Headlines
Loading...
Perubahan Iklim Mengancam Keberlangsungan Hidup Manusia

Perubahan Iklim Mengancam Keberlangsungan Hidup Manusia

Oleh. Rina Herlina
(Pegiat Literasi)

Adanya kabar terkait perubahan iklim global bukanlah kabar bohong dan sekadar ramalan masa depan. Namun, kenyataan tersebut sedang dihadapi miliaran jiwa penduduk bumi. Oleh karenanya, fenomena tersebut tidak bisa dianggap sebagai persoalan sepele.

Dilansir dari cnbc.indonesia.com, 10/02/2024, Dwikorita Karnawati selaku Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), mengeluarkan peringatan baru mengenai ancaman yang mengintai Indonesia dan juga seluruh komunitas internasional. Yakni, dampak perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.

Adanya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, akibat dari pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, juga praktik industri yang tidak berkelanjutan, telah mendorong perubahan iklim pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan, jika mengutip pernyataan dari Badan Meteorologi Dunia (WMO) yang menyebut tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang pengamatan instrumental, di mana anomali suhu rata-rata global mencapai 1,40 derajat Celcius di atas zaman praindustri, hal tersebut memang benar adanya.

Angka tersebut nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement pada 2015, yaitu dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat Celcius. Di tahun 2023, terjadi rekor suhu global harian baru dan terjadi bencana heat wave ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa. Sementara itu, rekor iklim yang terjadi di tahun 2023 bukanlah kejadian acak ataupun kebetulan, melainkan tanda-tanda jelas dari pola yang lebih besar dan lebih mengkhawatirkan yaitu perubahan iklim yang semakin nyata.

Ya, keadaan bumi yang sudah berada pada titik kritis memang bukan isapan jempol belaka. Pembakaran hutan, penebangan hutan, dan alih fungsi lahan yang menyebabkan kegundulan hutan terus meningkat kasusnya. Dalam skala tahun 2000-2007 saja, terjadi penebangan hutan seluas 24 juta hektar di Indonesia. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kelangsungan lingkungan hidup. Akibat perusakan lingkungan tersebut bencana lingkungan pun semakin tak terhindarkan, seperti banjir, perubahan iklim, hingga pemanasan global.

Sejatinya, kerusakan lingkungan di dunia adalah disebabkan oleh ulah tangan manusia. Bahkan, negara pun ikut andil dalam kerusakan lingkungan karena lebih mementingkan kepentingan para pemilik modal dibandingkan lingkungan hidup maupun kepentingan masyarakat. Kerusakan lingkungan juga seringkali dilakukan oleh korporasi besar, illegal logging oleh pengusaha kayu, alih fungsi hutan juga oleh perusahaan yang mendapat dukungan dari pemerintah.

Ibarat orang yang sakit, bumi yang sedang mengalami krisis ini, juga harus segera diobati. Fakta lapangan yang menunjukan kerusakan lingkungan sudah ditunjukkan di depan mata. Akibatnya pun sudah dirasakan mulai dari perubahan iklim yang menyebabkan petani gagal panen, nelayan yang tidak bisa melaut, serta eksploitasi terhadap alam yang dilakukan oleh kelompok manusia termasuk korporasi seperti yang terjadi di Sidoarjo. Lumpur Lapindo telah melumpuhkan basis produksi masyarakat di sana. Untuk mengobati bumi yang sakit ini, perlu upaya konkret dari semua lapisan masyarakat maupun gerakan civil society dalam proses memperbaiki kerusakan lingkungan hidup khususnya di Indonesia.

Islam Memiliki Concern Perihal Pentingnya Menjaga Alam

Agama Islam, jelas mengajarkan norma dan tatanan hidup, juga memiliki concern yang sama ihwal pentingnya menjaga alam dan mengantisipasi perubahan iklim. Ajarannya yang kuat menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Solusi yang ditawarkan pun meliputi hulu hingga hilir, integral, dan komprehensif. Menempatkan manusia sebagai sentral keseimbangan alam. Inilah alasan Imam ar-Raghib al-Ashafani, seperti dinukilkan dari kitab ad-Dzari’ah ila Makarim as-Syari’ah, menyatakan bahwa menurut konsep Islam, tugas manusia di muka bumi bukan sekadar beribadah kepada Allah atau mengaktualisasikan diri sebagai pemimpin, melainkan juga menjalankan tugas ’imarah al-ardl untuk mengurus bumi dengan sebaik-baiknya beserta segenap sumber daya alamnya.

Imam Abu Hayan melalui tafsirnya yang bertajuk al-Bahr al-Muhith menegaskan, pelestarian alam atau lingkungan menjadi misi para nabi sepanjang sejarah. Saat menguraikan makna dari surah Hud ayat 61, beliau memaparkan bagaimana Nabi Shaleh as. diperintahkan kepada kaum Tsamud untuk konsisten di jalan tauhid, kemudian mengoptimalkan peran mereka sebagai pemimpin di muka bumi. Juga seruan terakhir agar mereka mendayagunakan potensi alam di muka bumi secara proporsional. Tugas 'imarah disandingkan dengan tauhid dan kekhalifahan membuktikan bahwa pelestarian alam, tidak lagi masuk ranah cabang agama (furu’iyyah), akan tetapi merupakan prioritas utama dharuriyyat. Mempertahankan keberlangsungan hidup berikut lima dharuriyyat meliputi agama, jiwa, akal, nasab, dan harta, ini berarti sama dengan menjaga lingkungan.

Konsep pelestarian alam yang ditawarkan Islam memang sudah diakui dunia. Seperti pernyataan Pangeran Charles dalam sebuah pidatonya di hadapan para sarjana dan intelektual Pusat Kajian Islam Oxford pada 2010 mengatakan bahwa doktrin semua agama menyerukan pemeliharaan alam, terutama agama Islam. Untuk itu, dalam konsep Islam manusia tidak terlepas dari alam. Kerusakan yang terjadi di muka bumi pada dasarnya adalah karena  perilaku dan pola interaksi manusia terhadap alam yang cenderung destruktif. Oleh sebab itu, eksistensi makhluk hidup di muka bumi sangat bergantung pada sejauh mana manusia mampu berlaku adil terhadap alam. Agama Islam mengajarkan agar manusia harmonis dengan alam. 

Wallahuallam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: