Headlines
Loading...
Penderitaan Perempuan Dibalik Kenaikan Indeks Pembangunan Gender

Penderitaan Perempuan Dibalik Kenaikan Indeks Pembangunan Gender

Oleh. Ummu Shabbiya

Meningkatnya  Indeks Pembangunan Gender selama tahun 2023 menunjukkan bahwa perempuan semakin berdaya. 
Terjunnya perempuan ke dalam kancah karier dan politik, baik itu dalam level perangkat desa, bisnis, politisi, dan lain-lain menunjukkan bahwa perempuan mampu dan berdaya memberikan sumbangan pendapatan yang signifikan bagi ekonomi. keluarganya. 

Namun dibalik pendapat diatas, bagaimana nasib perempuan masa kini?
Saat ini meskipun diklaim perempuan semakin berdaya, namun kita tidak bisa menutup mata bahwa faktanya perempuan belumlah berada di posisi yang aman dan bahagia. 

Banyaknya kasus dan permasalahan di dunia perempuan terus terjadi, mulai dari tingginya angka perceraian, KDRT, kekerasan seksual dan lain-lain menunjukkan kepada kita bahwa saat ini perempuan banyak yang sedang  menderita. 

Beberapa kasus  depresi yang melanda perempuan, hingga berujung bunuh diri juga kerap kita temukan. 
Pun kita tidak bisa menutup mata, banyaknya kasus yang melanda generasi saat ini juga tak luput turut menambah penderitaan perempuan terutama para ibu yang melahirkan dan mendidik generasi. Mereka dihadapkan pada masalah berat dalam mengasuh dan mendidik diakibatkan rusaknya pergaulan akibat sistem sekuler yang diterapkan, yang saat ini belum dapat diatasi karena tidak adanya langkah serius dari pemerintah untuk memperbaiki keadaan hingga ke akar masalah. Berikutnya sanksi hukum yang tidak tegas juga menjadi faktor penyebab yang kesekian. 

Alih-alih memperbaiki keadaan, justru sistem sekuler kapitalis ini menggiring perempuan  untuk sibuk dan menyibukkan diri diranah karier sehingga porsi sebagai pendidik generasi banyak dihabiskan untuk urusan diluar rumah.

Pengasuhan anak terabaikan, suami kurang diperhatikan, kelak ini menjadi pemicu masalah dikemudian hari yang bisa berujung pada hancurnya tatanan rumahtangga. 

Pada akhirnya kaum perempuan harus sadar bahwa suksesnya karier seorang perempuan tidak selalu berbanding lurus dengan kesuksesannya dalam mendidik anak dan menjaga rumahtangganya.

Padahal dalam Islam wanita adalah madrasatul ula bagi anak anaknya, sehingga inilah tugas pertama dan utama bagi seorang wanita. Mendidik anak anaknya agar menjadi anak salih salihah.

Islam tidak mewajibkan wanita untuk keluar dan bekerja di ranah publik, melainkan dihukumi mubah (boleh) apabila dia menginginkan, karena Islam menjaga kemuliaan seorang perempuan.

Allah swt. berfirman yang artinya:

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا

"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya..." (TQS an-Nissa :34).
Islam memiliki berbagai mekanisme untuk menjadikan perempuan sejahtera dan tetap terjaga fitrahnya.

Saat islam diterapkan dalam sebuah sistem, akan mampu menjaga peran laki laki dalam memenuhi kebutuhan dengan memberikan lapangan kerja sebanyak banyaknya sehingga mereka bisa bekerja dan memenuhi kebutuhannya, tanpa harus melibatkan perempuan untuk memenuhi tuntutan ekonomi. Islam memandang perempuan dalam hal nafkah, bila tidak ada suami, maka kewajiban penafkahan jatuh pada keluarga/kerabat yang mampu untuk memberikan dan mencukupi kebutuhannya. Namun apabila tidak ada keluarga yang mampu menafkahi maka negaralah yang mengambil alih tugas tersebut. Negara menjamin keamanan finansial bagi perempuan.

Demikian sempurnanya islam melindungi wanita, dengan mekanismenya ketika Islam diterapkan dalam sebuah Daulah. Wallahualam bissawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: