Headlines
Loading...
Darurat Kriminal! Tembus Ribuan Kasus pada Remaja

Darurat Kriminal! Tembus Ribuan Kasus pada Remaja

Oleh. Susi Ummu Musa 

Ada apa dengan remaja kita saat ini ya? Kenapa sekarang hobi menjadi penjahat. Sebegitu lemahkah iman mereka sehingga terlalu cepat menentukan langkah melakukan aksi kejahatan hingga menghilangkan nyawa orang lain.

Kasusnya pun beragam, mulai dari perundungan, begal jalanan, pembunuhan, narkoba, prostitusi ‘online’, hingga pelecehan seksual. Semua dilakukan oleh remaja kita.

Menurut data dari Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham, terjadi tren peningkatan kasus anak berkonflik dengan hukum selama tahun 2020—2023. Per 26 Agustus 2023, tercatat hampir 2.000 anak berkonflik dengan hukum. Sebanyak 1.467 anak di antaranya berstatus tahanan dan masih menjalani proses peradilan, sedangkan 526 anak sedang menjalani hukuman sebagai narapidana.

Jika dibandingkan dengan data tiga tahun lalu, jumlah anak yang terjerat hukum belum pernah menembus angka 2.000. Menilik kondisi pada 2020 dan 2021, angka anak tersandung kasus hukum 1.700-an orang, lalu meningkat di tahun berikutnya menjadi 1800-an anak. Tren yang cenderung meningkat ini menjadi alarm bahwa anak-anak Indonesia sedang tidak baik-baik saja dan menuju pada kondisi yang problematik dan darurat kriminal (Kompas, 29/8/2023).

Ini bukan sekadar persoalan angka dan banyaknya kasus yang menimpa remaja Indonesia. Tetapi kita harus sanggup menggali akar masalah kenapa sampai terjadi kondisi mental remaja yang hilang akal dan buas.

Jika dicermati gaya kehidupan remaja kita saat ini amat kentara dengan adanya tren dan arus liberalisasi yang berasal dari barat. Jauh dari kesan remaja pemberani dan kharismatik, yang seharusnya memiliki prestasi dan penuh dengan kreativitas.

Kini remaja telah kehilangan jati dirinya. Remaja yang dikenal penuh dengan prinsip dan ambisi dalam mencapai cita-citanya kini telah berubah menjadi remaja galau, budak cinta, kecanduan game ‘online’ hingga pamer gaya dan status sosial.

Semua ini terjadi karena arus sekularisasi. Terjadi pemisahan agama dari kehidupan, yang telah merasuk ke dalam benak kaum muslim. Sehingga remaja muslim menjadi risih jika mereka terlalu alim atau sekadar menampakkan kekhasannya sebagai seorang muslim sejati.

Mereka sudah tidak lagi memahami apa itu baik atau buruk, berdosa atau tidak berdosa, halal dan haram. Jika dia melakukan suatu hal, rasa takutnya kepada Allah Swt. telah hilang. Bayangkan semua bisa dia lakukan tanpa melibatkan Allah di dalam hatinya, dorongan nafsunya lebih condong membawanya ke arah yang salah.

Arus sekuler ini telah berhasil menjauhkan remaja muslim dari agama yang hak dan membawanya menjadi remaja bermental lembek, penuh amarah, dan dendam. Bagaimana tidak demikian jadinya jika hampir semua lini kehidupan telah disusupi dengan berbagai kerusakan karena salah aturan.

Dari segi pendidikan saja standar yang digunakan tidak lagi berbasis akidah islam, kurikulum telah diatur Barat dengan segala manipulasi sejarah yang sebenarnya. Mata pelajaran agama juga dinilai tidak terlalu penting, sebab dikhawatirkan akan tumbuh bibit-bibit radikal. Maka hal ini mempengaruhi kadar keimanan generasi remaja muslim, dari situ muncullah sikap perundungan, pelecehan hingga tawuran karena dalam segi penanaman akidah dan ‘tsaqofah’ Islam yang benar telah dibatasi.

Dari segi pengawasan orang tua dan lingkungan juga sama sekali tidak memperhatikan tumbuh kembang anak remaja, sistem ekonomi kapitalis yang saat ini mendominasi menghasilkan ekonomi yang rusak sebab diatur oleh para elit politik dan oligarki sehingga terjadilah kemiskinan sistemik, semua diatur demi kepentingan penguasa dan memperkaya diri sendiri. Akibatnya rakyat harus berjuang sendiri untuk memenuhi ekonomi keluarga.

Di mana untuk sekedar memenuhi sandang pangan terpaksa seorang istri harus ikut berjuang ke luar rumah untuk bekerja, padahal seharusnya istri berada di rumah mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Sebaliknya seorang ibu tidak lagi membersamai anak-anaknya jadilah anaknya hidup bebas di luar sana.

Kemudian negara juga tidak peduli dengan kondisi remaja saat ini, mereka tidak memiliki solusi atas apa yang sedang menimpa remaja, jika remaja berbuat salah maka akan diperkarakan itu saja. Malah pemerintah memfasilitasi dengan tontonan dan aplikasi yang membuat remaja jadi mageran dan candu. Jika sudah candu maka larinya ke pencurian.

Untuk membeli chip mereka harus minta ke orang tua bahkan jika orang tua menasihati anaknya malah anaknya yang berbalik marah dan tega memaki orang tuanya. Ini masih sedikit gambaran bagaimana rusaknya remaja hingga berujung masuk bui, padahal masih di bawah umur. Masih banyak tindakan remaja yang hari ini semakin brutal karna tidak memiliki benteng yang kokoh dari keluarga, lingkungan maupun negaranya.

Maka hal ini sebenarnya bisa diubah jika kaum muslim dan remaja muslim mau bangkit dari sistem rusak ini menuju sistem Islam secara kafah. Hanya itu satu-satunya cara agar terwujud generasi remaja yang tangguh dan semangat dalam melanjutkan kehidupan Islam. Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: