Headlines
Loading...
Potret Sadis, Remaja Didikan Sistem Sekuler Kapitalis

Potret Sadis, Remaja Didikan Sistem Sekuler Kapitalis

Oleh. Istiana Ayu Sri Rikmaratri 

Akhir-akhir ini kita banyak melihat kasus kriminal yang pelakunya masih remaja. Motifnya berbeda-beda. Mulai dari balas dendam, sakit hati, hubungan gelap, saling mem-bully di media sosial hingga berakhir dengan perundungan. Terbaru kita melihat berita berseliweran tentang pelajar SMK berinisial J (17) menjadi pelaku pembunuhan satu keluarga di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Korban satu keluarga yang berjumlah lima orang itu ditemukan meninggal pada Selasa 6 Februari 2024 lalu, diketahui motif dari pembunuhan tersebut adalah sakit hati (kompas.com, 08/02/20214). 

Tak hanya menghabisi nyawa satu keluarga pelaku juga menyetubuhi korban yang merupakan ibu dari mantan pacarnya beserta mantan pacarnya tersebut (kompas.com, 08/02/20214). Kejadian tersebut hanyalah sebagian kecil dari potret sadis remaja saat ini. Jika disimak kejadian-kejadian yang motifnya sebenarnya sepele, rasanya tak ada seorang pun yang tidak geleng-geleng kepala karena terkejut. Mengapa? Mengapa remaja bisa begitu sadis? Mengapa mereka mudah  menyelesaikan masalah dengan cara kriminal?

Terlebih ini terkait generasi bangsa. Jika generasi muda ini sejak awal mempunyai kepribadian yang buruk, apa jadinya bangsa ini kedepannya?

Biang Keroknya 

Masa remaja merupakan masa dimana manusia mempunyai produktivitas yang tinggi. Antusiasme mereka memicu dukungan fisik yang berat. Kreativitas anak muda selalu mengundang decak kagum masyarakat. Sayangnya, potensi besar yang dimiliki generasi muda ini diiringi dengan berbagai permasalahan akut yang justru merampas potensi yang dimilikinya. 

Sebagai lingkungan terdekat remaja, keluarga merupakan tempat tumbuh kembang anak dan mengenyam pendidikan untuk pertama kalinya. Memang benar bahwa lingkungan keluarga dan masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prevalensi kenakalan remaja. Demikian halnya dengan mudahnya anak mengakses informasi lewat internet, Namun pada kenyataannya, hal ini hanyalah sebuah efek. Inti permasalahannya adalah akibat diterapkannya sistem kapitalisme sekuler di negeri ini. 

Jika dicermati lebih dalam, generasi sekarang tumbuh dan berkembang di bawah asuhan sistem kapitalis sekuler yang tidak menjadikan agama sebagai aturan dasar kehidupan. Sehingga mereka tumbuh dalam generasi yang lemah imannya, sehingga tidak mempunyai perisai yang kuat untuk mencegahnya berbuat dosa. 

Dengan berlakunya sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan, nilai-nilai moral dan agama pun terhapuskan. Landasan ini melahirkan liberalisme yang mengagung-agungkan kebebasan, termasuk kebebasan berkeyakinan, berpendapat, kepemilikan, dan berperilaku sampai-sampai aturan agama tergeser. 

Sekolah sebagai lembaga pendidikan, bukannya menghasilkan anak atau generasi muda yang berkualitas dan berkarakter kuat, malah melahirkan remaja yang penuh permasalahan. Kurikulum yang diterapkan tidak mampu membimbing peserta didik berperilaku baik dan beradab. 

Jelaslah bahwa sistem kapitalisme sekuler adalah sistem yang rusak  dan destruktif yang membawa manusia tanpa pandang bulu menuju kejahatan dan kesengsaraan. Korbannya adalah orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Sistem yang rusak seperti itu hendaknya kita buang dan gantikan dengan sistem kehidupan yang benar, sistem kehidupan yang bersumber dari Allah Swt yang tidak lain adalah sistem Islam. 

Selamatkan dengan Islam 

Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan remaja selain membesarkan dan mendidiknya secara Islam, yaitu bimbingan yang membentuk pola pikir dan sikapnya sesuai dengan ajaran Islam. 

Hendaknya remaja memahami bahwa Islam mempunyai solusi terhadap berbagai permasalahan dalam hidup. Begitulah cara mereka memandang kehidupan menurut paradigma Islam yaitu tentang beramal shaleh dan setiap amalnya dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Ta'ala. Mereka memahami bahwa masa mudanya harus diisi dengan berbagai hal yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat. 

Yang tidak kalah penting adalah dihidupkannya kembali fungsi keluarga sebagai madrasah pertama bagi anak, yaitu orang tua wajib mendidik anaknya dengan berpegang teguh pada keyakinan Islam. Inilah cara mereka mengembangkan keimanan dan ketaatan dengan mengikuti perintah Allah dan menghindari kemaksiatan. 
Negara juga mempunyai tugas untuk menciptakan sistem sosial menurut aturan Islam. Tugas masyarakat adalah berbuat baik dan jahat. Dengan demikian, fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial berjalan dengan baik. Selain itu, negara harus menerapkan sistem pemerintahan, politik, ekonomi, pendidikan, dan peradilan sesuai dengan hukum kafah-Islam. [Ys]

Baca juga:

0 Comments: