Headlines
Loading...
Oleh. Ramsa

Dear Ibu,

Ibu apa kabarmu sekarang? Semoga engkau sehat, dan diberi kekuatan dan bahagia selalu. Ibu maafkan aku yang belum bisa utuh menemani di masa tuamu. Kalau mau jujur aku sangat ingin pulang ke kampung kita, menjalani hari bersamamu dan kakak-kakak yang lainnya. Namun, aku sudah ditakdirkan tinggal jauh darimu, maka biarlah doaku yang selalu menyertaimu.

Ibu aku rindu memelukmu, berbagi cerita dan pengalaman denganmu. Ibuku kau wanita kuat dan pahlawan bagiku. Aku takkan mampu membalas semua pengorbananmu.

Ibu aku rindu senyummu. Rindu melihat tawamu. Rindu menceritakan resah gelisahku. Lama tak bersua denganmu. Ada banyak rasa di hatiku. Andai waktu bisa diputar tentu aku akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama engkau. Maafkan aku yang tak bisa menemani masa-masa tuamu. Maafkan anakmu yang tak mampu menghadirkan tawa bahagia di hari tuamu.

Ibu, cinta kasihmu kepada anak-anakmu tak terhingga sepanjang masa. Tak ada yang bisa menggantikan kasih sayangnya. Dia bersinar walau tanpa cahaya. Lelahnya, kuyupnya tak meminta imbalan jasa. Kala air matanya tumpah, menandakan dalamnya cintanya pada si buah hati. 

Begitu banyak kisah-kasih bersama Ibunda tercinta. Masih ingatkah Ibu waktu kecil kita hidup di tengah kebun, tinggal dalam gubuk bambu. Hidup bermodal hasil alam. Makan daun singkong dan umbi-umbian. Cari ikan lalu dimasak sendiri. Saya baru menyadari bahwa kondisi waktu merupakan pendidikan keterampilan agar siap hidup dalam kondisi sesulit apa pun. Kini aku bisa merasakan buah pendidikan tersebut.

Ibu Teladan Kesabaran

Menjadi ibu sangat butuh kesabaran. Butuh kekuatan dan visi misi yang tegas. Itu pelajaran yang saya dapat darimu. Walau tanpa berpanjang kata, engkau mengajariku akan kasih sayang, kesabaran, kekuatan dan percaya diri. Karena didikanmu aku tumbuh jadi anak yang kuat dan lebih dewasa dibanding anak lain seusiaku. 

Ibu kesabaranmu menjalani terjalnya ujian kehidupan, mengajari aku akan kerasnya hidup ini. Pelajaran itu menjadikanku sabar dalam melawan kerasnya zaman. Tak boleh mengeluh dan tetap melangkah. Hidup di zaman yang serba mudah, serba instan, seakan serba boleh, jauh dari norma dan ajaran agama. Mirisnya, masyarakat jauh dan lemah dalam ilmu syariat. Sungguh tantangan luar biasa. 

Ibu kuatnya bahumu menanggung beban berat membuatku malu, aku belum sekuat Ibu. Aku teringat dua tahun lalu saat aku pulang menemuimu dalam keadaan lemas di rumah sakit. Hatiku sedih, namun doaku tetap mengangkasa. Doaku terus kudengungkan setiap sujudku. Alhamdulilah Dia Maha Baik, sungguh Allah sayang padamu, engkau sembuh dengan kondisi sedikit "pikun". Terkadang kamu ingin pergi jauh mencari rumah yang lama kau tinggalkan. Kamu merasa asing dengan rumahmu sendiri.

Terkadang Ibu berbicara yang tidak jelas arahnya. Namun jeda waktu beberapa bulan, ingatanmu bisa normal lagi. Subhanallah. Semua nikmat dari Allah. Allah subhanahu wa taala Maha Pemberi dan Maha Tahu hakikat suatu kebaikan.  

Ya Allah di masa tua Ibuku semoga dia tetap kuat dan tetap dalam iman. Ya Rabbana jadikan Ibuku wanita yang bahagia dalam kesederhanaan. Berilah ia kemudahan menjalani hari tuanya. Beri dia keberkahan usia dan iman yang kokoh. Ya Allah aku sangat mencintai Ibuku, berilah ia kesabaran, ingatan yang kuat. Mudahkan ia melawan pikun dan jadikan dia orang tua yang bahagia di hari tuanya. Berilah Ibuku kekuatan ingatan dan bisa hafal lagi zikir dan doa singkat, berikan ia keceriaan, jauhkan dari masalah dan musibah.

Ya Allah dengarkan untaian doaku untuk Ibunda tersayang, semoga Ibunda senang mendengarnya.

Duhai Ibuku engkau ibarat kaca dalam hidupku. Hadirmu jadi pelita dalam kegelapan ilmuku di kala itu. Di kala aku masih belum tahu cara jalan yang baik, lalu aku pengin pintar dan kamu tak bosan mengajariku. Ibu ingatkah kala aku selalu dipanggil untuk "injak-injak" paha atau anggota tubuhmu yang kaku karena terlalu berat memikul beban. Akulah yang kamu andalkan dalam melemaskan ototmu. Terkadang kau jalan kaki hingga berjam-jam demi menjajakan jualan. Jualan yang khas dan unik, yaitu jualan nasi bambu. Aku ingat kala sore hari sering kali membersihkan tempurung kelapa, membersihkan beras dari padi dan ini semua kujalani dengan penuh harapan, semoga laris, besok bisa jualan dan dapur bisa "ngepul" lagi. Pengalaman dan pengalaman akhirnya menjadi cambuk dan perisai saya menjalani kehidupan.

Dear Ibuku, 
Kini hanya doa-doa yang terus kupintakan kepada Allah Swt. agar engkau kuat lahir dan batin. Fisikmu sehat, jiwamu bersih. Dengarlah kata-kata dan nasihat anak-anakmu yang bersamamu, karena mereka sayang padamu. Ibuku sayang, saya terus memohon pada Allah semoga engkau dilindungi dari segala penyakit, keburukan dan kegelisahan. Semoga kelak kamu disayangi orang-orang di sekitarmu. Ya Allah ya Rahman ya Rahiim jadikan Ibu hamba penuh kasih sayang, beri ia kekuatan besar dalam menjalani sisa usianya. Berikan ia husnul khatimah kelak saat Engkau berkehendak. Sehat selalu dan tetap berguna buat sesama.

QS. An-Nisa' ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِۦ شَيْئًا ۖ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا وَبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِينِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنۢبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمٰنُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Artinya:
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." 

Semoga engkau menjadi ibu dan bidadari yang terindah dari dunia hingga akhirat. Hormat dan sayangku berlimpah untukmu Ibuku. Semoga Allah menjagamu selalu.  Salam sayangku selalu. [An]

Baca juga:

0 Comments: