surat pembaca
Tragedi Tabrakan Kereta Tunggara, Bukan Sekadar Tragedi Biasa
Oleh. Hana Salsabila A.R.
Dunia transportasi Indonesia kembali dilanda duka, dikabarkan kereta api Turangga PLB 65A bertabrakan dengan kereta api Commuterline Bandung 350, di petak jalan Haurpugur—Cicalengka, Km 181+700, Kabupaten Bandung, pukul 06.30 WIB, Jumat (itb.ac.id, 5/1/2024).
Dalam media luar dikatakan bahwa kecelakaan transportasi yang biasa terjadi di Indonesia adalah akibat dari infrastruktur yang sudah menua. "Jaringan kereta api di negara ini, yang sistem dan peralatannya ketinggalan zaman, khususnya di perlintasan kereta api, telah menjadi faktor penyebab seringnya terjadi kecelakaan. Ketika Indonesia terus bergulat dengan tragedi tersebut, kebutuhan akan infrastruktur perkeretaapian yang modern, aman, dan efisien menjadi prioritas utama," jelas salah satu media luar (cnbcindonesia.com, 5/1/2024).
Menurut media, penyebab kecelakaan tersebut kemungkinan akibat dari miskomunikasi. Jalur ‘single track’ yang tidak memungkinkan untuk menjalankan dua kereta berlawanan dalam waktu yang sama, jadi yang seharusnya berangkat bergantian, malah bersamaan yang mengakibatkan kecelakaan ini.
Maka oleh pakar transportasi ITB, Ir. R. Sony Sulaksono Wibowo, M.T., Ph.D., dari Kelompok Keahlian Rekayasa Transportasi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), terkait kecelakaan tersebut, beliau mengatakan agar jalur ganda (‘double track’) segera dibangun agar tidak terjadi kejadian serupa (itb.ic.id , 5/1/2024).
Namun nyatanya, pada Desember lalu, Direktur Prasarana Perkeretaapian di Kemenhub, Harno Trimadi malah divonis lima tahun penjara dalam kasus suap pengerjaan perbaikan perlintasan kereta sebidang di Jawa dan Sumatra tahun anggaran 2022 (bbc.com, 5/1/2024).
Luar biasanya kapitalisme, mereka justru memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk meraup untung dan menyalahgunakan sesuatu yang seharusnya digunakan untuk meriayah dan melayani rakyat, seperti halnya kasus di atas. Alhasil rakyat tidak terlayani dengan baik, fasilitas kurang, padahal semua biaya tersebut juga diambil dari saku rakyat juga. Mereka melaIaikan kewajiban mereka sebagai pengayom masyarakat dan malah mempedulikan diri sendiri. Belum lagi biaya perbaikan yang mahal, nyawa rakyat pula yang terancam. Begitulah kapitalisme.
Dalam Islam, rakyat merupakan orientasi utama. Sebagai pemimpin sekaligus pengayom rakyat, pemimpin akan menjamin keselamatan dan kenyamanan rakyat dalam daulah. Karena Islam menjamin itu semua dan kelak tanggung jawab itu akan ditanggung di akhirat. Wallahualam. [Ni]
0 Comments: