Headlines
Loading...
Oleh. Elia Ummu Izzah

Ibu adalah sosok yang saya kenal pertama kali dalam hidup. Bagaimana tidak? Beliau adalah yang telah berjuang untuk keberadaan saya di dunia ini. Selama 9 bulan dikandungan, saya dibawanya kemana-mana. Bisa kita bayangkan atau coba rasakan, kalau si jabang bayi bobotnya 3 kg saja, maka akan terasa berat untuk memikulnya. Namun berbeda dengan sosok seorang Ibu. Iya dengan tabah dan ringannya membawa si jabang bayi kemana sang Ibu pergi.

Perjuangan seorang Ibu pun tidak berhenti sampai disitu saja. Pada waktu melahirkan lebih berat lagi. Laksana jihad di medan pertempuran. Taruhan nyawa untuk melahirkan anak-anaknya. Bila anak telah lahir, tangisan buah hatinya menghilangkan semua kesulitan, kesakitan dan penderitaannya. Tiada terasa. Muncullah rasa bahagia yang tak terkira. Bersyukur sekali. MasyaaAllah... amanah anak telah diberikan oleh Sang Pencipta Makhluk. Allah Tuhanku.

Ibu memang sosok yang diberikan kekuatan oleh Allah untuk menjadi kuat. Bukan orang lemah, bulan orang yang gampang menyerah. Bukan pula orang yang selalu mengeluh atau bersedih dengan keadaan. Dipundak Ibulah tergambar semangat dan daya juang yang tinggi. Demi buah hatinya, demi anak-anak yang selalu dikasihi dan disayanginya.

Ibu tentunya juga merupakan salah satu tokoh penting yang berada dalam suatu keluarga. Selain bertugas untuk menjaga dan merawat anak-anaknya, seorang Ibu juga berperan sebagai pendidik pertama bagi mereka, yang dimana ini menjadi hal penting, karena pendidikan pertama yang diperoleh anak akan menjadi landasan utama dalam proses keberlangsungan hidup mereka selanjutnya.

"Seorang Ibu memiliki peran penting dalam mendidik anak-anaknya. Jika ia memainkan peran tersebut dengan baik, kelak ia akan memetik buah manisnya dari sang anak berupa ketaatan, birrul waalidain, dan kesuksesan. Namun jika ia menyia-nyiakannya, kelak ia hanya menuai kedurhakaan dan sikap kurang baik dari anaknya", demikian yang dikatakan oleh Ustadz Sa’ad Karim dalam bukunya "Nashaih lil aabaa ‘Qabla ‘Uquuqil Abna’".

Peran paling mendasar yang dimainkan seorang Ibu di antaranya adalah sebagai sosok pendidik yang utama dan pertama. Karena Ibu akan menanamkan norma-norma luhur dan budi pekerti mulia, maka dalam dirinya ia tanamkan karakter tersebut terlebih dahulu. Bisa dibayangkan, orang yang tidak memiliki sesuatu, maka tidak mungkin bisa memberikan sesuatu kepada orang lain. Oleh karena itulah, ia harus terlebih dahulu menanamkannya pada dirinya sendiri. Dan setelah ia berhasil menanamkan hal tersebut pada dirinya, barulah ia semai kepada anak-anaknya kemudian.

Alqur'an telah menentukan karakter seorang Ibu yang baik dan salihah tersebut dalam firman Allah swt. yang artinya:

“… Maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara mereka…” (TQS. An-Nisa: 34). 

Selain menjadi wanita yang taat kepada Allah swt. dan pandai dalam menjaga diri, seorang wanita seharusnya membesarkan anak dengan penuh kasih sayang, dan mencurahkan segenap perhatiannya dalam mendidik si buah hati.

Nabi SAW pernah memuji wanita Quraisy karena kasih sayang yang mereka berikan kepada anak-anak. Beliau bersabda, “Wanita Quraisy adalah wanita Arab terbaik. Merekalah yang paling belas kasih terhadap anaknya, dan paling perhatian terhadap urusan suaminya.”

Oleh karena itu, seorang istri salihah yang taat beragama lebih afdhal dari istri lainnya, serta lebih cocok untuk diajak membangun rumah tangga yang baik dan melahirkan anak-anak yang salih dan salihah.

Selain Salihah, wanita juga seyogyanya melekatkan dirinya dengan karakter baik. sebagaimana Allah sampaikan dalam Alqur'an yang artinya, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (TQS al-Isra:7).

Sebagai diri atau pribadi, sebagai ibu, sebagai istri, sebagai wanita yang mempunyai peran dalam profesi, peran dalam masyarakat maka kebaikanlah yang akan dilakukan dimana saja dan kapan saja waktunya.

Imam Syafi’i berkata pula, “Biarlah mereka bersikap bodoh dan menghina dan tetaplah kita bersikap santun. Gaharu akan semakin wangi ketika disulut api”.

Maka jangan bosan untuk berbuat baik, dan jangan pernah berhenti untuk menjadi baik. Allah pun memberikan balasan pahala atas kebaikan insan ciptaannya. Sebagaimana dalam firman Allah yang artinya :

Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik,(TQS az-Zumar 39:34).

Demikianlah para wanita dan para Ibu, tetaplah untuk menjadi Ibu yang baik dan salihah, karena Allah akan memberi rahmat dan kasih sayangNya. [ry].

Baca juga:

0 Comments: