Oleh. Noviana Irawaty
Islam itu sungguh luar biasa, Bestie.
Coba kamu perhatikan, amal manusia (baca: muslim) itu muaranya cuma dua lho. Menjadi amal saleh atau menjadi amal salah. Sebagaimana surga dan neraka itu ada.
Amal itu diterima Allah atau ditolak, gak ada yang samar atau abu-abu. Amal kita mendatangkan rida dan pahala dari Allah, ataukah sebaliknya? Malah mendatangkan murka dan azab-Nya. Nauzubillah untuk poin kedua.
Nah tentunya kamu harus tahu dong bagaimana caranya amal kita itu menjadi ahsanul amal. Amal yang baik, amal yang diterima Allah.
Syaratnya cukup dua, Bestie.
Ikhlas dan benar. Ikhlas melakukan amal semata karena Allah, tak mengharap pujian manusia. Benar karena mengikuti seluruh perintah dan meninggalkan larangan Allah. Petunjuk ini 'harus' ittiba (mengikuti) Rasulullah.
Untuk ikhlas butuh ilmu, untuk benar pun butuh ilmu. Keren kan, Bestie! Umat Islam itu semangat belajarnya tinggi, terus tak pernah putus. Wajar jika lahir generasi cerdas dan bertakwa. Tak hanya pandai secara intelektual, tapi memiliki kepribadian Islam. Insan yang taat kepada Allah dan Rasulullah, berbakti kepada orang tua dan agama.
Kita bahas perkara ikhlas yuk, Bestie.
Ikhlas ini adalah membersihkan hati dari segala kotoran, di dalamnya hanya ada Allah. Motivasi terbesar, utama, dan satu-satunya hanyalah Allah. Ghoyatul ghoyah (tujuan dari segala tujuan) adalah mendapatkan rida Allah.
Jadi lewat tuh apabila ada kotoran di dalam hati. Amal ingin dilihat, dipuji, didengar orang lain. Inilah riya. Beramal selain karena Allah. Riya ini dampaknya ngeri, Bestie. Dia bakal membakar seluruh amal. Amal dianggap tidak ada. What? Serem, kan.
Kita cari tahu, apa sih indikasi orang itu ikhlas, tidak ada riya dalam amalnya?
Jawabannya adalah orang itu memiliki amalan rahasia jauh lebih banyak daripada amalan yang tampak darinya.
Allah sangat suka amal yang dirahasiakan. Jadilah eksklusif dalam ibadah dan inklusif dalam muamalah. Eksklusif itu kan istimewa, hanya Allah dan kita yang tahu amal saat kita beribadah kepada Allah. Secara khusus, kita spesial mempersembahkan ibadah hanya kepada Allah. Sedangkan dalam muamalah, silakan inklusif, Bestie. Blak-blakan, kita terbuka, siapa pun boleh kita tarik, kita beritahu/nasihati, untuk mendapatkan hidayah Allah.
Jangan menjadi pedagang untuk menebus mulut manusia, Bestie. Jualan salat, puasa, sedekah, zakat, tahajud, dst. Kamu akan rugi besar. Kamu mungkin akan dapat kesenangan ‘sesaat’ pada saat dipuji karena dianggap ahli ibadah. Atau paling banter dapat hadiah saat orang lain itu senang. Tetapi, ya cuma sebatas itu orang lain bisa memberi. Dia tak bisa memberi lebih dari itu.
Jadilah pedagang yang menjual amal hanya kepada Allah. Karena Allah pasti akan menghargai dengan sangat mahal dagangan kita. Allah akan memberi kenikmatan surga saat kita berjual beli dengan-Nya. Masyaallah.
Kita lihat teladan Rasulullah dan para sahabat. Mereka semua adalah orang-orang yang gemar menyembunyikan ibadah. Ibadah yang dilakukan rahasia (tak ada seorang pun tahu dan tidak memberitahukan kepada orang lain) jumlahnya jauh lebih banyak daripada amal saleh yang tampak.
Coba pilih, Allah lebih suka hamba yang berzikir dengan suara keras atau lembut? Allah lebih suka mendengar hamba yang berdoa dengan suara lirih atau kencang? Allah lebih suka, orang yang bersedekah dengan terang-tegangan atau sembunyi-sembunyi? Allah lebih suka orang yang membaca Al-Qur’an dengan keras ataukah lembut?
Fix, Allah menyukai yang lembut dan rahasia, Bestie.
Agar tidak terjebak dan terjangkit penyakit riya, maka hendaknya senantiasa memperbarui niat. Luruskan kembali niat beramal. Istigfar dan bertobat atas riya. Mohon Allah menjaga diri dari penyakit riya ini. Karena tak ada daya dan kekuatan untuk sembuh dari riya, kalau tak dapat obat dari Allah.
Nasihat Abu Hazim generasi tabiin kepada Sufyan bin ‘Uyainah generasi tabiut tabiin ini patut kita amalkan, “Tutuplah (sembunyikan) amal kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan aibmu.”
Lho, kok bisa? Sekarang kita tahu amalan para sahabat Nabi. Katanya mereka tidak suka memperlihatkan amal?
Umar bin Khattab r.a. melakukan turba (turun ke bawah). Ini dilakukan pada siang atau malam hari?
Umar bin Khattab r.a. memanggul sendiri gandum bagi keluarga wanita miskin yang kelaparan, itu pada siang atau malam hari?
Semua dilakukan malam, agar tak tampak oleh orang lain. Jadi Allah-lah yang membuka amalan saleh para sahabat setelah mereka wafat.
Menjaga keikhlasan itu pasti bakal membuat kita jatuh bangun, Bestie. Tetapi ingatlah selalu, ada Allah tempat bergantung. Bebaskan diri kami dari riya saat beramal, ya Allah. Jadikan seluruh amal kami sebagai ahsanul amal. Aamiin. [Hz]
0 Comments: