motivasi
Rindu Senyuman Tulusmu
Oleh. Yanti Fariidah
Dear Ibu,
malam terjelang, buncahan rasa ini kian mendalam. Menantikan hadirmu yang tak kan terjadi. Hanya kemustahilan yang bisa ku peluk. Setelah kepergianmu 4 tahun silam. Engkau pulang kampung tuk selamanya.
Dear Ibu,
mata ini terus mengalirkan duka. Tetesan air mata masih terus basah. Saat rindu sosokmu yang penuh ketulusan. Ya, rindu ini sangatlah dalam. Kian menusuk dinding perasaan.
Ya Allah Yang Maha Kasih, titip jaga Ibuku. Tempatkanlah Ibu dalam tempat terbaik.
Dear Ibu,
semua tentangmu tak kan pernah bisa hilang. Ketulusanmu, kasih dan cintamu, kesabaranmu, dan kedermawanamu. Semua masih melekat kuat dalam sanubariku. Dan cukup menghadirkan air mata jika ingatan tentangmu hadir.
Dear Ibu,
terimakasih telah menjadikanku kuat. Telah mendidikku dengan didikan yang tegar. Terbayang saat engkau harus menjadi sosok Papa dan Ibu bagiku. Betapa tegarnya dirimu. Langkah kakimu yang panjang. Tinggalkan tempat lahir tuk merantau di ibukota. Demi sesuap nasi dan pengharapan hidup yang layak untukku. Matursuwun Ibu.
Dear Ibu,
terimakasih atas segala jasamu. Hingga daku bisa mengenyam pendidikan sempurna. Jenjang perguruan tinggi bisa ku naiki. Semua itu karena jasamu. Allah yang akan memberikan lipatan pahala tak terhingga.
Dear Ibu, restumu menghadirkan kebahagiaan tersendiri bagiku. Hidupku menjadi terarah karena doa dan ridamu.
Dear Ibu,
terimakasih atas doa dan kasihmu. Hingga aku bisa temukan sandaran hati ternyaman. Karena dirimu Ibu, menantumu pun tulus mencintaiku. Tanpa syarat dan tanpa cela, kasih sayang menantumu untuku. Jadi terbayang tatkala aku meminta keridaanmu untuk menikah. Dan haru menyeruak secara mendalam. Saat restu pernikahan ku kantongi.
Dear Ibu,
sakitmu selama 2 tahun waktu itu. Telah mengantarkan dirimu untuk pulang kampung selamanya. Ya kampung akhirat yang abadi. Yang memisahkan alam kita. Hanya doa tulus anak yang salih, yang akan tembus padamu. Yang mengalirkan pahala jariyah bagimu.
Ibuku yang penuh kasih, masih tak menyangka kita akan berpisah. Keiklasan itu harus ku pegang erat. Hingga rela atas kepergianmu, jadikanku kuat. Aku harus terus melangkah. Untuk melanjutkan hidup. Ada cucumu yang harus ku riayah.
Ibuku yang dermawan, segala pengorbanan materi yang engkau berikan. insyaAllah akan menjadikan pahala jariyah bagimu.
Sungguh aku bersaksi bahwa engkau ibu terbaik. Insan Allah yang penuh dengan kasih dan sayang tulus tanpa pamrih.
Ibuku yang super baik. Banyak sekali kebaikan yang kau tinggalkan buatku. Kebaikan yang menorehkan cerita baik ketika aku bertemu orang-orang yang engkau berikan kebaikan. Mereka hampir tak percaya engkau telah tiada. Anak-anak yatim dan terlantar yang engkau kasihi pun turut mendoakanmu Bu.
Ibuku yang super pengertian. Terkadang masih berpikir tentang kepergianmu. Dulu setiap engkau pergi, aku bisa nantikan kepulanganmu. Bahkan aku selalu antar dirimu sampai terminal. Tapi kini kepergianmu untuk selamanya. Tak bisa kunantikan kepulanganmu.
Ibuku yang penuh cinta. Maafkan segala salahku. Di waktu kecil, yang terkadang banyak menorehkan luka dihatimu. Rengekan dan tanggisku saat aku meminta sesuatu darimu. Maafkanlah aku Bu!
Ibuku tersayang, meskipun kita beda alam. Tapi aku percaya Allah menjamu dengan baik. Engkau pasti sudah bahagia ya Bu. Karena sudah tidak merasakan sakit lagi.
Ibuku tersayang, kemarin baru saja aku mengunjungimu di rumah terakhirmu. Aku tak sendiri Bu, tentu bersama menantu idamanmu. Dia lelaki hebat yang kau percaya untuk menanggung hidupku Bu. Dia yang selalu mengingatkan tentang kasih sayang dan seluruh kebaikanmu Bu.
Ibu, masih terus terbayang senyumanmu. Ketenangan yang engkau ajarkan. Tulus kasih yang engkau berikan. Nasihat kebaikan yang engkau ucapkan. Seolah baru kemarin Bu semua itu.
Ibu, semoga kelak kita bisa bertemu dan berkumpul kembali dalam JannahNya ya. Teriring doa tulus untukmu,
رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ
Artinya: "Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku, dan orang-orang mukmin pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat)." (TQS. Ibrahim : 41)
Ibuku yang super lembut. Andai waktu bisa ku putar kembali. Aku masih ingin berbagi cerita denganmu. Berbagi suka denganmu. Tapi karena qada dari Allah, aku harus ikhlas. Aku harus kuat menerima suasana beda tanpamu.
Ibuku yang penuh nasihat. Dulu kita berjauhan, ya waktu kecil. Aku harus berjuang sekolah tinggal bersama Simbah. Sedangkan ibu berjuang mencari rejeki di ibukota. Jujur aku sedih Bu ketika harus jauh darimu. Air mata ini selalu menetes tak henti. Tatkala aku ikut mengantarmu ke terminal. Tapi agar tak terlihat olehmu maka aku tahan kesedihan itu.
Ibuku yang super bijak, saat kita sudah berdekatan. Apalagi saat cucumu hadir setelah dua tahun pernikahan. Dan aku harus kurtase 4 kali. Engkau telah bersamaku, menguatkanku, dan memberikan petuah yang menentramkan. Tapi waktu itu serasa singkat. Karena Allah lebih sayang padamu Bu. InsyaAllah kami belajar iklas.
Ibuku yang terkasih, aku masih ingat tatkala hari itu datang. Hari dimana Allah meminta kembali dirimu. Ya dua malam aku merasa perih dan sedih. Engkau mengaduh kesakitan. Mendengar rintihan kesakitanmu aku merasa sakit. Seandainya aku bisa gantikan kesakitanmu itu. Aku akan gantikan pasti. Aku hanya ber-istighfar didekatmu.
Ibuku yang tersayang, aku percayakan dirimu pada Allah. Sang Maha Segalanya, tentu Allah saat ini sudah menjagamu dengan penjaan terbaik. [ry].
Magelang, 15 Desember 2023, 11.35
0 Comments: