Headlines
Loading...
Waspada! DBD Renggut Nyawa Anak-Anak, Ini yang Perlu Dilakukan

Waspada! DBD Renggut Nyawa Anak-Anak, Ini yang Perlu Dilakukan

Oleh. Indri Wulan Pertiwi
(Aktivis Muslimah Semarang)

Indonesia kembali mengalami peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian tanpa pengobatan khusus. Dampak fatal ini telah merenggut nyawa banyak orang, terutama anak-anak. Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, hingga Minggu ke-52 tahun 2023 terdapat 98.071 kasus dan 764 kematian akibat DBD.

Kabupaten Cianjur menyatakan adanya peningkatan kasus DBD pada Januari 2024 dengan 219 kasus dan dua anak meninggal dunia. (pikiran-rakyat.com 4/2/2024). Hal serupa juga terjadi di Kabupaten Banyuasin dengan 74 kasus dan empat orang meninggal dunia selama Januari 2024. (rmolsumsel.id/30/1/2024).

Penyebab DBD di Indonesia adalah lingkungan yang memungkinkan nyamuk Aedes aegypti berkembang biak sebagai vektor penyebar penyakit. Tantangan dalam penanganan DBD di Indonesia meliputi kurangnya pemahaman masyarakat tentang pencegahan dan pengobatan DBD, kurangnya pengawasan dan pengendalian vektor nyamuk, kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai, serta faktor sosial budaya yang mempengaruhi penyebaran penyakit.

Meskipun demikian, penyebaran penyakit DBD pada dasarnya dapat dicegah dengan langkah pencegahan tertentu. Namun, diperlukan sinergi terpadu dan peran aktif masyarakat dan negara untuk menanggulangi DBD. Di samping itu, beban yang ditimbulkan oleh penyakit DBD dapat memberikan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Oleh karena itu, pendekatan terpadu dan holistik diperlukan untuk mengendalikan penyakit DBD di Indonesia.

Kami mengakui bahwa pemerintah Indonesia telah berusaha dalam menanggulangi masalah DBD dengan berbagai upaya, seperti meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang DBD, melakukan sosialisasi di daerah-daerah rawan, menyediakan obat-obatan gratis untuk pasien DBD, serta melakukan program pengendalian vektor nyamuk dengan cara fogging di daerah yang rawan DBD.

Namun, masih terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti pandangan masyarakat yang kurang tepat tentang DBD khususnya di daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh program pemerintah, kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pengendalian vektor nyamuk, serta kurangnya bukti yang kuat mengenai efektivitas pengobatan dan pencegahan DBD sehingga sumber daya yang diperlukan bisa terbatas.

Selain pencegahan yang dapat dimulai dari tingkat keluarga. Kesadaran akan adanya langkah pencegahan juga harus dipahami oleh masyarakat secara menyeluruh. Tindakan nasional yang lebih besar perlu dilakukan dalam mengantisipasi kegiatan ini, seperti melakukan monitoring secara teratur, serta membentuk sistem yang kuat dan terpadu. Selain itu kesiapan rumah sakit dalam menangani penderita DBD juga harus diutamakan. Menyadari pentingnya layanan kesehatan yang memadai, negara harus memfasilitasi kebutuhan tersebut karena kebutuhan akan layanan kesehatan bersifat mutlak.

Sayangnya, dalam sistem kapitalisme saat ini, kesehatan sering dijadikan sumber profit atau keuntungan. Hal ini dapat terlihat pada kenaikan harga pengobatan DBD yang tidak terjangkau bagi masyarakat yang kurang mampu serta adanya praktik kesehatan oleh tenaga kesehatan yang kurang memperhatikan standar etika dan profesionalisme.

Dalam pandangan Islam, pola hidup sehat adalah bagian yang harus dipatuhi seluruh umat Islam. Perilaku bersih dan sehat akan dilakukan atas kesadaran pribadi jika telah memiliki karakter Islami pada tiap individu, yang sudah terbina oleh pendidikan berbasis aqidah Islam. Artinya, menjaga kebersihan dan kesehatan adalah bagian dari perintah Allah, dan cara hidup bersih dan sehat sudah banyak dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Selain edukasi yang tepat, negara dalam Islam telah menyiapkan beberapa mekanisme kesehatan sehingga rakyat menikmati pelayanan kesehatan secara gratis dan berkualitas. Pemenuhan tanggung jawab negara terhadap kebutuhan dasar rakyatnya harus menjadi prioritas, dengan membentuk tenaga medis yang mumpuni dan sistem kesehatan yang merata di seluruh wilayah.

Oleh karenanya dalam menanggulangi DBD, diperlukan peran aktif dari semua pihak, tidak hanya masyarakat biasa, tapi juga pemerintah dan lembaga kesehatan. Upaya-upaya pencegahan dan penanganan harus terintegrasi dan berkesinambungan untuk menekan angka kasus DBD dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat.

Terlebih dalam situasi pandemi COVID-19 yang berkembang, pencegahan DBD harus dilakukan dengan berbagai pertimbangan dan kerja sama erat untuk mencegah penyebaran dari kedua virus tersebut. Dan semua itu akan lebih tepat jika di mulai dengan menerapkan sistem Islam menyeluruh sehingga dapat mencegah bahkan menghentikan peningkatan kasus DBD di Indonesia dan melindungi generasi, khususnya anak-anak dari penyakit mematikan ini.
Wallahualam bissawab. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: