Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Mujiasih 

Ibu tak terbatas kasih sayangmu. Tak terbalas segala jasamu. Kasihmu sepanjang masa. Engkau mengajarkan kami makna hidup yang sesungguhnya. Mengajarkan pentingnya agama dalam kehidupan. Ibu mendampingi setiap tumbuh kembang anaknya.

Agama adalah pondasi terbaik dalam kehidupan. Jika pondasi kuat maka akan kuat bangunan kehidupannya. Ke dua orang tua selalu memotivasi untuk semangat mengaji dan mencarikan tempat mengaji yang baik. Tidak peduli mahal atau tidak, asalkan anaknya bisa belajar mengaji dengan baik. Orang tua selalu menanamkan keteladanan. Kesibukan bapak bekerja di pabrik tekstil selalu menyempatkan mengaji jika libur. 

Ibu tersenyum jika teringat waktu kecilku di TPQ Darus Sa'adah. TPQ terbesar dan pertama di kota Batu. Ada kendaraan antar jemput untuk memudahkan santri mengaji. Saat itu karena masih kecil belum TK, santri yang ratusan jumlahnya jika pulang berdesak-desakan keluar gedung. Badan yang kecil terdorong-dorong memilih minggir dulu menunggu sepi, tapi karena itu sering ketinggalan mobil jemputan. Akhirnya Ustadz sering mengantarkan pulang naik angkot. 

Setiap Senin Kamis ibu selalu membiasakan untuk puasa Senin Kamis, bahkan setiap ujian harus berpuasa. Awalnya sulit menerima tapi lama kelamaan menjadi terbiasa. Puasa membuat pikiran tenang, gampang konsentrasi sehingga lebih fokus mengerjakan ujian.

Saat SMA berkeinginan melanjutkan ke SMKN agar bisa bekerja. Namun ibu tidak merestui, dan menyuruh untuk melanjutkan ke MAN. Tetangga yang dekat dengan ibu ikut menasehati, "Jika kamu bersekolah di MAN minimal kamu bisa mengaji atau mengajar TPQ, ilmumu lebih bermanfaat." 

Bersyukur sekali bisa bersekolah di MAN jalan yang mengantarkan saya mengenal Islam lebih jauh. Mempertemukan saya dengan guru sekaligus ustadzah yang selalu mendampingi saya. Kajian demi kajian membuat saya menemukan jati diri dalam Islam. Menemukan tujuan hidup yang sesungguhnya bahwa kita dari Allah, untuk beribadah kepada Allah atau beramal sesuai dengan tuntunan Allah dan akhirnya kehidupan kita akan kembali kepada Allah. 

Ibu selalu menanamkan pentingnya belajar agama dari kecil hingga dewasa, akhirnya menemukan mengaji Islam Kaffah membuat hidup lebih indah. Perubahan kepribadian yang lebih baik membuat orang tua mendukung. Ustadz dan ustadzah mengenalkan indahnya Islam, tidak hanya masalah ibadah ritual saja. 

Sewaktu di MAN terbiasa memakai kerudung. Saat mengaji mulai mengenal dan belajar memakai jilbab. Awal sekolah di MAN, jika ke teras depan tidak memakai kerudung ibu akan memarahi. Saat memutuskan untuk memakai jilbab ibu mendukung sepenuhnya.
 
Ibu yang mendidik anak-anaknya, menanamkan Islam sejak dini. Bahwa hidup harus banyak bersyukur dan qona'ah, dan tidak boleh menghambur-hamburkan harta saat berkecukupan. Dari kecil tidak pernah meminta sesuatu tetapi ibu selalu mengerti dan tahu apa yang diinginkan anak-anaknya. Jarang kami tahu harga pakaian dan lain-lain. Ibu selalu membelikan pakaian yang bagus, tetapi bukan mengutamakan mereknya tetapi kenyamanannya.

Orang tua suka bersedekah dan memuliakan tamu. Setiap tamu yang datang selalu disiapkan makan. Pernah kejadian, ibu hanya memasak nasi satu Magicom, Allah memberikan berkah nasi itu tidak habis padahal yang datang silih berganti, jika ditotal ada puluhan orang, belum ditambah keluarga sendiri yang berjumlah tujuh orang dan makan tiga kali tetapi nasi di Magicom cukup untuk makan semua orang dan masih sisa sepertiga. 

Ibu yang tahu keinginan anaknya tanpa meminta. Apa yang sering dipakai, ibu akan membelikannya lagi. Saat mulai memakai jilbab, ibu yang paling mendukung. Ibu sering membelikan jilbab meski saat itu masih jarang orang yang memakai. 

Beruntung ibu selalu mendukung setiap aktifitas yang saya lakukan di luar. Kepercayaan ibu yang selalu menguatkan diri. Ibu tidak peduli stereotip negatif anaknya memakai jilbab. Ibu akan selalu mendukung jika itu baik dalam pandangan Islam.

Ada ungkapan penyair, 
"Ibu adalah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya. Berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya."

Islam telah mengagungkan tugas sebagai ibu, terlihat dari kedudukannya sebagai pendidik pertama dan utama generasi. Jika menyiapkannya dengan kesalihan maka sama juga telah mengusahakan sebuah masyarakat yang baik sesuai Islam. 

Jumlah wanita yang lebih besar dari laki-laki berperan penting dalam mencetak generasi. Ibu salihah akan mencetak generasi yang salih salihah juga. Peran ibu mendampingi anak-anaknya sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang anak-anaknya. Rasulullah Saw bersabda:

"Wanita adalah tiang negara. Jika di suatu negara baik wanitanya maka baik juga negaranya. Dan jika rusak wanitanya maka rusak juga negaranya."

Pentingnya kita sebagai wanita dan ibu untuk terus memperbaiki diri dan tholabul ilmi sebagai bekal mendidik generasi. Keteladanan orang tua selalu melekat kuat pada anaknya. Anak adalah peniru yang unggul. Islam mengajarkan keteladanan terbaik ada dalam diri Rasulullah Saw. 

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suruh teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (TQS Al-Ahzab:21)

Setiap dari kita akan dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang kita pimpin. Wanita sebagai ibu dan pengatur rumah tangga kelak akan dimintai pertanggung jawaban. [ry].

Baca juga:

0 Comments: