Headlines
Loading...
Oleh. Noviana Irawaty 

Pada era ulama salaf, para ulama tidak merinci definisi berpikir itu apa. Mereka hanya merinci tujuan berpikir adalah untuk mengenal Allah, sebagaimana tertulis dalam kitab Fikrul Akbar Imam Syafii: “Kewajiban utama seorang mukalaf adalah berpikir sehingga mencapai makrifatullah”.

Sementara itu Al-Qur’an telah memberi batasan, ada 3 objek yang bisa diindra (di-ihsas) manusia, yaitu: manusia, alam semesta, dan kehidupan. Ketiga hal ini adalah sesuatu yang bisa diambil faktanya oleh akal manusia melalui indra. 

Orang kalau memikirkan sesuatu yang tidak mampu dipikirkan oleh akal, maka dia akan tersesat. Makanya Allah memerintahkan manusia untuk memikirkan penciptaan-Nya, bukan Zat-Nya.

Demikian juga pemahaman tentang ruh. Barat telah menggeser pemahaman kaum muslimin dari pemahaman Islam. Kaum muslimin masuk dalam perangkap perang pemikiran. Sehingga saat ini kaum muslimin harus berupaya untuk mendudukkan takrif ketiga hal di bawah ini agar sesuai dengan pemikiran Islam, yaitu:
1. Ruh/Arruh 
2. Ruhaniyah/ruhiyah/ruhani
3. Aspek ruhiyah/aspek ruhani/ aspek keruhanian

Ketika nonmuslim/Barat diminta mendefinisikan arruh, aspek ruhani, dan ruhani itu, mereka tidak bisa menjawab. Bagi non muslim/Barat: mereka memahami bahwa manusia terdiri dari materi dan ruh. Kalau materi menang maka dia menjadi pribadi yang tidak baik. Dan sebaliknya, kalau ruh menang, maka dia menjadi orang suci. Makanya jika ada sufi yang menyiksa diri, hal ini terpengaruh dari pemahaman Barat, menghindari kenikmatan dunia. Jadi, sekarang kaum muslimin telah digeser pada pemahaman kaum nonmuslim.

Berikut beberapa pengertian yang penting untuk dipahami:

1. Ruh terbagi menjadi 2: ruh dalam pengertian sirrul hayah (rahasia kehidupan/nyawa) dan ruh dalam pengertian idrak silah billah (kesadaran berhubungan dengan Allah)

2. Ruh (sirrul hayah)
Pembahasan sudah clear (terdapat di dalam Al-Qur’an) – ruh diciptakan bersamaan penciptaan manusia – batasnya adalah maut/ajal.

3. Ruh (idrak silah billah)
Definisi harus jelas, agar umat Islam tidak keliru memahami – tidak diciptakan bersamaan dengan penciptaan manusia (ruh ini muncul dari proses berpikir manusia) – harus diupayakan/diperjuangkan adanya.

Yang Allah ciptakan bersamaan dengan penciptaan manusia adalah:
1. Akal
2. Thaqatul hayawiyah (potensi kehidupan) terdiri dari 4 jenis: hajatul udwiyah (kebutuhan jasmani), gharizah tadayun (naluri beragama), gharizah nau (naluri melestarikan keturunan), dan gharizah baqa (naluri mempertahankan diri)
3. Ruh (sirrul hayah)

Sedangkan ruh (idrak silah billah) tidak diciptakan bersamaan dengan penciptaan manusia, dia merupakan hasil berpikir manusia. Jadi ruh ini harus diupayakan dan diperjuangkan. Karena dengan ini manusia melakukan perbuatan berdasarkan standar halal dan haram, sesuai dengan perintah dan larangan Allah atau tidak, Allah rida/murka?

Definisi Arruh, Ruhaniyah, dan Aspek Ruhiyah

Definisi Arruh
Arruh itu muncul dari proses berpikir manusia tentang alam semesta dan apa yang ada sebelumnya, bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah, dan dibalik setiap penciptaan itu ada aturan. Manusia akan dibangkitkan dan dimintai pertanggungjawaban.

Itu sebetulnya ruh, sesuatu yang muncul, tidak lahir bersamaan dengan penciptaan manusia, namun kesadaran lain yang dihasilkan dari proses berpikirnya manusia. Itulah ruh (idrak silah billah)

Sehingga, kekuatan ruhiyah menjadi kekuatan tertinggi, yaitu kekuatan yang muncul karena penghambaan/ketaatannya kepada Allah, tidak lagi melihat kapasitas diri, tetapi beramal semata melihat apa yang Allah inginkan.

Ruhaniyah
Ruhaniyah didefinisikan sebagai suatu dorongan yang muncul karena manusia mempunyai gharizah tadayun, naluri untuk menuhankan sesuatu. Gharizah tadayun ini termasuk di dalam penciptaan manusia. Jadi yang termasuk penciptaan manusia adalah ruhaniyah yang merupakan perwujudan dari gharizah tadayun, bukan ruh dalam konteks idrak silah billah. Inilah yang disebut dengan  ruhaniyah/ruhiyah.

Aspek Ruhiyah
Adapun aspek ruhiyah adalah segala sesuatu diciptakan oleh Al-Khalik. Yang akan dipikirkan oleh akal dan berpadu dengan gharizah tadayun, sehingga akhirnya manusia menemukan siapa dibalik alam semesta, manusia, dan kehidupan ini, yakni Allah Swt.

Jadi aspek ruhiyah itu adalah munculnya kesadaran bahwa segala sesuatu yang ada di alam (manusia, alam semesta, kehidupan) adalah ciptaan Allah. Ini yang akan kemudian berpadu dengan gharizah tadayun. Pada akhirnya manusia menemukan siapa Tuhan yang sesungguhnya itu. 

Inilah pentingnya kejelasan takrif/definisi tentang ruh, ruhaniyah, dan aspek ruhiyah. Sebagaimana pentingnya mendefinisikan akal sehingga manusia dapat memahami akal dan proses berpikir yang benar.

Contoh proses berpikir yang salah: akal adalah refleksi (cermin, dialektika prisma) yang bisa ditangkap oleh indra itu yang bisa dipikirkan, akhirnya cara berpikir ini melahirkan ateisme, orang-orang ateis. Proses berpikir ini dianut oleh orang-orang sosialis komunis.

Apa yang terjadi jika kaum muslim salah mendefinisikan akal/berpikir?
Kalau salah memahami akal, bisa jadi akal sebagai hudan/mursyid/pembimbing di dalam meraih hidayah tidak akan terwujud.

Wallahualam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: