Headlines
Loading...
Oleh. Noviana Irawaty 

Allah Swt. telah menciptakan malam sebagai pakaian dan tidur sebagai istirahat bagi manusia. Sekaligus menetapkan siang untuk bekerja mencari karunia-Nya, lihat dalam QS. Al-Furqan ayat 47.

Malam yang gelap gulita menjadi pakaian bagi manusia. Fungsi malam seperti pakaian yang menutupi manusia dengan penuh kehangatan. Manusia dapat tidur dan istirahat sejenak dari hiruk pikuknya dunia. 

Apa jadinya jika tidak ada malam? Tentu akan kacau, manusia tak bisa tenang. Mereka akan terus dalam aktivitasnya. Hal ini akan membahayakan tubuh manusia. Demikian juga bila tak ada siang? Manusia bisa beku kedinginan. Tak bisa aktivitas mencari karunia-Nya. 

Pengaturan Allah sangat sempurna. Dituangkan dalam syariat Islam yang paripurna. Tidak berubah, sejak Al-Qur’an ini diturunkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw., hingga akhir zaman. Allah telah menundukkan matahari, bulan, bintang, malam, dan siang untuk manusia.

Matahari yang sama terus berpijar menjadi lampu dunia. Bulan purnama indah yang sedap dipandang mata. Bintang-bintang yang setia membentuk rasi tertentu sebagai penunjuk jalan bagi manusia. 

Namun sayang, rupanya banyak manusia lupa diri. Melawan fitrah diri. Mencari kesenangan semu tanpa batas di malam hari. Menghabiskan waktu dengan clubbing, phubbing (mabuk gawai), minum minuman keras dan obat terlarang, berjudi, pergaulan bebas, hura-hura, dst. Seolah dia hidup selamanya. Tak tahukah jika ada masa berbangkit?

Mari kita bandingkan dengan profil salah satu ulama besar bermazhab Syafii, yakni Imam Nawawi rahimahullah. Beliau lahir di masa kekhalif4han Abbasiyah tahun 631 H (W. 676 H). Hafizh Al-Qur’an sebelum usia baligh. Dan beliau menyaksikan kebengisan tentara Mongol menghancurkan Baghdad ibukota Khilaf4h tahun 656 Hijriah/1258 Masehi.

Hal tersebut terekam betul dalam memori, membuat Imam Nawawi bertekad untuk mengembalikan khazanah peradaban dan keilmuan Islam ke tangan kaum muslimin. Dalam sehari beliau dapat menghadiri 12 majelis berbagai disiplin ilmu. Baik beliau yang menyampaikan ataupun menyerap ilmu dari para guru.  

Imam Nawawi sangat gemar menghapal dan membaca. Sampai-sampai beliau membaca kitab dengan berdiri untuk menghilangkan kantuk. Selain itu, beliau sangat produktif menulis kitab. Riyadush Shalihin adalah salah satu karya beliau yang fenomenal. Hingga kini kita gunakan sebagai salah satu kitab hadis rujukan terkait bagaimana seharusnya akhlak, etika, moral, atau tingkah laku kaum muslimin. 

Bisa jadi padatnya aktivitas khidmat Imam Nawawi kepada agama Islam inilah yang menjadikan beliau tabattul (hidup membujang). Bukan tak ingin mengikuti sunah Nabi, tapi tak sempat dan kepikiran. Detik demi detik hidupnya demikian berharga. Sibuk dengan aktivitas menuntut ilmu, ibadah, dan dakwah demi meraih rida-Nya. Berani mengungkapkan kezaliman di hadapan penguasa. Usianya hanya 45 tahun, namun namanya harum hingga kini. Ilmunya penuh hikmah dan berkah, mengalir pahala jariah.

Masyaallah, betapa bertolak belakang dengan kondisi kaum muslimin saat ini ya. Semoga kita dapat meneladani beliau. Bersungguh-sungguh mengajak manusia ke jalan Allah. Istirahat boleh dong ya, tidak dilarang, tapi ambillah secukupnya. Untuk mengembalikan kesegaran dan kekuatan tubuh. Pikiran yang jernih dan badan fresh, siap aktivitas berikutnya. Semangat! [Hz]

Baca juga:

0 Comments: