Headlines
Loading...
Oleh. Rina Herlina (Pegiat Literasi)

Indonesia tengah bersiap memasuki pesta demokrasi. Para caleg pun sibuk berkampanye, mengobral janji guna merebut simpati masyarakat. Tak sedikit para caleg yang sudah keluar uang banyak untuk sekedar biaya alat peraga kampanye seperti membuat kaos, juga memberi cenderamata kepada para simpatisan beserta tim suksesnya. 

Bahkan untuk mengantisipasi banyaknya calon legislatif (caleg) yang mengalami stres atau gangguan jiwa paska gagal di pemilu 2024, sejumlah rumah sakit di berbagai wilayah tanah air sudah mempersiapkan ruangan khusus untuk para caleg tersebut. Salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit Oto Iskandar Dinata, Soreang, Bandung, Jabar, bahkan rumah sakit ini juga menyiapkan dokter spesialis jiwa (kompas.tv, 24/01/2024).

Ketatnya persaingan dan biaya yang mahal untuk sebuah pencalonan menjadikan jenis pekerjaan semacam ini adalah pekerjaan yang sangat ’’berisiko”. Berisiko dalam kaitannya dengan kesehatan mental, meskipun masing-masing calon sudah menjalani tes kejiwaan sebelum nama mereka didaftarkan. Namun adanya caleg gagal kemudian stres atau depresi bukanlah cerita karangan kemarin sore. Dari pemilu ke pemilu selalu terjadi.

dr Lahargo Kembaren SpKJ seorang Psikiater Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Jiwa dr H Marzoeki Mahdi, Bogor, mengungkapkan gangguan kesehatan jiwa bisa terjadi ketika ekspektasi tidak sesuai dengan realitas yang terjadi. Dia mencontohkan caleg yang tidak lolos. Awal gangguan jiwa adalah stres dengan ditandai adanya keluhan gangguan pikiran, perasaan, atau perilaku. Stres ada dua tipe, positif dan negatif. Stres positif terjadi karena ada manajemen stres dan support system yang memadai. Nah, stres negatif ini sebaliknya dan inilah yang akhirnya memunculkan gangguan kejiwaan jika tidak cepat ditangani.

Lahargo juga mengungkapkan, saat ini potensi stres lebih besar. Terlebih dengan adanya media sosial. Saat melihat caleg lain menang pemilu, sementara dirinya gagal, inilah yang akhirnya bisa memicu stres. Karenanya, jika perlu, para caleg ini puasa media sosial.

Fenomena ini membuktikan bahwa, pemilu yang ada pada sistem hari ini jelas rawan mengakibatkan gangguan mental. Karena pemilu di sistem ini berbiaya tinggi, sehingga membutuhkan perjuangan ekstra dengan mengerahkan segala macam cara untuk meraih kemenangan. Hari ini karena jabatan menjadi impian, dianggap bisa menaikkan harga diri (prestise), disamping jalan untuk mendapatkan keuntungan materi serta kemudahan atau fasilitas lainnya.
Kekuatan mental seseorang akan menentukan sikap seseorang terhadap hasil pemilihan.

Sementara didalam Islam, pemilihan pemimpin atau orang yang akan mengatur urusan umum dan individu merupakan masalah serius dan penting. Menurut hadis Rasulullah, "Seorang pemimpin adalah pengurus dan dia bertanggung jawab atas pengurusannya." (HR. Bukhari). 

Ini menunjukkan betapa pentingnya peran pemimpin dalam Islam dan mereka harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dan keputusan mereka. Adapun hadis lainnya menunjukkan kualitas yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Nabi Saw. bersabda: "Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian untuk keluargaku." (HR Abu Dawud)

Dalam konteks ini, kata 'keluarga' bisa ditafsirkan sebagai 'rakyat' atau 'orang yang dipimpin', menunjukkan bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang bertindak untuk kepentingan orang-orang yang mereka pimpin dengan perilaku dan cara-cara yang baik. Selain itu, Rasulullah Saw. Juga mengingatkan tentang pemilihan pemimpin yang tidak adil atau korup melalui sabdanya: "Seorang pemimpin yang memimpin umat Islam, tetapi tidak berusaha (ikhlas) dan memberikan nasihat, maka dia tidak akan memasuki surga bersama mereka." (HR Muslim)

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus berlaku adil, jujur, dan tulus dalam tindakan dan keputusan mereka, juga harus selalu bekerja untuk kepentingan rakyat. Pada hadis yang lain Rasulullah Saw. juga bersabda: "Seorang pemimpin adalah pelayan rakyatnya". (HR Tirmidzi)

Hadis tersebut memberikan petunjuk bahwa seorang pemimpin tidak boleh sombong atau memandang dirinya lebih baik dari orang lain, akan tetapi sebaliknya mereka harus merendahkan diri dan melayani rakyatnya. Dari hadis-hadis Rasulullah tersebut menunjukkan bahwa pemilihan pemimpin dalam Islam adalah masalah serius dan harus dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas moral dan etika. 

Seorang pemimpin harus bertanggung jawab, mengurusi, bersikap adil, tulus, juga harus berusaha keras memberikan yang terbaik untuk kepentingan rakyatnya. Seorang pemimpin juga harus senantiasa merendahkan diri dan melayani rakyatnya, bukan justru mendominasi atau memperkaya diri sendiri. Kualitas-kualitas seperti ini adalah esensi kepemimpinan dalam Islam dan harus dipertimbangkan saat memilih pemimpin. Wallahuallam bissawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: