Headlines
Loading...
Oleh. Eka Suryati 

Musibah bisa terjadi pada siapapun dan di mana saja. Musibah berasal dari kata ashaba yang berarti mengenai, menimpa atau membinasakan. Musibah merupakan kemalangan atau kejadian-kejadian yang tidak diinginkan yang menimpa seseorang, sekelompok orang atau bahkan suatu kaum.

Musibah merupakan bagian dari takdir Allah yang harus kita sikapi dengan penuh kesabaran. Keimanan dan ketakwaan kita sebagai hamba Allah benar-benar sedang diuji pada saat kita tertimpa musibah.

Dalam surat at Taghabun ayat 11 yang artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Musibah terjadi dan menimpa kehidupan kita sebagai manusia. Kalau kita berbicara tentang musibah maka yang akan terbayang dalam benak kita adalah peristiwa atau sesuatu yang sangat menyedihkan, kecelakaan, malapetaka dan bencana (alam atau akibat ulah manusia itu sendiri) yang menimpa kehidupan ini. Fakta itulah yang akan kita bicarakan atau kita rasakan.

Musibah hanya hal-hal yang kita sebutkan diatas? Ternyata tidak demikian adanya. Kejadian atau hal-hal yang kita alami walaupun seolah-olah itu sepele tetapi dapat menyebabkan kesulitan, gangguan atau perasaan tidak nyaman itu semua dapat dikategorikan sebagai musibah. Contohnya ketika kita berjalan tiba-tiba sepatu kita jahitannya robek lalu perjalanan kita menjadi terhambat kita sudah bisa mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun," karena semua itu terjadi atas kehendak Allah.

Sebagaimana terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 156   
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Innâ lillaâahi wa innâ ilaihi râji'ûn" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).

Setiap kita tertimpa musibah kita sering mengatakan itu sudah kehendak Allah. Ya semua musibah yang telah terjadi memang sudah menjadi takdir Allah karena sudah terjadi. Namun sebelum musibah terjadi sering tanpa kita sadari bahwa musibah itu terjadi akibat perbuatan kita sendiri, akibat ulah tangan manusia yang lalai akan tanggung jawabnya.

Surat Asy-Syura Ayat 30 yang artinya:
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."

Sebagai contoh musibah banjir yang menimpa penduduk yang berada di dekat aliran sungai. Banjir itu tidak serta merta terjadi. Akibat dari penebangan hutan terus menerus yang menyebabkan terjadinya erosi, ketika hujan turun dengan deras air tidak bisa menyerap ke dalam tanah sehingga air meluap dan mencari tempat yang lebih rendah. Daerah dibawah lereng bukit atau lereng gunung akan merasakan banjir sebagai akibatnya karena air yang meluap itu akan mencari jalan mencari tempat yang lebih rendah untuk menampung luapan air tersebut. Masih banyak contoh yang lain yang menggambarkan bahwa musibah terjadi akibat dosa, kelalaian dan kecerobohan kita manusia.

Musibah yang terjadi akibat ulah tangan kita sendiri, akibat dosa-dosa yang kita lakukan membuat banyak kerusakan dan bencana dipermukaan bumi ini ternyata bukan karena Allah tidak menyayangi kita tetapi semata-mata agar kita menyadari kekeliruan yang telah kita lakukan dan meyadari bahwa tiada daya upaya kita dihadapan Allah. Allah Maha Kuasa atas diri kita, tidak ada apa-apanya kita dihadapan Allah. Hal itu akan membuat kita orang-orang beriman akan bergegas kembali kepada Allah karena menyadari kesalahan dan dosa-dosanya. 

Sikap kita sebagai seorang muslim dalam menghadapi musibah yang sudah terlanjur terjadi adalah bersegera kembali kepada Allah, mengingat-Nya kembali secara penuh dan menyeluruh, memasrahkan diri sepenuh hati. Keimanan kita harus semakin besar agar musibah bisa dijalani dengan hati yang ikhlas. Kesabaran kita sedang diuji sehingga sikap sabar kita menjadi kunci dalam menyelesaikan masalah yang timbul akibat dari musibah yang terjadi. Musibah sudah terjadi tidak ada cara lain kita dalam menyikapinya adalah segera introspeksi diri, berikhtiar mencari solusinya dan rida dengan ketetapan Allah lalu berhunudzan atas apa yang terjadi karena semua adalah kehendak Allah semata. 

Baca juga:

0 Comments: