Headlines
Loading...
Kasus DBD Mengancam Generasi, Islam sebagai Solusi

Kasus DBD Mengancam Generasi, Islam sebagai Solusi

Oleh. Thaifah Zhahirah (Pendidik dan Pegiat Literasi)

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di negeri ini kembali meningkat bahkan hingga merenggut nyawa termasuk anak-anak. Dilansir dari pikiran-rakyat.com (4/2/2024), kasus DBD di Kabupaten Ciancur melonjak signifikan. Per Januari 2024 saja angkanya menyentuh 219 kasus dengan dua kematian yang terjadi pada rentang usia 6-14 tahun. Sementara itu di daerah lain yaitu kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan terdeteksi ada 74 kasus dengan empat kasus di antaranya berakhir dengan kematian (rmolsumsel.id, 30/1/2024). Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menunjukkan hingga minggu ke-52 tahun 2023 tercatat ada 98.071 kasus dengan 764 kematian (liputan6.com, 4/2/2024) dan 73 persen dari 1.183 kematian akibat DBD pada tahun 2022 adalah anak-anak berusia 0-14 tahun (Kompas.com, 5/2/2024).

Penyakit DBD dapat dicegah dengan beberapa langkah. Hanya saja langkah ini memerlukan upaya terpadu dan melibatkan berbagai elemen termasuk masyarakat. Pertama adalah dari aspek lingkungan, dimana lingkungan adalah tempat hidup dan berkembangbiak makhluk hidup termasuk nyamuk pembawa virus DBD, sehingga perlu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat untuk meminimalisir tempat yang akan digunakan nyamuk sebagai sarang mereka. Kedua, aspek manusia (inang), yaitu pentingnya kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari membuang sampah pada tempatnya hingga pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kesadaran ini perlu untuk ditanamkan sejak dini agar mampu menjadi sistem antisipasi pertama yang kuat. Ketiga, dari aspek virus atau penyakit itu sendiri, dengan berbagai riset sehingga mampu menghasilkan berbagai teknologi kesehatan seperti vaksin dan bakteri Wolbachia yang hingga saat ini masih terus dikembangkan.

Langkah-langkah ini telah disosialisasikan dan dilakukan, namun berbagai faktor di lapangan membuat upaya ini tidak dapat dilakukan secara optimal. Menciptakan lingkungan dan tempat tinggal yang sehat dan bersih masih terbentur dengan fakta kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat. Demikian juga dengan PHBS yang sulit untuk dilakukan dengan pengaturan kehidupan saat ini. Sebagai contoh adalah pembuangan sampah, yang diketahui masih menjadi masalah di berbagai kota karena berbagai sebab. Demikian juga dengan pengendalian virus melalui penelitian dan teknologi kesehatan yang masih menyisakan banyak tantangan. Mulai dari biaya yang tidak sedikit hingga benturan kepentingan. Sehingga, untuk mengatasi masalah DBD ini perlu sebuah sistem hidup yang mampu mengatasi segala permasalahan ini dan menjawab semua tantangannya. 

Islam sebagai sebuah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan akan memastikan setiap rakyatnya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan layak. Mulai dari sandang, pangan, hingga papan. Sehingga tidak akan berbenturan antara upaya berperilaku hidup sehat dengan keadaan. Islam sebagai sebuah sistem yang sempurna, juga mengajarkan perilaku hidup yang bersih dan sehat. Bukan hanya kebersihan diri namun juga lingkungan. Dorongan menjadi sebaik-baik manusia dengan menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain akan menjadikan mereka berlomba untuk memberikan dampak kebaikan yang besar bagi manusia lainnya. Sehingga tidak akan ada perilaku egois dengan membuang sampah sembarangan atau mengotori lingkungan yang akan berdampak pada kesehatan di tengah masyarakat.

Berbagai edukasi juga akan dilakukan oleh negara secara optimal sehingga PHBS dapat tergambar dengan jelas oleh masyarakat dan upaya pencegahan penularan DBD dapat dilakukan dari skala terkecil yaitu individu dan rumah tangga. Adapun terkait dengan pencegahan yang melibatkan penelitian dan teknologi, maka negara akan memfasilitasi dengan anggaran yang sesuai dengan kebutuhan sehingga penelitian dapat terus dilakukan, teknologi unggul dapat dihasilkan, dan penggunaannya dapat dilakukan secara merata diseluruh wilayah negara.

Di sisi lain, kesiapan sarana dan prasarana rumah sakit  termasuk tenaga kesehatannya juga akan dipastikan oleh negara sehingga jika ada pasien yang memerlukan pengobatan dengan rawat inap dapat ditangani dengan optimal. Negara akan menyiapkan mekanisme akses rumah sakit yang tepat, dan gratis bagi masyarakat. Demikianlah solusi  Islam saat diambil menjadi pengatur kehidupan dalam menjawab tantangan kasus DBD yang mengancam generasi. Wallahualam bissawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: