Story Telling
Ijinkan Aku Mengenang Kasihmu, Ma
Oleh. Eka Suryati
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Bismillahirrahmanirrahim
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ma, cintamu hadir di hatiku. Tak mampu kuganti dengan apapun. Setiap kata yang terucap dan sempat menggores hatimu, setiap itu pula kau hapus dengan sejuta maafmu. Entah bagaimana kulukiskan sabarmu Ma, saat kau asuh kecilku yang mungkin selalu menyusahkanmu.
Ma, saat itu mungkin aku tak bisa memahami doa yang kau langitkan, namun getarnya sampai kini tetap terasa.Hidupku indah terasa berkat pintamu untukku pada Allah yang Maha Kuasa.
Ibu dalam hal ini kupanggil dia Mama adalah pahlawan tanpa tanda jasa, sosok yang tiada hentinya berjasa pada kita anak-anaknya. Dalam pelukan hangatnya, aku mendamba. Ia adalah sentuhan pertama, senyum pertama, dan cinta yang tak terhingga yang hadir menemani saat hanya tangis yang dapat kuperdengarkan sebagai tanda hadirnya diri di dunia ini. Dalam setiap bait doanya, mama telah merajut kisah hidupku dengan kasih sayang dan keberanian. Mama tak pernah takut melalui setiap tantangan karena ia adalah pilar yang kokoh yang mampu melindungi. Bagaikan sang nahkoda yang menuntun kapalnya melintasi badai, Mama telah membimbing langkah-langkah kecilku dengan ketabahan dan kesabaran. Dalam setiap langkah, aku merasakan sentuhan kasih sayangnya, sebuah pelajaran tentang kehidupan yang tak ternilai harganya. Mama, sosok yang tak tergantikan, telah melahirkan bukan hanya raga anak-anaknya, tetapi juga menempa kekuatan, menularkan tekad, dan memberikan cinta yang kelak akan membentuk karakter si buah hatinya.
Setiap kali menceritakan tentang Mama, rasanya tak akan pernah habis-habisnya segala pujian yang dapat kita berikan pada sosok yang telah melahirkan kita dengan segala daya upaya yang ada padanya sehingga anak-anaknya hadir sebagai amanah terindah dalam hidupnya. Mama memang sosok yang luar biasa. Dibalik semua kelemahlembutannya mama bisa dan mau melakukan apapun demi anak-anaknya yang menjadi permata hatinya. Tawa anaknya maka bahagia akan dirasakan oleh sang mama, tangis anaknya bukan main rasanya bagi Mama akan menjadi tangis sedih sebagai ungkapan duka laranya. Mama memang begitu, lebih mengutamakan kebahagiaan anak-anaknya dibandingkan kebahagiaannya sendiri. Entah dengan apa anak-anak akan membalas semua jasa Mama terkasih.
Allah Swt berfirman dalam QS. Luqman ayat 14-15 yang berbunyi:
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
Wa wassainal-insaana biwaalidaiih, hamalat-hu ummuhu wahnan 'alaa wahniw wa fisaaluhu fii 'aamaini anisykur lii wa liwaalidaiik, ilayyal-masiir.
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Ketika membaca surat Luqman ayat 14-15 aku merenung akan jasa mama padaku dan adik-adikku. Sangatlah pantas kalau Mama diberi penghormatan yang lebih karena mama sudah mengandung diri ini dalam keadaan yang bersusah payah, sering menemui rasa tidak nyaman, mengalami gangguan-gangguan seperti mual, tidak napsu makan dan banyak sekali kesakitan-kesakitan yang dialaminya dari mulai awal mengandung sampai mendekati kelahiran sang buah hati bahkan sampai melahirkan. Setelah melahirkan Mama dengan ketulusannya menyusui anak-anaknya. Tak jarang Mama harus terganggu waktu makan, istirahat bahkan tidur malamnya karena sosok bayi mungil yang sedang lucu-lucunya itu menangis tak mau diam. Hanya setelah Mama mendekat, mendekapnya dan memberikan ASI barulah bayi imut itu menghentikan tangisnya. Tangis si kecil tak mengenal waktu dan situasi, di saat dia lapar, BAB dan BAK maka tangisannya akan terdengar dan menggugah naluri keibuan seorang Mama untuk meraih dan membuat anaknya menghentikan tangis. Itulah Mama sosok yang tak pernah habis untuk diceritakan, menjadi inspirasi bagi keluarga terutama kami anak-anaknya. Rasanya tak ada kata yang pas untuk mengungkapkan jasa Mama kepada diri ini dan Adik-Adik terkasih.
Mungkin kalau diri ini hanya mendengar cerita bagaimana Mama dengan telatennya mengasuh sosok kecilku. Tapi ketika adik-adik terlahir dan aku sudah cukup memahami keadaan, maka benarlah apa cerita orang tentang riwayat kecilku dengan melihat bagaimana Mama merawat adik-adik di saat mereka masih kecil waktu itu. Dengan terbatasnya kosa kata ini, diriku berusaha untuk menceritakan sosok Mama dan betapa sayang dan kagumnya diri ini padanya.
Aku adalah anak pertama dari Mama, begitu diri ini dan adik-adik memanggilnya. Memang sudah menjadi tradisi di keluarga untuk memanggil sosok ibu dengan Mama. Mama melahirkan aku di sebuah kota yang terletak di Sumatera Selatan tepatnya di Martapura. tidak lama setelah mama melahirkan aku maka Papa pergi meninggalkan Mama untuk bertugas ke tempat yang jauh. Ya Mama memang seorang istri prajurit angkatan darat kalau dulu disebut ABRI. Karena papa seorang tentara maka mama sering ditinggal pergi seorang diri. Tidaklah mudah bagi Mama dalam menjalani perannya sebagai istri tentara yang sering ditinggal dalam jangka waktu yang cukup lama, berbulan-bulan bahkan kadang hampir satu tahun lamanya.
Mama sering ditinggal Papa pergi, bukan karena apa-apa dan untuk apa tapi semua dilakukan demi tanggung jawab Papa dalam menjalankan tugasnya. Mama tak pernah mengeluh walau tak jarang karena itu semua mama juga harus melakukan fungsinya secara ganda. Mama yang lembut harus menjelma menjadi wanita yang tangguh. Mama tak boleh cengeng, mengeluh hanya karena ada kesulitan-kesulitan yang dilaluinya ketika melakukan aktifitasnya sehari- hari. Akalnya harus jalan, ketrampilannya tak jarang harus bertambah. Bagaimana tidak, sebagai contoh jika tiba-tiba lampu mati dan Papa tak ada disisi kami yang masih kecil-kecil ini maka Mama akan mencari cara agar listrik bisa menyala. Ketika bahan bakar habis sementara uang pun ikut habis karena terjadi hambatan dalam mencairkan uang gaji papa, maka mama yang semasa gadisnya jelas-jelas tak pernah melakukannya harus rela mencari kayu dan ranting-ranting kering di kebun belakang rumah agar dapur tetap mengebul dan anak-anak tetap bisa makan masakan mama yang dibuatnya dengan penuh cinta. Itulah Mama dan itu hanya sebagian kecil saja yang dapat kuceritakan tentang pengorbanan mama demi kelangsungan hidup rumah tangga dan anak-anaknya. Sebab tak akan bisa kulukiskan dengan kata-kata, kuungkapkan dengan goresan pena semua yang telah dilakukan mama bagi kami anak-anaknya.
Mama, wanita yang penuh kasih dan teramat setia mendampingi papa dalam suka dan duka, dalam bahagia dan kesusahan. Tak ada keluhan terucap dari bibirnya, semua dia hadapi dengan penuh rasa syukur. Bahagia Mama saat bisa menghantarkan kami kejenjang pernikahan. Kami yang semuanya adalah wanita telah dididik mama untuk juga menjadi wanita salihah, berbakti pada suami. Wanita yang selalu memberi dan tak harap kembali , sungguh dengan apa diri ini akan dapat membalasnya. Tak bisa dan tak akan pernah bisa.
Adalah suatu kewajaran jika kita membalas jasa orang tua terutama ibu dengan bakti yang kita persembahkan untuk mereka. Sebab berbakti kepada orang tua, ayah dan ibu kita selalu bergandengan dengan perintah menyembah Allah. Artinya setiap kita wajib menyembah Allah maka kita diperintahkan pula buat berbakti pada orang tua sebagai wujud terima kasih kita sebab mereka sudah menjalankan amanah-Nya menjaga, merawat, membesarkan kita dan mendidik agar hidup kita selalu ada di jalan Allah.
Salah satu caraku berbakti kepada Mama adalah dengan menjadi wanita salihah. Wanita yang berusaha untuk menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-larangannya. Dengan diri ini menjadi seorang istri yang baik, ibu yang baik maka diri ini berharap amal salih yang kuperbuat itu akan menjadi pemberat timbangan pahala Mama dan Papa karena bukankah anak yang saleh akan menjadi aset bagi mereka agar kelak di akhirat Allah mengampuni dosa-dosa mereka karena telah mendidik anak-anaknya menjadi hamba yang memiliki iman dan takwa.
Ma, ku bersyukur karena memilikimu. Akan kukisahkan tentang kebaikanmu agar kau tau betapa bangganya aku padamu, karena menjadi anakmu, Ma. Mama pernah berpesan padaku, pada kami anak-anaknya agar siapapun kelak yang terlebih dahulu pergi mendahului menghadap Allah maka asuhlah dengan sabar dan lembut mereka yang masih diperkenan Allah untuk hidup. Ternyata Mama yang terlebih dahulu pergi dan nasehatmu akan kami jadikan wasiat untuk selalu kami lakukan. Papa kami jaga Ma, sesuai dengan permintaanmu. Dan itu kuharapkan menjadi salah satu kebaikanmu agar Allah berkenan menambah pahalamu Ma.
Ma, kau selalu di hatiku. Jasamu akan kukenang, terbawa sampai akhir hayatku. Senyum indahmu tak akan lekang terukir abadi dalam setiap ingatanku. Aku melapor pada Allah dalam setiap doa-doaku agar Allah memgampuni semua khilaf dan salahmu, menerima amal ibadahmu. Jadikan segala amal ibadahku juga menjadi pemberat timbangan amal ibadahmu karena Mama pantas menerimanya.
Ma, kini kau telah tiada, mendahului kami menghadap Allah, namun percayalah hanya ragamu saja yang terpisah dari kami, namun hatimu tertinggal di hati kami, suami dan anak-anakmu. Kebaikanmu selalu kami kenang, tak ada yang mampu mencabutnya dari jiwa dan pikiran kami. Beristirahatlah yang tenang Ma, selama hayat masih dikandung badan, selama itu pula untaian doa-doa akan lirih kupanjatkan kepada Allah.
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
Rabbighfir li, wa li walidayya, warham huma kama rabbayani shaghira.
Artinya: Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil.
[Ys]
0 Comments: