Headlines
Loading...
Oleh. Umi Kalila

Bismillahirrohmanirrohim

Selalu terngiang-ngiang ditelinga pertanyaan dari putra putri ku ketika mereka masih pada mungil.
"Umi, Abi..kapan dong kita jalan-jalan kayak temen-temen,, Umi dan Abi nggak 
seru ah!"

Seketika Umi menjawab, "Nak ingatlah hidup kita ini hanya sebentar, berkumpulnya kita di dunia juga hanya sebentar,, di dunia tempat nya kita berlelah-lelah, capeknya kita apalagi dalam rangka menjalankan perintah Allah SWT, itu adalah tabungan bagi kita.Maafkan Umi dan Abi, untuk saat ini belum bisa memenuhi permintaan mu"

Begituĺah karena melihat kedua orang tuanya jarang di rumah, karena banyak menjalankan amanah sering terucap pertanyaan itu. Manusia memang mempunyai ilmu yang sangat terbatas, sehingga seringkali penilaiannya terhadap sesuatu itu tidak sesuai dengan kenyataan. Manusia pada umumnya tidak mau ditinggal mati oleh orang yang di sayanginya, seperti orangtua, suami atau istri, bahkan anak. Ketika itu terjadi seakan-akan remuk perasaan kita, dan hancur dunia dengan sehancur-hancurnya. Itulah kondisi dimana kita menilai kematian itu sebuah hal yang dianggap sebagai musibah, padahal hakikatnya kematian itu terjadi, tiada lain karena bentuk sayangnya Allah kepada kita.

Memang hidup ini hanya numpang berteduh saja, istirahatnya kita di dunia hanya berganti aktivitas saja, bukan berarti harus sering rebahan, atau sering jalan-jalan.

Istirahatnya kita seorang muslim di dunia adalah dalam sholatnya, tatkala berkomunikasi dengan Zat Yang Maha Memberikan Kekuatan, apalagi ketika Shalat di waktu sepertiga malam. Itulah istirahat yang berkualitas.

Sedangkan istirahat di yang sesungguhnya bagi seorang mukmin adalah Kematian.
Sebagamana Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya:
"Kematian mendadak adalah istirahat bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang kafir." (H.R. Ahmad)

Rasulullah Saw. senantiasa menasihati umatnya agar selalu mengingat kematian, karena hal tersebut bisa melembutkan hati dan tidak ada kekhawatiran terhadap dunia yang fana ini. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA." Abdullah bin Umar Radhiyallahu'anhuma bercerita : Aku pernah bersama Rasulullah Saw, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad Saw lalu bartanya : Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling terbaik? Beliau menjawab : Yang paling baik akhlaqnya, orang ini bertanya lagi : Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas)?, Beliau menjawab : Yang paling banyak mengingat kematian, merekalah yang berakal" (HR.Ibnu Majah)

Hadis itu mengharuskan kita senantiasa mengingat kematian. Kematian yang berupa kepastian. Kematian tidak bisa di maju atau di mundurkan, kita sebagai seorang mukmin harus senantiasa mempersiapkan kematian yang pasti terjadi. Dengan mempersiapkan amalan-amalan yang baik yang akan menghantarkan kita akan perjumpaan dengan Allah Swt.

Mudah-mudahan lelah nya kita, capeknya kita berbuah pahala yang akan kita rasakan kelak di akhirat ketika berjumpa dengan Sang Pemilik Jagat Raya yaitu Allah SWT.
Aamiin Yaa Rabbal'Alamiin.

Wallohu'Alam Bishowab.

Ciamis, 7 November 2023

Baca juga:

0 Comments: