan atau muyul yang belum tentu sama, setidaknya pada hal-hal yang diperbolehkan ada keinginan untuk melakukan. Minimal, sebagai bahan untuk belajar atau menambah pengalaman.
Terlebih pada hal yang diperintahkan Allah Swt, semisal di saum Ramadan. Sebagai seorang muslim, ada yang ringan melaksanakan, ada yang berat melaksanakan. Bagi yang berat, awalnya ada paksaan, seiring berjalan waktu, akan terbiasa.
Seperti halnya batu. Benda padat yang sukar untuk ditembus. Tapi bila ditetesi air terus menerus, maka permukaan yang keras perlahan melunak dan akan meninggalkan bekas. Yakni terbentuk lubang.
Begitu pun mungkin kita, ketika belum melaksanakan menutup aurat dengan busana takwa. Merasa gerah, minder, terkekang aktivitas, dll., tapi setelah hari pertama dilalui, keesokan harinya lebih percaya diri. Dan ketakutan tadi, hanya masalah persepsi. Allah tidak mungkin membebani di luar kapasitas diri.
Pun ketika kita coba berbenah diri, dengan menghilangkan kebiasaan buruk. Misalnya, terbiasa mengumbar masalah internal keluarga di sosial media. Lebih ke dorongan cari pengakuan. Ingin selalu eksis. Di setiap ada yang tak sepaham, langsung dipajang di beranda akun yang ada. Padahal, Allah telah menutupi aib hamba-Nya, malah kita umbar semaunya. Mulai menyaring, memilah dan mengenyahkan dorongan memosting konten tak faedah.
Masalah itu ujian. Allah memerintahkan kita untuk menyelesaikan masalah dengan aturan-Nya. Sabar, tawakal baru qanaat atau menerima keputusan syariat. Maka belajar ilmu penyelesaian masalah, lalu mempraktikkannya, membutuhkan perjuangan. Maka marilah mengawali dan membiasakan diri. Tahan jari untuk mengeksploitasi masalah pribadi.
Banyak contoh lain, seperti tukang becak, tukang kuli angkut di pasar tradisional, tukang lipat produk makanan di pabrik-pabrik secara manual. Mereka bisa kerja cepat dan tepat. Bandingkan dengan orang berprofesi kantoran, bila mereka bertukar peran, tentu membutuhkan waktu panjang untuk menyelesaikan tugasnya.
Di komunitas SSCQ. Para sahabat yang mengikuti program ODOJ Plus Plus, banyak yang cerita, bahwa di awal-awalnya merasa tertatih menyelesaikan tantangan satu hari satu juz. Namun, itu awal. Kian hari kian menikmati. Merasa ada yang kurang, bila target belum tertunaikan. Akhirnya, ketika tantangan berakhir, banyak yang mendaftar ingin ikut lagi.
"Alah bisa karena biasa". Peribahasa yang pas untuk mengingatkan kita. Menyemangati. Seperti beberapa kisah di atas. Bahwasanya segala sesuatu jadi ringan, karena kita sudah terbiasa melakukan. Rumusnya, hadirkan Allah, karena ingin mendapat rida Allah!
[Ys]
0 Comments: