Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Mujiasih

Perkenalan dengan seorang laki-laki muslim di OME TV membuatnya risau. Dada Angel bergemuruh kala ia mendengar pertanyaan itu. Keyakinannya selama ini seakan runtuh seketika, saat ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Pertanyaan yang membuatnya pada titik nol.

Sepanjang hari ia memikirkan hal itu. Ia tidak bisa mengingkari kebenaran itu. Semakin ia berusaha memberontak, hatinya semakin luluh. Angel merebahkan tubuhnya di ranjang, tanpa melakukan apa pun seharian. Ia mengurung dirinya di kamar.

"Angel, are you oke?"
Ibu Angel memanggil dari bawah.

"I am fine, Mom."

"Angel ini sudah sore, kenapa kamu tidak makan?"

"Nanti Mom, Angel masih kenyang tadi makan di kantin."

"Baiklah, kamu tidak ingin turun berbicara pada kami?"

"Angel ingin istirahat dulu, Mom."

"Oke. Never mind."

Angel meringkuk sambil memeluk boneka kesayangannya. Benaknya berkelana penuh kerisauan, tidak tahu harus berbuat apa. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an terdengar dari masjid di sekitar rumahnya. Lantunan yang biasa membuatnya benci kini hatinya tersandera. Ia bersimpuh, air matanya tumpah. Suara ayat-ayat suci yang merasuki jiwanya membuat ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Angel terbayang pertanyaan laki-laki muslim tadi. Awalnya Angel menghina agama laki-laki itu, karena ia mendukung Palestina. Namun laki-laki itu menjawabnya dengan santun dan tersenyum meskipun ia dihina. Akhlaknya yang baik membuat Angel akhirnya bersimpati padanya.

"Apakah kamu percaya dan mencintai tuhanmu?" Tanya laki-laki muslim yang telah Angel dera dengan serentetan hinaan.

"Tentu."

"Apakah saat kamu melihat seseorang yang diagungkan, dihormati oleh umatnya disalib dan dibunuh, diam saja?"
Pertanyaan itu membuat Angel seketika terdiam. 
Angel mulai berpikir dan membayangkan jika ia berada pada peristiwa itu. Iya, saat ia mencintai seseorang tentu akan berusaha menolongnya dan menyelamatkannya. Tidak akan membiarkannya terluka. Hati Angel mulai ragu. Ia diam tidak berkata.

"Apakah tuhanmu melakukan makan, minum, belajar, tidur bahkan buang kotoran seperti yang menyembahnya?"
Pertanyaan kedua benar-benar membuat Angel tidak berkutik, ia menyerah lalu mematikan saluran OME TV-nya. Sejak saat itu, hatinya gundah gulana berusaha mencari kebenarannya. Hatinya bergejolak, bimbang antara keyakinan dan hati nuraninya. 

Angel membaca kitab perjanjian lama dan perjanjian baru, semakin ia bingung. Dalam kitab perjanjian lama disebutkan bahwa tuhan waktu kecilnya disunat, sebelum matahari terbit bersembahyang, tidak makan babi. Kenapa hal itu sama seperti yang dilakukan orang Islam? Sepulang sekolah dari Imanuel, Angel ingin ke perpustakaan kota untuk mencari buku yang bisa meyakinkannya. 

***

Sore hari itu Ainun dan teman-temannya akan ikut kajian remaja. Mereka semua sudah datang sebelum asar, tinggal satu orang yang belum datang, Mira. Jarak dari masjid tempat kajian dengan perpustakaan hanya berjarak seratus meter karena itu mereka ke perpustakaan terlebih dahulu sambil menunggu Mira.

"Mira, kamu di mana? kok belum kelihatan!"
Nur mencoba menelepon Mira.

"Maaf, aku enggak bisa datang karena ibuku tiba-tiba pingsan. Ini aku dengan kakakku dalam perjalanan ke rumah sakit."

"Ya Allah. Sekarang gimana kabarnya ibu?" Tanya Ainun.

"Ibu sekarang masih belum sadar, Ay."

"Ya Allah, semoga ibu cepat sehat ya, Mir." 

"Amin-amin. Mohon doanya ya teman-teman agar ibu baik-baik saja dan cepat sadar." Suara Mira parau tak kuasa menahan tangis.

Semua bersahutan mendoakan ibunya Mira. Mereka semua sedih mendengar kabar itu.

"Ibunya Mira sakit apa ya?" Tanya Lina penasaran.

"Belum tahu Lin. Semoga semua baik-baik saja." Jawab Ainun.

"Ya Allah kasihan Mira, belum lama broken home terkena narkoba. Sekarang ibunya malah sakit. Jadi ia mengurusi ibunya hanya berdua dengan kakaknya saja. Ayahnya tidak ada di rumah." Kata Nur.

"Kita doakan semoga semua akan baik-baik saja." Kata Ainun.

"Amin-amin, Ya Allah."

"Waktu asar masih satu setengah jam lagi, jadi kan kita ke perpus dulu?"

"Iya, ayo."

Mereka bertiga masuk ke perpustakaan kota. Semua menuju ke tempat buku yang diminati. Ainun menuju rak buku berisi buku-buku Islami, sementara Lina mencari artikel, dan Nur memilih novel. Mereka duduk dan tenggelam dalam bukunya masing-masing. Di sudut ruangan ada anak remaja yang memperhatikan mereka dari tadi. Anak itu akhirnya menghampiri Ainun.

"Ainun! Kamu benar yang pernah sekolah di TK Darma Wanita?" Sapa Angel.

"Iya." Jawab Ainun sambil mengingat-ingat wajah yang tak asing baginya.

"Kamu masih ingat saya? Saya Angel temanmu waktu di TK Darma Wanita."

"Oh  Angel, iya! Ya Allah lama kita tidak bertemu, Angel."
Ainun memeluk Angel.

"Yes long time, I always remember you."

"Thanks."

"Kamu sekarang pakai hijab ya?" Tanya Angel.

"Iya."

"Sejak kapan?"

"Ini sejak masuk SMA."

Ainun memperkenalkan ke dua temannya kepada Angel. Belum lama mereka bercakap-cakap, azan asar terdengar. Mereka berpisah, Ainun dan teman-temannya mengikuti kajian. Sementara Angel pulang ke rumahnya.

***

Dering WA terdengar dari gawai Ainun. Angel, teman masa kecil Ainun menghubunginya.

["Ainun, apakah kamu dapat membantuku?"]

["Iya ada apa Angel?"]

["Aku ingin menjadi mualaf, Ay! Apakah kamu bisa membantuku mengantarku ke rumah Ustaz atau Ustazah?"

["Alhamdulillah. Iya bisa."]

"Subhanallah, alhamdulillah."
Perasaan haru menyelimuti hati Ainun mendengar berita yang disampaikan Angel. 

["Nanti sepulang sekolah, aku akan ke sekolahanmu. Kamu pulang jam berapa Ay?"]

["Iya, sekitar jam 15.00."]

["Oke."]

"Kenapa matamu berkaca-kaca, Ainun?" Tanya Lina penuh penasaran.

"Angel yang kemarin, kita bertemu di perpus."

"Oh bule itu! Memang kenapa dengannya?"

"Angel ingin menjadi mualaf. Dia meminta tolong untuk mengantarkannya ke guru yang bisa membimbingnya menjadi mualaf."

"Ke Ustaz Malik dan Ustazah Aisyah."

"Oke."

Mereka bertemu dengan Angel sepulang sekolah. Ainun sudah menghubungi Ustazah Aisyah dan menyampaikan maksud kedatangannya untuk mengantarkan Angel. Ustaz Malik beserta istrinya membimbing Angel.

Deraian air mata jatuh tak tertahan, bagai bongkahan es yang mencair karena panas. Dada Angel seakan plong telah keluar dari beban yang mengganjal selama ini. Hatinya diliputi rasa ketenangan kala syahadat terucap dari lisannya.

Keimanannya membuncah saat ia menemukan Islam. Iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, tidak hanya basah di lisan, juga diaplikasikan dalam perbuatan. Kini Angel juga menemukan sahabat salihahnya yang selalu mendukungnya dalam kebaikan.

Ketenangan hinggap di hatinya. Ia bersimpuh tak kuasa menahan tangis. Hatinya telah menyerah, tunduk pasrah pada Sang Pencipta yang sesungguhnya, yaitu Allah Swt.. [Ni]

Klaten, 30 Januari 2024

Baca juga:

0 Comments: