
motivasi
Seseorang Dimatikan Berdasarkan Kebiasaan
Oleh. Ratty S. Leman
يبعث كل عبد على ما مات عليه
“Seorang hamba akan dibangkitkan dari kubur, keadaannya dilihat dari bagaimana cara matinya.” (Sahih Muslim hadis no. 2878)
Hadis riwayat Imam Ahmad bin Hambal dari Jabir bin Abdullah:
من مات على شيء بعثه الله عليه
“Siapa saja yang mati dalam keadaan mengerjakan sesuatu, maka dalam kondisi demikian ia akan dibangkitkan dari kuburnya.” (Musnad Imam Ahmad hadis no. 14373)
Cara mati seseorang ditentukan dari perilaku kebiasaan hidupnya. Bagaimana cara dia dibangkitkan pun tergantung bagaimana cara matinya. Oleh karena itu, harus menjadi perhatian kita untuk mengatur waktu dengan baik, detik demi detik agar kehidupan kita berakhir dengan ‘husnul’ khatimah.
Di Gaza, orang-orang terbiasa berjuang, terbiasa membaca, menghafal, dan mentadaburi Al-Qur'an. Kondisi lingkungan perang dengan serangan bom dan peluru tajam menyebabkan mereka lebih siap menghadapi kematian. Mereka mempersiapkan diri hanya untuk berkhidmat kepada Allah agar tak mati sia-sia.
Sedang kita? Hidup di wilayah damai, namun melenakan. Gempuran pemikiran yang merontokkan akidah berlangsung terus-menerus tetapi tak disadari. Jika mereka di Gaza perang fisik, di negeri damai perang pemikiran (‘ghazwul fikri'). Tak terasa banyak yang kalah. Mengikuti opini Barat dalam mengatur kehidupan kita.
Suatu kebiasaan dianggap benar padahal salah. Kebiasaan itu belum tentu benar. Contoh, terbiasa korupsi itu salah, tapi karena rekan-rekan segerombolannya menyatakan gak apa-apa akhirnya jadi pembenaran. Contoh lain, siswa menyontek itu salah, tapi karena teman sekelasnya ramai-ramai menyontek akhirnya dimaklumi.
Pacaran dan berzina itu haram, namun karena umumnya begitu akhirnya seolah-olah harap maklum. Menutup aurat itu wajib, tapi karena kebiasaan orang-orang pada umumnya tidak menutup aurat maka dianggap benar.
Begitulah, jauhnya kita dari akidah dan syariat yang lurus. Sampai-sampai orang yang salat, menutup aurat, dan rutin membaca Al-Qur'an dianggap alim. Padahal itu kewajiban utama seorang muslim.
Kebiasaan salah yang diulang-ulang terus sering dianggap lumrah dan benar oleh masyarakat. Contohnya banyak seperti berbuat syirik, riba, tidak menutup aurat, pacaran, berzina, campur baur pria dan wanita (‘ikhtilat'), dan lain sebagainya.
Kebenaran justru dianggap aneh, seperti orang yang selalu jujur, menutup aurat, meninggalkan riba, menjaga pergaulan, berpakaian sesuai syariat, dan kebajikan lainnya. Menjadi kewajiban bagi yang sudah paham agar senantiasa membiasakan kejujuran dan kebenaran.
Wafat dalam keadaan ‘husnul’ khatimah (baik) atau ‘su'ul’ khatimah (buruk) adalah pilihan. Ada orang yang wafat saat salat, membaca Al-Qur'an, berzikir, duduk di majelis ilmu, mengajar, berdakwah, berjihad, taat dan tobat kepada Allah serta kebiasaan baik lainnya saat hidup. Ada orang yang mati saat bermaksiat kepada Allah seperti sedang berjudi, mabuk, berzina, aurat terbuka, durhaka kepada orangtua, syirik, riba, tidak salat, dan maksiat lainnya.
Kita semua tentunya ingin agar mati dalam keadaan ‘husnul’ khatimah. Namun semua itu harus diikhtiari dengan kebiasaan yang baik selama hidupnya. Apakah kebiasaan kita taat kepada Allah atau bermaksiat. Apakah dalam keadaan selalu ingat kepada Allah atau lalai dari mengingat Allah. [Ni]
Baca juga:

0 Comments: