Headlines
Loading...
Oleh. Noviana Irawaty 

Selama manusia masih hidup di alam dunia maka selama itu pula akan ada ujian, musibah, ataupun azab. Ujian dan musibah menimpa orang-orang beriman, sementara azab Allah timpakan kepada orang kafir.

Ada kesamaan antara ujian, musibah, dan azab, yaitu pada hikmahnya. Seseorang yang masih Allah karuniakan umur setelah ditimpa salah satu dari ujian, musibah, atau azab, maka itu adalah titik balik bagi hamba untuk kembali pada Allah. Inilah rahmat sekaligus kesempatan kedua. Menjadi pengingat bagi hamba untuk semakin bersyukur, bertobat, dan taat.

Bisa kita analogikan begini, seseorang yang diberi terus kenikmatan hidup, bisa jadi dia lupa. Sehingga Allah beri ujian agar hamba ingat dan kembali pada-Nya. Seorang penggali sumur sedang menggali sumur, ada orang di atas melemparkan uang lembaran 100 ribu, diambillah uang tersebut. Begitu seterusnya, dia tak perhatikan siapa yang memberi dan tak berterima kasih. Sampai orang yang ada di atas melempar kerikil besar dan mengenai kepalanya, apa yang terjadi? Spontan penggali sumur tersebut mendongakkan kepala ke atas, mencari tahu siapa yang melempar. Inilah perumpamaan ujian, musibah, dan azab, bagi yang selamat dari ketiga hal ini, segera sadar diri dan berbenah. Jangan sampai lengah hingga akhir hidup merugi.

Lalu apa perbedaannya?
Antara ujian dan musibah ini mirip, setali tiga uang, namun memiliki sedikit perbedaan.

Perbedaannya, kalau ujian itu bisa jadi pada sesuatu yang sifatnya menyenangkan. 
Dalam bahasa hadis, ujian disebut dengan bala. Definisi bala di dalam mu’jam (kamus) ada tiga makna:
1. Nikmat itu ujian
2. Cobaan (ibtila)
3. Makruh (sesuatu yang dibenci jiwa)

Ujian juga sering disebut fitnah. Makanya ujian itu tidak selalu sifatnya menyedihkan. Tetapi bisa jadi, ujian itu berupa kesenangan hidup. Harta berlimpah, rumah mewah. Tentu ini kita katakan ujian/fitnah, bukan musibah. Sebagaimana dianugerahi istri yang cantik atau suami yang ganteng. Jangan sampai salah sebut di depan mereka, kamu itu musibah bagi saya. Hehe...

Begitu pula dengan kepintaran, anak yang comel, jabatan, dst. semua ini ujian yang menyenangkan. Masih ingat gak kamu kepada Allah? Syukur nikmat atau malah kufur nikmat?

Jadi, ujian itu bisa jadi sesuatu yang menyenangkan, beda dengan musibah. Allah menyebutkan 10x kata-kata musibah ini. Semuanya bermakna satu, yaitu: “Sesungguhnya musibah itu sesuatu yang dibenci oleh jiwa.” Kehilangan, sakit, menderita, dst.

Dalam QS. Al-Baqarah ayat 155—157 Allah Swt. menjelaskan terkait musibah yang artinya:
155. "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,"
156. "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)."
157. "Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Kesimpulan, ujian dan musibah adalah identitas yang ditimpakan kepada orang yang beriman. Semakin tinggi iman seseorang maka semakin besar ujiannya. Namun rahmat dan pertolongan Allah jauh lebih besar daripada ujian dan musibah yang diberikan. Bahkan ujian terberat Allah timpakan kepada para kekasih-Nya, yaitu para Nabi dan Rasul. 

Saking sayangnya Allah, Dia memberi ujian untuk menguji seberapa kuat iman seseorang dan agar orang beriman tidak terkena penyakit wahn (hubbud dunya wa karohiyatul maut, cinta dunia dan takut mati). Karena Rasulullah menjelaskan cinta dunia ini pangkal dari segala keburukan (ro’su kullu khotiatin). Menasihati orang yang kadung jatuh cinta pada dunia ini sangat sulit. Makanya orang beriman dikasih ujian sama Allah, agar selamat di dunia, bahagia di akhirat. 

Sementara azab itu adalah siksaan yang Allah timpakan kepada suatu kaum karena kekufuran mereka yang terus-menerus, bebal terhadap hidayah.

Sebelum Rasulullah diutus, maka azab ini tak main-main,
akan menyapu habis seluruh kaum, contohnya: azab yang menimpa kaum Nabi Luth a.s., Nabi Nuh a.s.

Azab setelah Rasulullah diutus, Allah menyisakan sebagian dari kaum yang ingkar agar mereka belajar dari azab tersebut.

Oleh karena itu, berhati-hatilah kaum mukminin terhadap azab yang tidak hanya menimpa orang-orang yang berdosa, namun juga mengenai orang beriman, akibat diamnya orang beriman atas kemungkaran yang terjadi di depan mata. Karena kewajiban orang beriman tak hanya melakukan amar makruf, tetapi juga nahi/mencegah mungkar. Termasuk melakukan muhasabah atas kebijakan zalim penguasa. Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: