Headlines
Loading...
Oleh. Iha Bunda Khansa

Entah mulai dari mana bertutur tentang sosok wanita mulia dan tangguh, wanita yang telah melahirkan, membesarkan dengan cinta, kasih sayang tanpa pamrih. 

Ibuku wanita sederhana, aku memanggilnya "Emak", dan anak-anakku memanggilnya  Emak Haji. Alangkah bahagianya saat kesempatan berkumpul biasanya Idul Fitri dan jika ada kesempatan pulang kampung.

Banyak cerita cinta bersamanya, beliau Ibu yang selalu hadir kala anak-anaknya membutuhkan. Aku salah satu wanita yang beruntung lahir dari rahim Ibu yang tangguh dan tentunya sabar. Betapa bahagianya aku terlahir sebagai anak sulung, adik-adikku dua perempuan dan dua laki-laki.
Kasih Emak tak pernah habisnya  sejak kecil sampai kini jelang usiaku hampir  di angka enam.

MaasyaAllah... Tabarakallah Emak, doaku tak pernah putus dalam sujudku. Inginnya sering menemani di hari-hari tuanya, namun ada kewajiban lain yang harus aku tunaikan. Bersyukur masih ada  adik-adikku dan cucu-cucunya bergantian menemani.

Masa Kecil Penuh Warna

Alhamdulillah, rasa syukur aku dibesarkan oleh kedua orang tua yang memperhatikan pentingnya pendidikan agama.
Ayahku biasa kupanggil  Mama' menyekolahkanku di Madrasah Ibtidaiyah di kampungku, dan memanggil guru ngaji. 
Walaupun Emak dulu dijodohkan dengan Mama', tapi keduanya saling mengasihi, Emak menurut saja dengan perjodohan itu, padahal Emak masih sekolah kejuruan di kota kabupaten setingkat SMA.

Seringkali Emak cerita, Mama' tiada duanya, tak pernah sehari pun meninggalkan tilawah Al-Qur'an, sejak pengantin baru Emak menemani dipangkuan Mama' sambil mendengarkan lantunan ayat -ayat cinta-Nya. Aku tersenyum mendengar cerita Emak, entah sudah berapa kali Emak cerita, sungguh Emak begitu sayang. Memang benar kebiasaan tilawah tiap hari kusaksikan sendiri, Mama' selalu bangun malam membaca Al-Qur'an dan salat tahajud. 

Qadarullah, Mama' kembali pada Allah  dua belas tahun lalu, kami kehilangan sosok ayah yang hebat . Alhamdulillah sampai saat ini di usia senja 80 tahun Emak masih cukup kuat walaupun sering juga merasakan keluhan kaki yang kram dan sakit. Kesendirian Emak terhibur anak-anak dan cucu-cucu dan cicitnya yang dekat. Tiada putus doa dan hadiah untuk Mama' terkasih.

Aku yang merantau ikut suami tentu tidak selalu menjaga Emak di hari tuanya. Rasa rindu dan kangen ingin menemaninya kadang kutempuh perjalanan darat  hampir 8 jam.

Cinta Cucu

Kebahagiaan terpancar saat aku jelang kelahiran anak pertama, Emak dari kampung datang menemaniku. Emak dengan sabar menemaniku saat aku merasakan gelombang cinta melahirkan putra pertama, dengan kasih sayangnya Emak menghibur agar bersabar.

Maasyaallah ... Merasakan perjuangan seorang ibu saat melahirkan, aku membayangkan Emak waktu melahirkan diriku 58 tahun yang lalu. 
Tak lupa sebelum masuk ke ruang bersalin, aku mohon maaf dan doa agar aku diberikan kelancaran. Perjuangan ibu melahirkan tentu taruhannya nyawa, berjuang agar lahir selamat baik ibu dan bayinya.

Tercermin rasa syukur Emak, saat menyaksikan perjuangan anak pertama melahirkan normal, padahal dokter sudah menyarankan untuk operasi, risiko melahirkan anak pertama di usia jelang 37 tahun.  Alhamdulillah … putra pertamaku lahir selamat ditemani Emak juga ibu mertuaku yang sabar mendampingi dan membantu proses kelahiran.
Masih ingat ya Mak, sempat ada kekhawatiran dan hampir dibawa ke rumah sakit, karena kondisiku yang lelah  semalaman kontraksi  tapi tidak ada pembukaan  juga pas bayi lahir tidak  menangis, Emak yang menghibur dan memberitahu bahwa di punggung bayi ada  tanda lahir hitam.

Itulah kisah dua puluh dua tahun lalu , Emak masih kuat perjalanan jauh, usia Emak saat itu  seusiaku ... sehat, Allah memberikan kesempatan menemani cucunya yang ke-lima, bukan cucu pertama, karena dua adikku lebih dahulu menikah dan dikaruniai anak laki-laki dan perempuan.

Pantaslah jika Islam memberikan posisi utama pada ibu, seorang anak harus berbakti dan menyayangi kedua orang tuanya terutama ibu.
Allah berfirman dalam surah Lukman ayat 14 yang artinya:

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."

Perintah untuk berbakti pada ibu tidak hanya diabadikan dalam Al-Qur'an, namun dalam hadis dari Abu Hurairah ra. berkata: 
 "Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, 'Ya Rasulullah siapakah orang yang paling berhak aku layani (patuhi)?' Jawab Nabi saw., 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa lagi?' Jawab Nabi saw., 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa lagi?' Jawab Nabi saw., 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa lagi?' Jawab Nabi saw., 'Ayahmu." (HR Bukhari & Muslim).

Menyadari betapa besar pengorbanan seorang ibu, tak pantas jika ada seorang anak yang sampai tega mengusir bahkan membunuh ibunya, mereka yang melakukan itu seolah tidak  ingat bahwa anak harus birul walidain (berbuat baik pada kedua orang tuanya).
Aku berlindung pada-Mu dari perilaku buruk terhadap orang tua, terutama ibu .

Maafkan ya Mak, aku anakmu belum banyak berbuat baik dan membantu Emak baik materi dan perhatian, ingin rasanya Emak tinggal bersamaku, namun Emak tidak mau merepotkan.

Kisah yang tak akan pernah lupa sampai kapanpun, ketika aku membutuhkan Emak hadir di waktu yang tepat. Enam belas tahun yang lalu di tahun 2008, dua wanita hebat, ibuku dan ibu mertuaku, menemani dalam perjalanan menuju rumah sakit di tengah malam, karena aku sudah mulai proses melahirkan.

Allah Mahakuasa dan Maha Pengatur, dimudahkannya kelahiran yang ketiga, putri cantik yang saat di USG dokter belum  terlihat, dan prediksi laki-laki. Persalinan normal yang paling mudah dan cepat. Maasyaallah ... saat itu suamiku tidak ikut ke rumah sakit karena harus menemani dua anakku.
Emak yang melantunkan azan di telinga putriku. Semua bersyukur, harapanku terkabul dianugerahi anak perempuan yang kunanti bertahun-tahun.

Masih ingat Emak menemani dan menggendong cucunya sambil  terus diperdengarkan murotal. Lebih dari sebulan Emak di rumahku. Kami bersyukur bertambah satu anggota keluarga bidadari cantik salehah.

Qadarullah, tahun lalu tepatnya enam belas bulan yang lalu, Emak kehilangan salah satu cucu perempuan, bidadariku lebih disayang Allah daripada kami orang tua, neneknya dan keluarga besar kami.
Innalilahi wa inna ilaihi raji'un.
Bidadariku menghadap Allah di usianya jelang lima belas tahun.
Raut sedih terpancar di wajah Emak, hadir saat putriku sudah dikafani, kupeluk Emak, kumohon doanya agar putriku wafat husnul khatimah, ahlul jannah dan kami diberikan kesabaran dan ikhlas menerima qada Allah.
"Kullu nafsin dzaiqatul maut."
Jika ajal telah menjemput tak ada satu pun yang mampu menghalangi, Allah memilih putriku yang usianya masih muda lebih dulu pulang.

Kesedihan Emak pertama kali kehilangan cucu yang menemaninya saat lahir ke dunia 
Kami semua rindu, hanya doa kelak kami dipertemukan di surga-Nya. Dan semoga Emak sehat, diberikan ketenangan dan berkah di usia senjanya lebih taqarub pada Allah. Aamiin ya Allah. [An]

Baca juga:

0 Comments: