Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Fahhala 

Kabar duka kembali menyelimuti moda transportasi kereta api negeri ini, pada Jumat 5 Januari 2024 telah terjadi tabrakan antara kereta komuter line Bandung Raya dengan kereta api Turangga pada pukul 6.03 WIB. Kecelakaan terjadi di jalur tunggal (‘single track’) KM 181+700 petak jalan antara Stasiun Haur Pugur—Stasiun Cicalengka Jawa Barat (antaranews.com, 5/1/2024).

Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno menjelaskan bahwa sinyal di Stasiun Cicalengka masih menggunakan sinyal blok mekanik, sedangkan sinyal di Stasiun Haur Pugur berupa sinyal elektrik. Model persinyalan yang berbeda ini akan membedakan cara dalam pengoperasiannya (ekonomi.republika.co.id, 7/1/2024).

Pakar transportasi di Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono menyebut tabrakan seperti di Cicalengka, rentan terjadi jika muncul masalah sinyal maupun kesalahan manusia (tempo.co, 5/1/2024).

Bahkan insiden ini sampai disoroti oleh media asing ‘Agence France Presse’ (AFP), melalui artikel “4 dead 22 injured in Indonesia train collision” menyebut, kecelakaan transportasi adalah hal lumrah terjadi di Indonesia, karena alat transportasi sudah tua dan tidak dirawat dengan baik.

BNN Breaking sebagai salah satu media di Hong Kong juga menyampaikan hal yang sama, melalui artikelnya “Train collision in Bandung a tragic wake-up call for Indonesia's aging railway infrastructure,” menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan akibat infrastruktur yang kondisinya sudah menua. 

Tabrakan kereta api atau kecelakaan transportasi umum, bukan kali pertama terjadi bahkan meningkat pada momen mudik lebaran dan sebagainya. Ada banyak faktor penyebabnya seperti ‘human error’, sistem eror, atau hal lainnya.

Paradigma Kapitalisme

Berbagai faktor penyebab tersebut bisa diminimalisasi jika paradigma pembangunan infrastruktur yang dibangun—benar, yaitu memberikan pelayanan transportasi bermutu dengan menggunakan teknologi mutakhir, aman, nyaman, memadai, dan harga terjangkau, bahkan bisa gratis. Tapi sebaliknya, jika paradigmanya salah, maka hanya mementingkan keuntungan bisnis transportasi, dengan mengabaikan aspek lainnya.

Kapitalisme menjadikan paradigma hubungan penguasa kepada rakyat adalah bisnis. Dalam pandangan Islam, ini adalah salah. Saat orientasi keuntungan dijadikan landasan kebijakan, maka penguasa abai menjamin keamanan nyawa rakyat. Maka tampaklah kecelakaan bukan sekedar musibah, namun juga akibat kezaliman karena ada hal yang diabaikan oleh penguasa kapitalisme.

Penguasa tidak boleh bertindak sebatas regulator kebijakan untuk pemilik modal, dengan menyerahkan tanggung jawab penjaminan keselamatan masyarakat dalam bertransportasi kepada operator swasta. Persoalannya, hal ini adalah suatu yang niscaya dalam sistem kapitalisme neoliberal. 

Sistem ini melegalkan penguasa berlepas tanggung jawab terhadap keselamatan rakyatnya, sungguh ini adalah kezaliman terhadap rakyat. Mirisnya, fakta hari ini menunjukkan belum ada perbaikan signifikan untuk mencegah terjadinya bahaya pada masyarakat. Oleh karena itu, harus ada perubahan secara sistemik.

Paradigma Islam

Terkait moda transportasi, paradigma pembangunan infrastruktur dalam Islam adalah kemaslahatan umat yang memudahkan dan tidak membahayakan umat. Oleh karena itu moda transportasi yang dibangun dipastikan harus aman, nyaman, murah, bahkan gratis. Sebab akidah Islam menjadi asas tata kelola transportasi publik dengan visi negara yang melayani dan mengurus rakyat dengan memberikan layanan terbaik. 

Rasulullah saw. Bersabda, “Pemerintah sebagai pengurus rakyat dan dialah yang bertanggung jawab atas rakyat yang diurusnya.” (HR. Bukhari)

Tiga prinsip dasar pelayanan transportasi yang akan dijalankan oleh sistem Islam yaitu:

Pertama, pembangunan infrastruktur transportasi adalah tanggung jawab negara. Faktanya penyediaan transportasi membutuhkan biaya yang tinggi. Di sisi lain transportasi adalah kebutuhan publik yang dibutuhkan semua orang. Jika penyediaannya diserahkan kepada operator swasta, maka yang terjadi adalah kapitalisasi transportasi. Rakyat harus membayar untuk mendapatkan layanan transportasi yang nyaman. 

Dalam Islam, pendanaan infrastruktur transportasi berasal dari dana pos kepemilikan negara dan pos kepemilikan umum. Sistem Islam juga boleh menetapkan tarif transportasi berdasarkan perhitungan biaya untuk menutup BEP (‘Break Even Point'). Jika BEP sudah tercapai dan memungkinkan cukup untuk operasional selanjutnya, rakyat bisa menikmati transportasi negara secara gratis.

Kedua, perencanaan wilayah yang dilakukan secara baik akan mengurangi kebutuhan transportasi. Sebagai contoh daerah perkotaan akan dibangun infrastruktur transportasi umum yang nyaman, harga terjangkau, bahkan gratis dan memudahkan akses masyarakat dari satu tempat ke tempat yang lain. 

Konsep ini akan meminimalisasi penduduk kota menggunakan kendaraan pribadi, juga meminimalisasi kemacetan, dan terjadinya kecelakaan.

Ketiga, negara membangun infrastruktur publik dengan standar teknologi terbaru. Teknologi yang ada termasuk teknologi navigasi, telekomunikasi, fisik jalan, hingga alat transportasi itu sendiri. Dengan begitu, masyarakat akan semakin dimudahkan dalam mobilitas. 

Bahkan dalam Islam, standar moda transportasi juga dibangun untuk menjaga interaksi dan kesucian lawan jenis. Misalnya, ada pemisahan antara penumpang laki-laki dan perempuan.

Negara sebagai penanggung jawab dan pelindung, akan berupaya semaksimal mungkin menyediakan berbagai moda transportasi dengan teknologi terbaru dan tingkat keselamatan yang tinggi. Sehingga kelayakan moda transportasi jenis apapun, akan terjamin kualitasnya. 

Untuk menunjang keselamatan transportasi, pemerintah harus membangun industri strategis yaitu industri IT (‘Information Technology') berikut risetnya, serta pemeliharaan sarana publik tersebut yang dilakukan melalui pemeriksaan rutin sebelum berangkat atau beroperasi, akan menghindari hal-hal yang mengganggu perjalanan atau kecelakaan. 

Demikian, sistem Islam mengatur transportasi yang menjamin keamanan dan keselamatan rakyatnya, sehingga transportasi yang dijalankan oleh sistem Islamlah yang selalu dinanti. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: