motivasi
Perkataan Yang Baik
Oleh. Neni Arini
Perkataan merupakan ekspresi kita dalam berbahasa dan berkomunikasi. Dan ini merupakan fitrah manusia yang harus kita jaga. Karena perkataan kalau tidak kita jaga akan menyakiti orang lain. Untuk itu perkataan yang terucap dari seseorang merupakan cerminan diri dari sikap dan kepribadiannya.
Kemampuan berbahasa yang baik dan santun haruslah dimiliki oleh setiap muslim. Karena bagaimana kita berkomunikasi menunjukkan tingginya akhlak dan kualitas keilmuannya.
Salah satu tanda kedewasaan seorang muslim adalah ketika tahu kapan ia harus diam. Terutama ketika hati sedang bergejolak yang membutuhkan kendali lisan. Karena ketika hati bergemuruh tanpa sadar kita akan berucap dengan kata-kata yang kurang sopan.
Kualitas diri seseorang bisa diukur dari kata-kata yang dikeluarkannya. Lisan seseorang bisa diibaratkan dengan cara memperhatikan dua buah botol minuman bersoda, lalu kita kocok. Lalu setelah itu botol ada yang kita buka, dan ada yang masih dalam keadaan tertutup. Hasilnya seperti apa, ternyata botol soda yang kita buka, langsung menyembur, sementara yang kondisinya ditutup, air sodanya tetap utuh. Itulah gambaran seorang muslim yang tidak bisa menahan lisannya terutama menahan lisan ketika hati bergemuruh dan bergejolak.
Sadarilah bahwa kualitas hidup seseorang tergantung dari apa yang sering diucapkannya.
Allah memerintahkan kita untuk bertutur kata yang baik kepada sesama manusia. Sebab begitu banyak manusia yang merasa tersakiti ketika lisan tajam terucap, yang tidak mampu kita tahan atau kita kendalikan.
Tak jarang akibat lisan yang tajam banyak orang yang merasa tersakiti, sehingga memutuskan pertemanan, persaudaraan, hingga terjadi permusuhan.
Rasulullah bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam".
Untuk itu Islam menganjurkan kepada kita untuk bisa belajar diam di saat yang tepat. Diam bukan berarti memendam atau dendam, melainkan diam yang membawa hikmah, dilakukan karena mengharapakan keridhoan dari Allah Swt.
Tidak semua hal yang mengganjal dan bergemuruh harus kita sampaikan lewat lisan kita. Kalau semua gemuruh hati harus kita ungkapkan lewat lisan, maka akan merugikan diri kita sendiri. Sebab kualitas diri akan berkurang. Kita seperti mempermalukan diri sendiri. Tidak harus semua yang berbeda harus kita komentari, tidak harus setiap yang tidak sesuai dengan keinginan, kita keluhkan. Hakikatnya, Allah menciptakan kita itu berbeda, sebagai cara Allah untuk melihat siapa dari hambanya yang tidak menyakiti satu sama lainnya.
Kita dianjurkan untuk berkata baik dimana saja. Memilih kata-kata yang baik, diumpamakan Rasulullah seperti bersedekah dengan harta. Setiap perkataan baik akan berpengaruh sangat baik kepada jiwa manusia.
Banyak sekali akibat yang ditimbulkan ketika lisan tidak ditempatkan dengan cara yang baik. Tak jarang banyak manusia yang mengakhiri hidupnya akibat lisan tajam dari orang lain. Betapa banyak suami istri yang berpisah akibat lisan buruknya, jadi memang betapa besar dampak yang ditimbulkan ketika kita tidak bisa menempatkan kata-kata dengan baik dan benar.
Kemajuan teknologi saat ini janganlah dijadikan kesempatan untuk berkata dengan buruk. Teknologi hari ini memang memberikan kesempatan kepada kita bisa berbicara kapanpun dan apapun itu. Kita seolah diberikan fasilitas bahwa setiap pikiran dan perasaan bisa dikeluarkan sesuka hati. Bukankah dengan kita berbicara kotor di media sosial tidak lantas membuat persoalan selesai? Justru terkadang malah memancing banyak pihak yang tidak berkompeten untuk ikut berkomentar persoalan hidup orang lain yang sesungguhnya mereka tidak tahu. Untuk itu bijaklah dalam menggunakan fasilitas teknologi saat ini.
Diam merupakan ilmu tingkat tinggi yang Allah umpamakan dalam kisah Nabi Yakub ketika harus diam dalam perasaan gemuruh jiwanya. Nabi Yakub hanya mengadu kesedihan dan kesusahannya hanya kepada Allah bukan kepada manusia lain.
Islam telah banyak mengajarkan bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan baik, efektif sehingga bisa mencapai suatu tujuan, ketika tidak mampu berkomunikasi baik, ilmu yang harus dilakukan adalah dengan belajar diam.
Mengalah dan diam itu bukan berarti kita salah dan kalah. Orang yang beriman sangat yakin bahwa diamnya itu hanya untuk mendapatkan keberkahan.
Ucapan adalah cerminan diri. Untuk itu kita harus melatih dan membiasakan diri untuk berkomunikasi dengan baik dan berhati-hati dalam menjaga lisan kita.
Jadilah pribadi-pribadi yang mulia, yang selalu menghiasi dirinya dengan lisan dan akhlak yang mulia.
0 Comments: