Headlines
Loading...
Oleh. Ratty S. Leman

Kekuatan akidah dan ketegaran hati anak-anak, wanita, dan para pemuda di negeri Syam terutama di Gaza kita saksikan dengan seluruh indra kita melalui media sosial dan elektronik yang kita punya. Malu rasanya, mereka berjibaku dengan kenyataan hidup di negeri garda terdepan menghadapi musuh nyata. Kematian bisa datang sewaktu-waktu demi mempertahankan tanah suci kaum muslimin sedunia. Baitul Maqdis di bumi Palestina dengan Masjidil Aqsanya. 

Bagaimana para Ibunda di tanah yang diberkahi itu mendidik anak-anak mereka? Saat ini kita telah menjadi saksi, mereka telah mendidik anak-anaknya dengan akidah yang lurus, syariat yang dipegang teguh, dakwah terbaik yakni melawan kebiadaban musuh.  

Anak-anak ini dididik dengan pendidikan terbaik yang telah diterapkan generasi terdahulu yang membentuk kepribadian terbaik sepanjang masa, yakni kepribadian Islam. Sejak dini anak-anak ini telah diperkenalkan dengan ‘tsaqofah’ utama yakni belajar membaca Al-Qur'an, menghafalnya, mentadaburinya, mengamalkan, dan mendakwahkannya.

Bahasa Arab sebagai bahasa ahli surga tentu mereka pelajari juga, karena mereka hidup di Palestina. Ilmu ‘tsaqofah’, ilmu hadis, ilmu alat lainnya, iImu-ilmu para ulama terdahulu dari kitab-kitab yang sahih juga mereka pelajari. 

Sistem pendidikan Islam yang mereka terapkan, bukan sistem pendidikan sekuler. Anak-anak dididik untuk paham bahwa mereka belajar semata-mata untuk lebih mengenal Rabb mereka, membentuk mereka menjadi seorang muslim yang baik, insan yang kamil, seorang muslim yang berkepribadian Islam, penghafal Al-Qur'an dan pemimpin masa depan. Ilmu yang mereka cari untuk berjihad dan menegakkan kalimah Allah.

Mereka mendidik anak-anaknya berpikir lurus. Tidak berpikir salah bahwa menghabiskan uang untuk belajar setinggi mungkin, setelah lulus mereka mencari uang sebanyak mungkin, jabatan dan kekuasaan. Standar kebahagiaan mereka rida Allah, bukan materi sebagai standar kebahagiaan seperti kaum materialistis, kapitalisme, dan sosialisme.

Lihatlah, mereka sudah siap menyerahkan jiwa dan raga mereka untuk menjaga kemuliaan Baitul Maqdis. Mereka dibombardir penjajah zionis laknatullah hampir 75 tahun. Al-Qur'an dan jihad yang mereka pelajari karena sudah terlalu banyak darah para syuhada yang tumpah menyuburkan semangat untuk membela agamanya. Mereka merindukan hidup di bawah naungan Islam, bukan di bawah penjajah kafir dan antek-anteknya.

Generasi pembebas Al-Aqsa dan penakluk kota Roma, itulah cita-cita mereka. Saat mereka ditanya, “Siapa yang mau jadi dokter?” Beberapa gelintir anak mengangkat tangannya. “Siapa yang mau jadi pemain bola?” Beberapa anak mengangkat tangan lagi. Tetapi ketika ditanya, “Siapa yang ingin syahid?” Maka semua anak mengangkat tangannya, “Saya, saya, saya yang akan syahid”, seru mereka berebutan.

Pendidikan macam apa yang bisa menyiapkan mereka menjadi generasi emas pejuang dan pengemban peradaban mulia? Hidup dalam suasana perang menjadikan mereka generasi yang tangguh. Mereka berhadapan dengan musuh yang nyata secara fisik. Maka mereka pun disiapkan untuk melawan dan mengusir para penjajah itu. Akan sangat berbeda jika mereka hidup di negeri yang seolah-olah damai padahal gempuran pemikiran rusak dan merusak masif dilancarkan musuh. Tak mungkin muncul generasi rebahan di dalam negeri yang secara kasat mata jelas-jelas dijajah.

Generasi Islam adalah generasi yang dipilih Allah Ta’ala menjadi khoiru ummah (generasi terbaik) seperti yang telah disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Al Imran ayat 104, “Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”

Generasi di Palestina adalah para penjaga utama di perbatasan. Mereka dengan sukarela menjaga daerah perbatasan negeri muslim supaya tidak diserang dan dimasuki musuh. Seseorang yang menjaga satu hari di daerah perbatasan kaum muslimin dan dia berada di jalan Allah itu lebih baik daripada dunia dan apa yang ada di atas dunia ini. Mereka menjaga kehormatan kaum muslimin di seluruh dunia. Jika Baitul Maqdis bobol pertahanannya, maka Makkah dan Madinah akan diacak-acak musuh.   

Maka generasi khoiru ummah dan pemimpin peradaban di masa depan ini harus dijaga dengan baik. Mereka harus disiapkan untuk berdakwah, menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Tidak hanya di Palestina, tapi di seluruh negeri-negeri kaum muslimin harus dilakukan pendidikan dan pengkaderan generasi bermental pejuang. DNA mereka adalah DNA petarung dan penakluk dunia dengan peradaban yang mulia. Semoga Baitul Maqdis segera bisa kita rebut kembali dan Roma (Barat) bisa segera ditaklukkan. 

Siapakah generasi pemenang itu? Kita dan anak cucu keturunan penerus risalah Nabi Muhammad sallallahu alaihi wassalam. Mari kita mencontoh generasi terbaik pembebas Baitul Maqdis dan penakluk kota Roma. Takbir! Allahu Akbar!

ذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا

"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (QS. An-Nisa, 9) [Ni]

Baca juga:

0 Comments: