Headlines
Loading...
Refleksi Hari Guru: Nasib Generasi dalam Balutan Program Merdeka Belajar

Refleksi Hari Guru: Nasib Generasi dalam Balutan Program Merdeka Belajar

Oleh. Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)

Guru merupakan lentera kehidupan. Tanpanya, tak mungkin kita tahu banyak tentang dunia. Namun sayang, kebijakan yang ada justru membatasi potensi luar biasa yang ada pada sosok guru. Sosoknya hanya bisa tunduk pada beragam kebijakan yang ada.

Menilik Kualitas Pendidikan

Hari Guru selalu diperingati setiap tanggal 25 November. Tema hari guru tahun 2023 mengambil tajuk "Bergerak Bersama, Rayakan Merdeka Belajar" (kompas.com, 25/11/2023). Jelas sekali tujuan yang ingin ditonjolkan pemerintah. Yaitu menyiapkan generasi siap kerja yang mampu memenuhi kriteria sektor industri. 

Tujuan yang ditetapkan pemerintah saat ini sangat jauh dari impian. Generasi kini tengah terpuruk dengan beragam masalah yang terus membelit. Mental illness kian mengancam. Merebaknya bunuh diri, perzinaan, aborsi, tawuran, perundungan, perjudian hingga jeratan narkoba. Semua masalah terus melingkar seolah tidak menemukan ujung. Masalah yang ada tidak mampu disolusikan dengan cerdas oleh negara. Program beda arah pun dicanangkan. Yakni program Merdeka Belajar. Kurikulum yang dianggap mampu menjadi solusi. Namun, faktanya, jauh panggang dari api. Antara masalah dan solusi tidak terhubung satu sama lain. Wajar saja, saat program merdeka belajar  belum mampu mendongkrak generasi secara totalitas. Karena masalah yang dialami generasi adalah hilangnya tujuan hidup. Semuanya menguap dalam balutan kebijakan yang "tidak nyambung" dengan masalah yang ada. 

Gelombang kerusakan yang ada terus membesar seiring dengan berubahnya kurikulum dan kebijakan yang ada. Generasi bukannya menemukan solusi, namun semakin tereliminasi dari tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Semua kebijakan yang ada perlu evaluasi. Mencermati setiap akar masalah dari segala masalah yang kini membakar generasi. Perubahan kurikulum yang sering terjadi menandakan betapa buruknya tata kelola pendidikan saat ini. 

Fakta yang ada menunjukkan betapa buruknya sistem kapitalisme yang diterapkan. Tujuan pendidikan diselewengkan. Seharusnya pendidikan mencerdaskan generasi secara utuh. Namun kenyataannya tidak demikian. Sektor industri menjadi kebutuhan utama yang diplotkan untuk generasi. Demi meraup keuntungan materi semata. Wajar saja begitu banyak generasi yang terlahir buta. Buta tujuan hidup yang sebenarnya. Karena hanya pendidikan duniawi yang dicari.Sementara kebutuhan ruhiyah terpinggirkan bahkan dilenyapkan dengan seluruh kebijakan yang ada. Inilah konsep sekularisme. Konsep yang melenyapkan aturan agama dalam setiap langkah kehidupan. Jelaslah, konsep ini benar-benar merusak masa depan generasi. 

Alhasil, setiap refleksi kerja keras guru tidak mampu optimal menggiring generasi pada kebaikan dan kebangkitan. Beban guru yang luar biasa berat, tidak didukung oleh kebijakan yang amanah. Berbagai kurikulum ditetapkan demi perbaikan. Namun faktanya jauh dari harapan. 

Dalam keadaan sistem rusak seperti saat ini, kurikulum apapun mustahil menjadi solusi. Karena sistem yang ada tidak amanah mengurusi nasib generasi. Memprihatinkan. 

Islam Menjaga Guru dan Nasib Generasi

Sistem Islam dalam wadah institusi Khil4f4h, menetapkan bahwa generasi adalah tonggak perubahan. Dari tangannya-lah, peradaban mampu tercipta gemilang. 

Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang," (HR. Tirmidzi). 

Hadits lain pun menyebutkan, "Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya." (HR Thabrani).

Sistem pendidikan dalam Islam mengedepankan akidah sebagai aturan utama. Darinya mampu terpancar beragam disiplin ilmu yang mampu dipelajari manusia. Dan senantiasa menjadikan akidah Islam sebagai standar utama pendidikan. Khalifah sebagai pemimpin Khil4f4h akan menetapkan beragam kebijakan dan kurikulum pendidikan berdasarkan syariat Islam secara menyeluruh. Dalam sistem Islam pun generasi dituntut untuk menguasai ilmu untuk membangkitkan pemikiran umat, bukan hanya sebatas pemuas akal atau sarana mencari keuntungan belaka. Sehingga ilmu mampu diterapkan dan disebarkan sempurna. Inilah satu-satunya kurikulum yang cemerlang, yaitu Kurikulum yang mampu melahirkan pola pikir dan pola tindakan sesuai syariat dan akidah Islam.

Menyoal tentang tenaga pendidik. Khil4f4h sangat menghargai jasa para pendidik. Guru adalah profesi terhormat dan dibalas dengan tingginya gaji. Senilai dengan jasanya, yakni mencerdaskan generasi. Pada masa Khilafah Umar bin Khattab ra., guru digaji sebesar 15 dinar (1 dinar setara dengan 4,25 gram emas). Atau sebanding dengan Rp 63. 750.000 (jika dihitung harga emas Rp 1.000.000 per gram). Nilai yang luar biasa. Guru bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, guru adalah pejuang generasi. Penyelamat nasib generasi yang sangat berjasa. 

Sistem Islam mampu mensinergikan peran guru dan posisi anak didik. Guru akan berusaha seoptimal mungkin demi melahirkan generasi cerdas dunia akhirat. Generasi pun mampu mencapai akhlakul karimah dengan balutan kecerdasan yang menyeluruh. Kecerdasan yang potensinya dikerahkan demi ketaatan sepenuhnya pada Ilahi Rabbi. 

Hanya dengan sistem Islam-lah tujuan pendidikan yang utuh mampu dicapai. Tidak ada pilihan lain.

Wallahu alam bisshawwab
[Ma]

Baca juga:

0 Comments: