Headlines
Loading...
Oleh. Imroatus Sholeha (Freelance Writer) 

Sudah fitrahnya seorang ibu mencintai dan menyayangi anaknya. Sembilan bulan mengandung dalam lemah dan letih lalu melahirkannya dengan bertaruh nyawa. Naluriah seorang ibu akan melindungi dan mengasihi sang buah hati. Bahkan binatang yang tak punya akal pun begitu, akan mengasihi anaknya dan menghalau semua bahaya yang mengancam, terlebih lagi manusia yang dibekali akal untuk berfikir. 

Namun mirisnya, sistem Kapitalisme hari ini telah merenggut fitrah keibuan dalam diri seorang wanita. Hari ini kita di suguhkan dengan maraknya kekerasan bahkan pembunuhan yang dilakukan seorang ibu terhadap buah hatinya sendiri, alasannya pun bermacam-macam mulai Baby blues pasca melahirkan, keluarga yang kurang mendukung, hubungan terlarang, faktor ekonomi, dan lemahnya keimanan. 

Seperti yang terjadi di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, seorang ibu bernama Rohwana alias Wana (38 tahun), ditangkap polisi karena terlibat pembunuhan.

Perempuan yang kesehariannya bekerja sebagai buruh itu membunuh bayinya sendiri dengan cara menenggelamkan ke ember berisi air setelah dilahirkan. Bayi itu kemudian dibuang ke semak-semak dalam kebun milik warga sekitar.

Wana mengaku tega membunuh bayinya karena tidak memiliki biaya untuk membesarkannya. Perempuan tersebut sudah memiliki dua anak dan suaminya hanya bekerja sebagai buruh. (Kumparan, 24/1/2024) 

Kasus di atas hanyalah segelintir kasus yang mencuat dari sekian banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Sangat disayangkan dikarenakan faktor ekonomi membuat seorang ibu tega menghabisi buah hati yang dilahirkannya. 

Sistem Kapitalis-Sekuler telah menciptakan kondisi dan manusia berperilaku buruk. Dalam sistem Kapitalisme dimana materi menjadi tolak ukur, sehingga segala upaya dilakukan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dan para pemilik modal yang berkuasa. 

Akibatnya harta hanya berputar di sekitar para pengusaha, sementara rakyat kecil kian tercekik dengan tingginya beban hidup, harga-harga kian naik, tidak adanya jaminan kesejahteraan bagi setiap individu, akibatnya tingkat kriminalitas terus meningkat sebab kebutuhan hidup yang tidak terpenuhi. 

Kapitalisme lahir dari akidah Sekularisme dimana agama dipisahkan dari kehidupan. Alhasil, manusia berlomba mengumpulkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara tanpa memandang halal-haram asal mendatangkan materi akan terus dilakukan tak peduli berakibat buruk sekalipun. Sebut saja aktivitas judi online, produksi film dewasa, narkoba, tambang yang merusak lingkungan, perdagangan manusia, dan masih banyak lagi aktivitas yang menimbulkan banyak mudarat namun terus eksis sebab mendatangkan pundi-pundi keuntungan. 

Sulitnya ekonomi, harga-harga melambung tinggi, kondisi masyarakat yang apatis, tidak adanya jaminan kesejahteraan dari negara, menjadi beban bagi seorang ibu untuk membesarkan anaknya. Akibatnya seorang ibu tega membunuh dan membuang bayinya sendiri. Inilah salah satu bukti bahwa kapitalisme telah gagal melindungi fitrah dan naluri seorang ibu. 

Sementara para penguasa yang harusnya menjadi pelindung rakyat sibuk mengamankan jabatannya beserta para sanak keluarganya, tak peduli dengan penderitaan rakyatnya. Para penguasa hanya bekerja untuk kepentingan kelompoknya dan para pemilik modal. Kebijakan yang di buat hanya untuk memuluskan segala proyek-proyek para kapitalis yang tak jarang menumbalkan rakyat sendiri. 

Penguasa terus menutup mata dengan penderitaan rakyat, yang dilakukan hanyalah menjatuhkan sanksi bagi para pelaku kriminal tanpa penyelesaian tuntas. Malangnya seorang ibu yang kesulitan ekonomi dan membunuh anaknya sendiri berakhir terkurung dalam jeruji besi. 

Ironis, kondisi seperti ini lahir dari sistem hidup yang diterapkan saat ini dan akan terus bertambah para ibu dengan nasib serupa jika sistem buruk ini terus di pertahankan.

Selain faktor ekonomi, lemahnya iman dalam sistem sekularisme dimana agama dipisahkan dari kehidupan membuat seorang ibu gelap mata sehingga tega berbuat demikian, padahal anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan kelak akan dimintai pertanggung-jawaban. 

Dalam sistem Kapitalisme peran seorang ibu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hari ini karena sulitnya ekonomi banyak kaum ibu memilih bekerja keluar rumah, akibatnya peran ibu sebagai pengurus dan pengatur rumah kurang maksimal bahkan tak jarang membawa dampak negatif bagi keluarga khususnya anak-anak. 

Fitrah seorang Ibu sebagai ummu warabbatul bayt (pengurus dan pengatur rumah tangga) harus di support banyak pihak, baik keluarga, lingkungan, sampai negara. Sebab di tangan ibu nasib para generasi ditentukan. Bagaimana akan tercipta generasi terbaik jika ibu sebagai madrasah pertama bagi anak tidak memiliki ketenangan dalam jiwanya? Seorang ibu tak akan bisa maksimal menjalankan dalam kondisi lingkungan yang buruk yang lahir dari sistem yang batil. 

Berbeda dengan Kapitalisme, Sistem Islam menjaga dan merawat fitrah seorang ibu. Negara yang menerapkan Islam akan menjamin seluruh kebutuhan rakyatnya terpenuhi. Negara hadir di tengah masyarakat sebagai pelindung dan pengurus rakyatnya. Memastikan terpenuhi kebutuhan rakyatnya dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi para suami atau tulang punggung keluarga.

Islam juga mewajibkan negara menjamin kestabilan harga-harga kebutuhan pokok agar mudah dijangkau masyarakat. Negara dengan penerapan Islam memudahkan bahkan memberikan pendidikan dan kesehatan gratis bagi seluruh warga negara dengan sumber pemasukan dari baitul mal. Diantaranya harta milik umum seperti tambang, dan hasil sumber daya alam yang melimpah dialokasikan untuk seluruh kebutuhan rakyat, tidak seperti dalam sistem Kapitalisme yang dikuasai oleh para pemilik modal. 

Islam lahir dari akidah yang lurus, terpancar darinya aturan dari sang pencipta untuk mengatur seluruh aspek kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia. Menjadikan syari’at Islam sebagai pedoman dalam kehidupan menjauhkan dari hal-hal haram yang membawa pada kemudharatan. Dengan adanya jaminan kesejahteraan dari negara, seorang ibu akan tenang dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya tanpa khawatir memikirkan masalah ekonomi. Inilah wujud negara yang menerapkan syariat Islam dan sudah saatnya untuk kembali menerapkannya dalam seluruh aspek kehidupan, mencampakkan Kapitalisme yang hanya membawa pada kesengsaraan. Wallahualam bi shawwab. 

Baca juga:

0 Comments: