Headlines
Loading...
Oleh. Ratty S. Leman

Sudah sebulan ini kita disuguhi berita tentang Palestina yang menyesakkan dada. Hanya orang biadab, terkutuk, terlaknat yang bisa melakukan kekejian seperti ini. Pantas saja Nazi Jerman di bawah komando Adolf Hitler kesal dengan kaum ini hingga membunuhnya 90% dan menyisakannya 10% agar kita paham kebiadaban mereka. 
Allah Subhanahu wa ta'ala sendiri geram dengan makhluk ciptaan-Nya ini. Allah tak segan-segan melabelinya dengan bangsa kera dan babi. Kasar sekali didengarnya apalagi diucapkannya. Tapi itulah faktanya. Merasa sombong dan merasa berhak menguasai dunia dibandingkan yang lain. Merasa pintar mengatur dunia ini dengan akalnya. Tak mau tunduk pada perintah Allah dan Nabi-Nya.

Terbuat dari apakah hati musuh-musuh Allah ini yang keras dan membatu?  Sebaliknya terbuat dari apakah hati penduduk Syam yang teruji keimanannya ini? Di dalam Al-Qur'an banyak sekali membahas tentang masalah hati ini. Hati yang tenang, hati yang salim (selamat), hati yang lembut, hati yang keras, hati yang membatu. Hati yang sakit ‘(maridh)’, hati yang sehat. 

Jika ingin mengecek hati kita ini hati yang sehat atau hati yang sakit, silakan membaca Al-Qur'an atau dibacakan Al-Qur'an. Hati yang sehat, maka akan tenang dan tenteram. Hati yang sakit dan bermasalah pasti akan bergejolak, marah, sedih, takut, bahkan hilang kendali atau bereaksi seperti kesurupan. 

Kita melihat saat ini, zionis seperti orang kesurupan, hilang kendali akal dan nafsunya. Seenaknya mengklaim tanah air milik bangsa Palestina sebagai tanah miliknya, minta dukungan setan-setan lainnya untuk membantunya. Untuk melaksanakan aksinya itu, dijajah penduduknya dengan segala cara. Dibombardir, ditembaki, dianiaya, dibunuh, diembargo, diputus aliran listrik, air, dan jaringan internetnya. Segala macam cara dilakukan untuk membunuh rakyat yang tak berdosa. Jahatnya lagi, mereka yang menentang dan mempertahankan miliknya dicap teroris, ‘ekstrimis’ dan pemberontak.

Persis seperti kondisi para pahlawan kita dahulu. Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Malahayati, dan pahlawan yang lainnya dicap oleh penjajah Belanda sebagai ‘ekstrimis’ dan pemberontak. Inilah watak penjajah. Maunya menang sendiri dan benar sendiri.
Mengapa orang-orang kafir itu bisa sedemikian tega terhadap sesama manusia? Karena hati mereka ingkar kepada Al-Qur'an sehingga mengeras dan membatu.

Bandingkan dengan hati penduduk Syam yang tenang, tenteram, damai, tegar, dan tabah. Darah mereka adalah DNA para pejuang yang celupannya adalah Al-Qur'an. Kita saksikan sendiri banyak foto dan video, kesibukan mereka adalah membaca Al-Qur'an. Senantiasa terhubung dengan Allah sehingga masih kecil-kecil sudah banyak yang hafiz (penghafal) Al-Qur'an. Kita melihat sendiri kesibukan dan kecintaan mereka dengan Al-Qur'an. Sampai saat mereka sakit, terluka, dan harus dioperasi obat bius habis. Anastesi atau penghilang rasa sakit mereka hanyalah Al-Qur'an.

Masyaallah, memang benar demikian. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur'an surat Ar-Rad ayat 28:

الَّØ°ِÙŠْÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆْا ÙˆَتَØ·ْÙ…َÙ‰ِٕÙ†ُّ Ù‚ُÙ„ُÙˆْبُÙ‡ُÙ…ْ بِØ°ِÙƒْرِ اللّٰÙ‡ِ ۗ اَÙ„َا بِØ°ِÙƒْرِ اللّٰÙ‡ِ تَØ·ْÙ…َÙ‰ِٕÙ†ُّ الْÙ‚ُÙ„ُÙˆْبُ ۗ
 
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."

Hati yang salim (selamat), tenang, tenteram, dan dalam bimbingan Allah. Setelah kita menjadi saksi kekuatan hati mereka yang kehilangan keluarga dan harta benda, kini kita juga menyaksikan kebaikan hati mereka saat pertukaran tawanan di masa gencatan senjata ini. Para sandera musuh diperlakukan secara manusiawi sekali. Diberi makan layaknya seperti para pejuang makan, diobati jika terluka, dirawat jika sakit dan diperiksa dokter, diperbolehkan beraktivitas seperti olahraga dan sebagainya. 

Ketika harus dikembalikan ke pasukan zionis mereka terasa berat hatinya. Hati mereka telah tertawan oleh kebajikan hati para pejuang. Hati yang tercelup dengan celupan Al-Qur’an adalah hati yang lembut dan penuh kasih sayang. Kita sebagai muslim juga tidak percaya narasi bohong musuh bahwa para pejuang telah membunuh bayi-bayi dan mencongkel mata para sandera. Sungguh tak mungkin para pejuang yang hafiz Qur’an melakukan hal sekeji itu. Fitnah besar ditujukan kepada para pejuang.

Justru mereka para zionis itulah yang memperlakukan kaum muslimin semena-mena. Warga sipil dibom, dibunuh, ditembaki, dianiaya, dilecehkan. Bahkan kaum muslimin yang disandera disiksa sedemikian kejinya. Tak diberi makan, disiksa di ruang tahanan yang sempit, gelap dan bau. Mereka tak disediakan tempat buang air kecil dan tempat bung air besar. Setiap detik disiksa dengan siksaan yang mengerikan. Kita saksikan seorang sandera muslimah jari-jari tangannya dipotong sampai habis, hidungnya ditusuk, wajahnya yang cantik dirusak.

Tentara kaum muslimin sebenarnya bisa melakukan pembalasan yang lebih kejam terhadap musuh karena perlakuan musuh yang sudah tak terkendali di luar nalar. Tapi mereka tidak melakukan hal yang sama. Mereka terbimbing oleh Al-Qur’an dan sumber hukum Islam lainnya. Mereka tetap berhati yang salim menghadapi musuh. Tak ada dendam kesumat. Inilah akhlak mereka yang teruji dan terpuji. Sesungguhnya mereka telah memenangkan hati semua penduduk bumi. Sebentar lagi kemenangan yang sesungguhnya akan segera tiba dan kita menyaksikan orang berbondong-bondong masuk ke dalam agama yang diridai Allah Subhanahu wa ta’ala. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: