Headlines
Loading...
Oleh. Noviana Irawaty 

Pemuda adalah tahapan kuat di antara dua tahapan lemah, lemah karena masih anak-anak, dan lemah karena tua renta. Allah telah menjelaskan hal ini dalam QS. Ar-Rum ayat 54 yang artinya:

"Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa."

Sesungguhnya peradaban Islam itu tegak atas perjuangan Rasulullah bersama para sahabat yang rata-rata masuk dalam kategori pemuda. Inilah kenapa pemuda memiliki potensi yang luar biasa. 

Usia muda, tenaga kuat, pikiran kuat, jernih dan cerdas, kepemimpinan, kreatif, inovatif, visi dan misi jauh ke depan, inilah kekuatan dan kelebihan pemuda. Sehingga tak heran jika kualitas peradaban ditentukan oleh kualitas pemudanya. 

Pemuda yang beriman dan bertakwa akan membentuk dirinya menjadi pembela Islam dan mengembalikan peradaban dunia ke tangan kaum muslimin. 

Rupanya orang-orang kafir (baca: Barat) mencium hal tersebut dan tak rela Islam bangkit menjadi kekuatan raksasa kembali. Maka Barat pun menyusun strategi jahat untuk merusak pemuda Islam. 

Penting bagi kaum muslimin mengetahui strategi Barat tersebut agar kita dapat mengonter dan menyelamatkan pemuda kita dari dominasi Barat. Dalam kitab “Asy Syabab fil Islam” dijelaskan bagaimana Barat menjalankan strategi merusak pemuda Islam:
1. Menciptakan tren
2. Merusak akidah

Menciptakan Tren

Barat telah menciptakan tren. Tren menurut KBBI adalah gaya mutakhir. Gaya terkini. Gak gaul gak gaya. Tren ini disosialisasikan terus melalui televisi, media sosial, gambar, iklan-iklan sampai tren tersebut masuk ke alam bawah sadar pemuda Islam. 

Kita ambil contoh: iklan rokok.
Perusahaan rokok pasti ingin rokoknya laku keras, maka dia menciptakan iklan “merokok itu kejantanan”. Turunannya, mereka membuat iklan rokok itu mendaki gunung, naik tebing, naik kuda. Pemerannya pun akan dicari laki-laki yang macho, tegap, gagah, punya pandangan mata tajam seperti elang. Tidak mungkin pemeran iklan dipilih yang kurus, berpenyakit paru-paru. Walhasil, tren yang dibentuk: “Kalau jadi pemuda itu harus merokok supaya kamu terkenal jantan”.

Dan circle anak-anak muda itu latah, mereka mudah mengikuti apa yang sedang tren. Saat matanya dijejali terus dengan iklan, lalu lingkungan (teman-temannya) merokok, jadilah dia ikut arus merokok juga. Asal coba-coba, akhirnya candu.

Ada invisible hand, tangan (kekuatan) yang tak kelihatan, yang mengatur dan menggerakkan pemuda kita saat ini. Sebagai contoh: pada tahun 90-an pemuda kita diarahkan mengikuti tren musik Barat. Ada band musik Westlife, New Kid On The Block, Gun n Roses, dst. Tapi saat ini Barat membiarkan arus tren tersebut berkiblat ke Korea. Kenapa kok dibiarkan Barat ya? Jangan lupa, mereka itu satu tangan, kapitalis sejati, di kubu yang sama-sama hendak menghancurkan umat Islam.

Dengan drakor (drama Korea) ditetapkan standar cantik itu tinggi, putih, mata belok, hidung agak mancung dikit. Sampai-sampai Nisa Sabyan vokalis musik gambus Indonesia jadi tenar karena mirip orang Korea. 

Pemuda dipaksa mengikuti tren yang disodorkan Barat. Namun digiringnya ini secara halus sehingga pemuda tak sadar telah dijebak menjadi korban tren Barat. Dan semua bisa dijadikan tren: sepakbola, baju, rokok, sepatu, pacaran, ke mal, nongkrong, dst.

Kita akan menemui kesulitan saat ingin membenahi pemuda manakala mereka telah dirasuki tren. Begitu pun dengan para orang tua. Jangan sampai memiliki sifat seperti pemadam kebakaran, yang hadir saat terjadi kebakaran. Saat ada masalah dengan anaknya, orang tua baru ngeh, baru turun menangani. 

Sementara Barat sungguh-sungguh berpikir tren apalagi yang dibuat untuk merusak generasi muda. Bisa dipastikan jika bertindak seperti pemadam kebakaran, kita akan gagal. Sangat berat untuk menghentikan dan menyelesaikan. Maka dakwah ini harus bareng-bareng, tak boleh sendirian, orang tua, pengemban dakwah, umat Islam harus bersatu. Dakwah itu tak boleh memenangkan kelompok. Kita punya musuh bersama, yaitu orang-orang kafir. Bagaimana strategi kita untuk mengalahkan tren orang kafir. 

Jika di majelis ilmu, ustaz bisa berbuih menasihati jangan pacaran, jangan berdua-duaan. Namun saat di luar majelis, pemuda yang sudah ter-mindset dengan tren “pemuda yang punya gandengan, pacar, tempat berkeluh kesah itu bagus”. Akhirnya gagallah pemahaman yang berusaha dibangun untuk menghadapi tren orang kafir ini.

Belum lagi tren film. Masih ingat film Dilan 91 ya? Penontonnya di bioskop 21 luar biasa, sampai 7 juta. Film itu bercerita tentang perjalanan anak SMA yang tawuran dan pacaran. Pacarannya sambil naik motor tua. Motor tua kan jadul ya, tapi di film bisa dibuat jadi tren keren. Romantis itu kalau pacaran dan boncengan. Ada pemuda naik motor tua, membonceng perempuan, habis tawuran. 

Jika orang tua membiarkan anak-anaknya nonton film-film seperti itu. Jangan salahkan mereka jika sulit dinasihati. Nak, jangan pacaran ya. Nasihat tidak akan masuk. Kalah sama tren di film yang sudah masuk ke alam bawah sadarnya. 

Dan setiap film pasti membawa pesan yang sesuai maunya Barat. Itulah kenapa film Islam tidak/sulit diterima masuk di bioskop 21, contoh: film Alif Lam Mim. Film ini hanya bisa kita akses di youtube, itu pun jika tidak kena banned, dihapus pihak youtube yang ketakutan dengan pesan kuat Islam di dalam film.

Merusak Akidah

Film-film laga Hollywood menempatkan Islam sebagai musuh, dibuat lakon dengan nama dan ciri khas Islam, membawa Al-Qur’an. Digambarkan jahat, penjahat, menawan dan menampar perempuan, menembaki rakyat. Ini ada di film Barat. 

Dengan gambaran seolah Islam itu merusak, pemuda kita dirusak akidahnya hingga tidak ada keinginan para pemuda untuk membela Islam.

Itu kerusakan lewat film. Tren fashion show, Indonesia Idol, perlombaan hanya untuk menentukan juara menyanyi. Apakah persoalan negara selesai dengan fashion show dan nyanyi? Dangdut. Punya anak jago menyanyi atau main gitar, piano, bagus, apakah bisa menyelesaikan urusan negara?

Bukan sekadar masalah menyanyinya, tapi pemuda kita sedang diarahkan menjadi pemuda moderat. Kamu itu muslim tapi bisa menerima miss universe. Kamu itu muslim tapi ya boleh dong buka baju saat di pantai. Kalau ke masjid baru pakai kerudung. Tren seperti ini sekaligus merusak akidah pemuda Islam.

Para orang tua saat melihat berbagai propaganda di TV mungkin bisa kebal dengan imun wejangan ustaz di masjid, tapi anak-anak kita? Mereka merasa malu, tidak cocok di masjid, masjid itu cocoknya untuk bapak dan ibu-ibu tua. Akhirnya mereka tak punya imun saat dijejali harus jadi musisi, penyanyi.

Kita yang sudah berumur (tua) bisa selektif, tapi anak-anak? Mereka dijejali tren, mazhabnya anak muda itu “keren”, yang maksiat itu keren.

Merupakan PR besar untuk menerjemahkan Al-Qur’an dan Sunah agar menjadi tren yang luar biasa bagi pemuda. Kita bareng-bareng membuat tren. 

Misal tren ke masjid. Tarik anak muda ke masjid. Buat masjid nyaman bagi mereka. Biarkan mereka bermain sepeda, naik skateboard, nongkrong di sekitar masjid tapi kalau azan mereka ke masjid salat berjamaah. Dan seterusnya hingga terbina. Ini yang harus kita bangun. Kalau kita tidak membuat tandingan maka kita akan kalah dengan Barat. Mereka menggurita, punya apapun untuk merusak anak-anak muda Islam. 

Mereka sukses menjerat satu per satu. H0m* semakin banyak, l3sb1 demikian juga. Dengan lambang pelangi agar jauh dari stigma negatif. Pelangi itu menyenangkan. Bagi anak muda yang tidak mengenal Islam, kena konsep seperti itu. 

Jangan biarkan pemuda tidak masuk dalam ring dakwah kita. Mulailah kita berbicara dengan gaya mereka. Ngopi bareng, makan-makan. Karena Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Anak-anakmu nanti akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu.”

Jadi memang enggak akan sama antara kita dengan anak-anak kita. Jika ingin anak-anak kita paham kitabullah dan sunah, pelajari dan ikuti gaya mereka hingga kita tahu bagaimana masuknya dakwah ke pemuda. [An]

Baca juga:

0 Comments: