Headlines
Loading...
Oleh. Ratty S Leman

Beginilah hidup di sistem yang jauh dari Islam. Kita saat ini hidup dibawah sistem kapitalisme yang menyesakkan dada. Baru 1 abad, cukup 1 abad karena sudah menimbulkan banyak keonaran. Berbeda dengan sistem Islam yang pernah diterapkan di bumi ini hingga 13 abad. Dunia bagaikan surga, baldatun thoyibatun wa Rabbun Ghafur tidak sekedar semboyan tapi nyata dirasakan semua makhluk di bumi ini. 

Dari sistem yang bermazab materialisme ini, apa yang kita harapkan? Tak mungkin ketenangan dan kedamaian kita capai. Dunia damai dan sejahtera hanya slogan omong kosong belaka. Kapitalisme, sekulerisme, dan materialisme telah menimbulkan banyak perang. Perang demi perang diciptakan agar senjata buatan mereka laku. Wabah demi wabah diciptakan agar industri mereka jalan. Bukankah ini peradaban yang kejam? 

Setelah runtuhnya Daulah Khilafah, para musuh-musuh Allah terus berusaha agar negeri-negeri muslim jangan sampai bersatu kembali nenegakkan institusi dunia yang menyatukan kaum muslimin, yakni Khilafah ala Minhaji Nubuwah yang kedua. Sebab hanya dengan institusi inilah mereka akan menang dan menguasai dunia lagi.
Rabb Tuhan semesta alam yang akan disembah bukan uang lagi. Mabda ra' sumaliyah, yakni mabda yang dikepalanya hanya berpikir uang, uang, uang. Mereka menjajah negeri-negeri muslim untuk mendapatkan gold (emas), glory (kejayaan), dan golpel (penyebaran agama). Inilah cara penyebaran mabda mereka, yakni dengan perang dan mengeruk semua kekayaan alam negri yang dijajah. 

Hal ini sangat berbeda dengan mabda Islam. Islam menyebarkan cara hidup yang benar dengan menakhlukkan suatu negri. Jika suatu negri mau menerima Islam dengan cara damai, maka disambut dengan suka-cita. Bila tidak mau (kafir dzimni), diwajibkan untuk membayar jizyah (denda) sebagai perlindungan dari musuh, jika tidak mau atau menentang berarti mereka kafir harbi yang harus diperangi agar mau tunduk kepada hukum Allah. 

Cara berpikir kapitalisme yang telah 1 abad meracuni pemikiran kaum muslimin inilah yang menjadikan perang di Palestina tak kunjung selesai. Para pemimpin boneka tak memikirkan nasib saudaranya lagi. Mereka berpikir harta dan tahta untuk memperkaya dirinya sendiri berserta kroni-kroninya. Arab berpikir bagaimana minyak mereka laku. Tak berpikir lagi bagaimana dengan minyak itu pesawat-pesawat tempur itu membunuhi saudara-saudaranya di Gaza. Turki tak berpikir bagaimana saluran pipa minyak dan air mengalir melalui wilayahnya untuk kebutuhan zionis. Mesir tak mau membuka pintu perbatasannya untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan karena takut Amerika dan sekutunya. 

Pemimpin negeri-negeri kaum muslimin sudah menjadi budak harta dan hamba uang. Mereka cinta dunia dan benci kematian. Akhirnya inilah yang terjadi sekarang. Mereka ikut andil dalam memelihara peperangan ini tetap ada. Mereka ikut andil dalam pembantaian ini. Mereka harus mempertanggungjawabkan semua sikapnya ini dihadapan kaum muslimin saat ini dan dihadapan Allah kelak di akhirat.

Zionis tak pernah berpikir tentang akhirat, yang mereka pikirkan adalah mereguk kenikmatan dunia sebanyak-banyaknya. Seperti kera yang selalu merasa kelaparan padahal sudah kekenyangan. Sesuai dengan firman Allah di dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah 65: "Sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantara kamu pada hari Sabtu, lalu kami berfirman kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina."

Jika kita mengikuti tatacara dan gaya hidup mereka, maka tak ubahnya kita ingin menjadi kera seperti mereka. Kita menghinakan diri sendiri. Tak bersyukur pada Allah yang telah memberikan kita predikat khalifah fil ardi, pemimpin di muka bumi. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: