Headlines
Loading...
Sikap Kaum Muslim Dipergantian Tahun, Dipertanyakan

Sikap Kaum Muslim Dipergantian Tahun, Dipertanyakan

Oleh. Nurma Safitri

Pada pergantian tahun ini, saudara kita yang ada di Palestina masih berjuang dan berperang dalam mempertahankan tanah kelahiran para nabi ini yaitu melawan Yahudi Israel. Di sisi lain, saudara kita Rohingya membutuhkan perlindungan, makanan dan tempat tinggal karena terjadi pembantaian di negarà Myanmar. 

Seperti sabda Rasulullah saw. bahwa, " Kaum muslimin adalah ibarat saru tubuh, jika ada saru bagian anggota badan yang sakit, yang lainnya akan terada sakitnya." Seperti inilah seharusnya sikap Kaum muslimin terhadap kondisi saudara muslim lainnya. Sayangnya, nampak nyata sekali paradoks kaum muslim dalam menyikapi saudara-saudara kita.

Di pergantian Tahun Baru 2024, pesta kembang api diadakan di setiap negeri muslim demi menyambut tahun baru. Padahal Kaum muslimin di Gaza masih dibayang-bayangi penjajahan Yahudi, dan hampir 2,3 juga penduduk Gaza dipaksa keluar dari rumah mereka melalui serangan tanpa henti oleh Yahudi. Selama 12 pekan. Jumlah tersebut blm termasuk korban meninggal selamat puluhan tahun akibat serangan biadab Yahudi Israel. (https://www.cnbcindonesia.com, 30-12-2023).

Belum lagi kesengsaraan rakyat Rohingya selama bertahun-tahun mengalami stateless akibat adanya genosida dari kebiadaban rezim Myanmar. Mereka bertahun tahun mencari suaka (tempat tinggal), namun yang didapat justru pengusiran-pengusiran. Dilansir dari www.bbc.com bahwa insiden pengusiran oleh ratusan mahasiswa Aceh terhadap pengungsi Rohingya  menyisakan trauma dan ketakutan bagi korban pengungsi. (www.bbc.com, 29-12-2023)

Adanya keberlangsungan pesta kembang api ditengah-tengah penderitaan kaum muslimin justru menunjukkan abainya kaum muslimin terhadap urusan umat. Di sisi lain, seiring berjalannya waktu sikap umat mulai kendor dalam menyuarakan pembelaan terhadap Palestina. Aksi pemboikotan produk-produk Yahudi dan sekutunya juga mulai melonggar.

Umat islam juga sudah terpecah-belah dalam menyikapi muslim Rohingya, apalagi sekarang semakin kuatnya pembungkaman oleh Meta pada akun yang menunjukkan pembelaan terhadap Palestina.

Akibat kuatnya pemikiran Barat, maka sikap kaum muslimin yang demikian merupakan dampak dari cerminan nasionalisme yang tertancap kuat dibenak kaum muslimin. Ikatan Nasionalisme ini merupakan produk pemikiran barat yang sengaja di ekspor ke negeri-negeri kaum muslimin agar mereka mencukupkan diri untuk mencintai wilayah masing-masing. Ikatan Nasionalisme ini semakin diperkuat dengan pemecahan kaum muslimin dalam bentuk nation state.

Sejatinya nasionalisme akan merasa aman jika tidak ada ancaman, dan merasa heroik ketika gangguan datang. Wajar saja bahwa ketika pembelaan pada kaum muslimin diikat oleh ikatan nasionalisme, maka hanya temporer artinya pembelaan muncul dari rasa simpati dan empati. Ketika informasi terkait Palestina tidak lagi masif, maka pembelaan pun terhenti. 

Umat Islam seharusnya terus menyadari bahwa mereka adalah satu tubuh. Perasaan ini harus terus muncul karena dorongan akidah Islam, bukan sekedar rasa simpati dan empati maupun lainnya, sehingga ikatan yang mengikat kaum muslimin adalah ikatan ukhuwah Islamiyah karena keimanan. Ikatan yang akan membuat kaum muslimin merasa terluka jika saudara dibelahan negeri lain terzalimi, sebagaimana hadist Rasulullah saw. yang berbunyi, 
"Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling cinta, kasih sayang dan simpati diantara mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu òrgan sakit maka seluruh tubuh demam dan tidak Bisa tidur." (HR. Muslim dan Ahmad).

Realisasi rasa sakit mengantarkan sikap pembelaan, pertolongan dan sikap yang nyata pada saudara yang tertindas dan terzalimi. Secara individu, pembelaan dan pertolongan bisa dilakukan dengan aktivitas personal. Dan terkait masalah kezaliman yang dialami oleh kaum muslimin di Palestina, sebagai individu-individu, upaya saat ini yang dapat kita lakukan adalah mengirimkan bantuan kemanusiaan, namun pertolongan ini tidak cukup dan bukan solusi yang hakiki, sebab yang terjadi bukan bencana kemanusiaan, namun penjajahan yang dilakukan oleh Yahudi dan sekutunya terhadap kaum muslimin. Maka seharusnya yang mereka butuhkan adalah bantuan tentara untuk mengusir penjajahan yang dilakukan oleh Yahudi. 

Kaum muslimin wajib berjihad membela saudara-saudaranya yang ada di Palestina, hanya saja organisir pasukan tidak akan mungkin terjadi kecuali diatur oleh sebuah negarà.

Begitu pula dengan kasus yang ramai diperbincangkan sekarang adalah saudara kita kaum muslim Rohingya, mereka butuh dibantu, diberi perlindungan, diedukasi dan diberi tempat tunggal yang layak, dikarenakan mereka adalah juga korban genosida yang terjadi akibat kejamnya rezim di Myanmar. Tindakan tersebut tidak dapat dilakukan kecuali oleh sebuah negara, juga yang dapat dilakukan sebuah negara adalah dengan membalas perbuatan keji mereka. Dan hanya negaralah yang bisa menyelamatkan kaum muslimin tidak lain dan tidak bukan adalah daulah khilafah sang perisai umat.

Rasulullah saw. bersabda, 
"Sesungguhnya seorang imam (penguasa) itu bagaikan perisai. Orang-orang berperang dibelakangnya dan juga berlindung dengannya. Maka jika ia memerintah (berdasarkan) takwa kepada Allah Ta'ala dan berlaku adil, maka baginya pahala. Akan tetapi jika ia memerintah tidak dengan (takwa kepada Allah dan tidak berlaku adil) maka ia akan mendapatkan balasannya." (HR. Muslim).

Imam An Nawawi menjelaskan bahwa perisai bermakna pelindung bagi orang-orang yang berada dibelakangnya karena seorang imam yang menjadi perisai dan melindungi kaum muslimin dari musuh-musuh mereka. Perlindungan tersebut dilakukan dengan mengorganisasi tentara, menjaga perbatasan, serta menyerukan jihad fii sabilillah. Dengan demikian agar dapat merealisasikan hadist Rasulullah saw. tentang kaum muslimin ibarat satu tubuh, sejatinya umat Islam membutuhkan khilafah untuk menjaganya.

Khilafah adalah institusi negarà warisan Rasulullah yang menjadi pelindung dan pembela kaum muslimin di manapun sehingga jika ada khilafah ditengah-tengah umat, hanya Khilafah lah yang mampu mengorganisir pasukan untuk dikirimkan ke Palestina untuk berjihad mengusir Yahudi, mengirimkan pasukan untuk berjihad kepada rezim Myanmar, sebagai balasannya kebiadaban mereka terhadap muslim Rohingya, dengan begitu kaum muslimin akan selamat dari penindasan, dari siapapun dan dari manapun.
Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: