OPINI
Kasus Anak Bunuh Diri Semakin Banyak, Bagaimana Nasib Masa Depan Generasi?
Oleh. Dea Ariska
Masa anak-anak adalah fase yang seharusnya penuh dengan keceriaan karena hanya berisi kegiatan belajar dan bermain. Mengenal potensi yang ada dalam diri dan mengenal peran yang membuat anak tertarik untuk menjadikannya sebagai cita-citanya di masa depan. Kegiatan anak-anak sekarang pun tak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi terutama gadget, tentunya pengaruh positif juga negatif. Maka ini menjadi tugas, terutama bagi orang tua untuk mengatur dan mengawasi anak dalam pemakaian gadget agar sesuai dengan kebutuhannya.
Mirisnya belakangan ini bertambah lagi fenomena yang tak kalah menghawatirkan dari fenomena self harm yakni menyakiti diri sendiri di kalangan anak-anak dan remaja, yaitu bunuh diri pada anak. Seorang bocah di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Korban ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya. Aksi nekad bocah SD itu diduga dipicu karena dilarang bermain HP. (detik.com/1/12/2023).
Tentunya banyak hal yang perlu diperhatikan mulai dari penyebab bunuh diri, dari mana anak mengetahui cara bunuh diri, hingga kondisi mental anak. Referensi yang selama ini diterima anak dan sosok yang dijadikan panutan tentu juga mengambil andil dalam dorongan bunuh diri tersebut. Mulai dari lingkungan tempat tinggalnya, media sosial atau bahkan game online yang dimainkan anak.
Sekarang ini bahkan tontonan di TV yang sangat mudah diakses oleh seluruh masyarakat hampir semua layaknya tak lulus sensor dan tak ramah anak terutama sinetron. Bahkan tak sedikit pula bacaan, tontonan di platform online, maupun game yang mengandung unsur kekerasan sehingga akan ada peluang anak menirunya di kehidupan nyata. Kondisi mental anak sekarang dengan anak zaman dulu pun juga berbeda. Sedangkan pada usia anak, bagian otak yaitu Dorsolateral Prefrontal Cortex yang berfungsi untuk mencegah seseorang bersikap impulsif sehingga seseorang bisa merencanakan dan mengontrol perilaku dengan baik, belum matang. (kominfo.go.id/2/12/2023).
Semakin banyaknya kasus semacam ini, menunjukkan terdapat kesalahan dalam tata kehidupan baik dalam tataran keluarga, masyarakat, maupun negara. Kemajuan teknologi dengan segala dampak positif maupun negatifnya tentu tak dapat kita hindari, namun kita bisa memilih sikap yang tepat dalam menghadapinya. Ketiga pilar utama tersebut seharusnya berperan aktif dan saling bersinergi dalam menerapkan aturan, mengarahkan, dan mengawasi anak untuk senatiasa mengakses konten-konten dan referensi yang mendukung perkembangan pengetahuan. Bagaimana pun perkembangan teknologi tak seharusnya menghambat perkembangan anak bahkan sampai menyebabkan depresi dan bunuh diri.
Islam memiliki sistem pendidikan berkualitas berbasis akidah Islam yang akan menjamin tumbuh kembang serta kekuatan mental anak. Rasulullah sebagai teladan utama, sehingga akhlak mulia sebagai tujuan yang ingin dicapai, bukan idola yang hanya mementingkan urusan dunia sehingga rentan terhadap kerapuhan mental. Ada beberapa upaya yang seharusnya dilakukan negara untuk menjaga kesehatan mental generasi.
Pertama, menyerukan setiap keluarga muslim untuk menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Anak-anak pada usia emas bisa dibentuk menjadi apapun tegantung orang tuanya. Kedua, negara meyuasanakan dengan kehidupan yang bersih, menjauhkan generasi muda dari berbagai hal yang menjerumuskan mereka pada kemaksiatan lewat tontonan pornografi, pergaulan bebas, minuman yang memabukkan, dsb. Ketiga, negara menciptakan kehidupan masyarakat yang terbiasa beramar makruf nahi mungkar, saling tolong dan penuh rasa empati, juga kasih sayang. (muslimahnews.net/2/12/2023).
Dengan sistem pendidikan yang demikian, maka anak akan menyadari betapa berharganya hidup yang telah Allah karunia kan kepadanya. Selain itu, akan senantiasa ada rasa tanggung jawab atas segala hal yang telah diperbuat, maka akan disadari bahwa seberat apapun persoalan tak akan pernah selesai begitu saja dengan bunuh diri.
Berbagai upaya di atas tentunya dapat dijalankan apabila sistem pemerintahan Islam diterapkan ditengah masyarakat. Dengan begitu akan tercipta generasi berprestasi yang produktif dengan mental kuat yang menciptakan karya dalam ketaatan.
Wallahualam bissawab. [Hz]
0 Comments: