Headlines
Loading...
Human Animal
Oleh. Dewi Mujiasih

Seutas senyum terukir dari tubuh kecil tanpa dosa. Penuh keikhlasan meski kehilangan orang tua dan saudara. Kebahagiaan masih terpancar di wajahnya sekalipun sekitar telah luluh lantak oleh rudal. Banyak diantara mereka belum merasakan indahnya dunia. Tak terbayang rasa sakitnya, kehilangan segalanya, nyawa jadi ancaman setiap saat.

Kekejaman tidak ubahnya hanya permainan bagi zionis. Masjid, sarana tempat umum, rumah sakit, tempat tinggal diluluhlantakkan. Wanita, anak-anak dan bayi menjadi korban genosida. Bahkan miris, ada IDF menghancurkan rumah sebagai hadiah ulang tahun anaknya yang berusia 2 tahun. Merayakan ulang tahun anaknya dengan mengambil hak hidup anak lain.

Di tengah gencatan senjata, zionis Israel kembali memborbardir rumah sakit tempat berlindung orang sakit dan pengungsi. Zionis Israel memastikan aman jika penduduk Gaza Utara ke selatan. Penduduk Gaza berduyun-duyun dari dari Gaza Utara ke selatan untuk mengungsi. Nyatanya mereka menembaki penduduk Gaza saat sedang dalam perjalanan mengungsi, dua orang mati syahid. 

Bel berbunyi, Ainun duduk terpekur memandang gawainya. Murid-murid di kelas itu sudah berhamburan keluar kelas untuk beristirahat. Kelas menjadi hening tersisa beberapa murid yang berada di kelas, termasuk Ainun dan teman-temannya.

"Ay, kamu sedang asyik lihat apa, kok kelihatannya serius banget?" kata Lina sambil menghampiri Ainun. 

Lina kemudian duduk menghadap Ainun. Ainun memperlihatkan video yang sedang ia tonton kepada teman-temannya. Nur dan Mira pun ikut merapat melihat video yang diperlihatkan Ainun.

"Ya Allah zionis Israel itu sangat tega. Mereka menyuruh penduduk Gaza untuk pindah ke selatan. Namun saat dalam perjalanan mengungsi, Zionis itu menembak mereka. Dua orang menjadi korban mati syahid. Padahal sedang dalam gencatan senjata."

Mira tiba-tiba menangis tersedu-sedu yang membuat temannya kaget. 

"Kenapa Mir, kamu tiba-tiba menangis tersedu-sedu?"

"Ya Allah, aku sungguh malu melihat perjuangan mereka. Mereka sekecil itu tetapi setegar itu menghadapi masalah, tidak seperti diriku. Aku sangat rapuh hingga memilih narkoba sebagai jalan pelarian masalahku." Mira berkata dengan tersedu-sedu, air matanya terus menetes. Terlihat ia sangat menyesali perbuatannya.

"Sudahlah Mira itu sudah berlalu. Kita tidak bisa merubah sesuatu yang sudah terjadi, karena itu sudah qada Allah. Yang terpenting kita kembali ke jalan yang diridhai Allah dan tidak mengulangi perbuatan itu."

"Iya Ay. Alhamdulillah, aku sangat bersyukur Allah masih memberikan hidayah kepadaku." jawab Mira kemudian memeluk teman-temannya. 

"Yuk mangat!" kata Lina 

"Pooh berpelukan." celetuk Nur yang membuat mereka tertawa. Mereka mengeluarkan bekal makanan yang dibawa dari rumah dan mabar, sambil melanjutkan kembali menonton.

"Aku benar-benar tidak habis pikir, kemana hari nurani mereka? Kenapa mereka bisa setega itu membantai orang, wanita dan anak-anak?" tanya Lina.

"Iya karena mereka menganggap bahwa merekalah manusia yang paling mulia. Dan mereka menganggap orang lain human animal." jawab Ainun penuh kemarahan.

"Apa human animal maksudnya manusia hewan gitu?" sahut Mira penuh penasaran.

"Iya, itu ada dalam kitab mereka, talmud."

"Apa! mereka menganggap kita human animal? Yang sejatinya human animal adalah mereka!"

"Secara hati nurani manusia, tidak akan tega membantai wanita apalagi anak-anak kecil. Tapi itulah yang mereka jadikan alasan kuat untuk menggenosida orang. Ya alasan itu! bahwa orang selain mereka, dianggap sebagai human animal. Itulah yang membuat mereka bisa berbuat keji. Banyak yang memberitakan akhirnya mereka stres karena membunuh orang yang tak berdosa, yang bertentangan dengan hati nuraninya.  Banyak juga akhirnya mengalami gangguan jiwa."

"Ngeri!"

Ainun kembali menyecroll gawainya. Anak Palestina yang begitu riang bermain di tanah yang dikeruk untuk pemakaman masal. Hampir semua bangunan telah luluh lantak dirudal. Tidak ada tempat yang aman untuk bermain bagi mereka. Satu-satunya tempat yang aman bermain bagi mereka adalah pemakaman. Mereka berbicara dengan wajah riang tanpa rasa takut, bahwa makam itu, tempat mereka bermain dan di situ juga mereka akan dimakamkan.

Air mata mereka jatuh menetes. Apalagi saat mereka melihat anak-anak Gaza yang diamputasi tangan atau kakinya tanpa anestesi. Ibu-ibu melahirkan juga tanpa anestesi dan obat. Zionis telah memblokade Gaza, tidak ada bahan pangan, obat-obatan yang bisa masuk ke Gaza. Sumber mata air tinggal satu-satunya di cor oleh Zionis. 

Mereka berjuang sendirian menjaga Al-Aqso, pemimpin Arab hanya menutup mata. Mereka takut dengan hak Veto. Negeri-negeri muslim seakan hanya dicurangi dengan negara-negara yang memiliki hak Veto. Benar apa kata penduduk Gaza, "Merekalah yang merdeka dan kita yang tertindas."

"Aku jadi ingat cerita waktu mengaji di TPA dulu tentang Dajjal. Dajjal menawarkan surga dan neraka. Yang memilih surga maka akan mendapat neraka, dan siapa yang memilih neraka maka akan mendapatkan surga di akhirat. Apakah itu tanda sekarang ya?" tanya Lina.

"Waallahu 'alam bishowab." jawab Ainun.

"Dikepalanya bertuliskan kafir. Bukankah mereka juga orang kafir ya? kejam, bengis, mereka menawarkan surga atau kenikmatan jika mengikuti mereka, tapi sebenarnya neraka yang akan memberatkannya kelak di akhirat. Tapi jika memilih nerakanya Dajjal akan mendapatkan surga, seperti Palestina."

"Wallahu 'alam bishowab, hanya Allah yang tahu kebenarannya. Yang jelas kita harus mengkaji Islam kaffah agar tahu mana yang sesuai dengan syariat Islam atau tidak. Seperti ikan yang melawan arus, meskipun sulit tetap harus melawannya, ditengah banyak yang terbawa arus kemaksiatan."

"Iya gempuran ide-ide barat semakin kencang terdengar, berusaha menghilangkan Islam dari kehidupan." ucap Mira.

"Btw, nanti kita ada kajian ya?." tanya Lina

"Iya dengan Ustad Abdul Rozak." jawab Ainun.

***

Klaten, 7 Desember 2023

Baca juga:

0 Comments: