Headlines
Loading...
Bisakah Generasi Lebih Berkualitas dengan Cuti Ayah?

Bisakah Generasi Lebih Berkualitas dengan Cuti Ayah?

Oleh. Ummi Fatih

Kualitas generasi negeri yang sudah semakin menurun memang harus segera diperbaiki. Karena mereka selaku golongan penerus negeri, haruslah dicetak menjadi sosok-sosok berkualitas cemerlang yang diharapkan kelak dapat mewujudkan peradaban gemilang.

Lantas, cukupkah RPP kebijakan cuti ayah bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sedang ramai dibahas bersama Komisi II DPR ini mendorong peningkatan kualitas SDM sejak dini, sesuai alasan pemerintah negeri ini?

Peran Wajib Ayah dengan Petunjuk Sempurna

Posisi seorang ayah memang merupakan pemimpin dalam keluarganya. Sehingga selain ia berkewajiban untuk mencari nafkah,  juga berkewajiban untuk mengarahkan keluarganya menuju jalur kebenaran kehidupan. Maka, kualitas seorang ayah harus bermutu agar mampu meningkatkan kualitas SDM yang menjadi tanggung jawabnya di dalam rumah.

Dan menurut Editor in Chief Nakita.id , David Togatorop, untuk mencapai kualitas ayah bermutu, seorang lelaki haruslah berkarakter pintar (smart) mengatasi berbagai masalah keluarganya. Selain itu, ia juga harus menjadi sosok inspiratif bagi keluarganya. Ayah harus tetap dalam kondisi  sehat (aktif), agar mampu menjadi tiang kokoh keluarga. Selanjutnya, ia juga harus mampu menghadirkan keceriaan dalam keluarga (playfull), agar kesehatan mental mereka selalu terjaga (kompas.com, 12/11/2020).

Hanya saja, di tengah kerusakan arus kehidupan saat ini, kualitas kepemimpinan ayah sangatlah mengkhawatirkan. Selain kondisi kesehatan,  juga menjadi korban masalah ekonomi akibat penerapan sistem kapitalisme negeri ini, membuat mereka sibuk bekerja mencari nafkah di luar rumah dan sulit berkosentrasi untuk mendidik para buah hatinya.

Kecerdasan mereka juga masih dibiarkan oleh negari ini teracuni konsep berpikir sekuler yang menolak ajaran agama untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. Akibatnya, mereka menjadi tidak mengenal secara mendalam tentang ajaran agama untuk mereka ajarkan pada para anaknya. Sehingga generasi mereka pun menjadi tidak bisa menjadi sosok yang berkualitas cemerlang dan bertakwa, sebagaimana para tokoh muslim dunia dahulu kala.

Padahal, andaikata ajaran agama itu mereka pahami secara mendalam dan benar-benar mereka ajarkan, serta mereka terapkan dalam kehidupan, mereka pasti bisa memberi inspirasi positif untuk diteladani oleh anaknya. Kesehatan mental dalam pertumbuhan psikologi para anaknya pun akan terjaga. Pada akhirnya, anak mereka akan dapat menjadi sosok cemerlang yang layak menjadi penerus bangsa. Bahkan mereka akan berjasa mengalirkan pahala tanpa henti bagi orang tuanya yang telah mendidik dan merawat mereka di jalan kebenaran. Sesuai dalil hadist Rasulullah, "Jika seorang wafat, maka terputuslah amalannya, kecuali 3 hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim).

Semua itu lantaran agama adalah petunjuk lengkap untuk menjalani kehidupan dari Tuhan Sang Maha Pencipta alam semesta, termasuk umat manusia. Maka ketika ajaran itu dipahami dan dijalankan sepenuhnya, umat manusia tidak akan merugi selamanya.

Apalagi jika ajaran agama Islam yang dipelajari dan dijalankan sepenuhnya, masalah peningkatan kualitas SDM dari sektor ayah maupun generasi penerus bangsa akan dapat terselesaikan. Karena Islam tidak hanya sekadar berisi petunjuk peribadatan pada Tuhan, namun Islam juga berisi petunjuk sempurna untuk semua segi kehidupan.

Dari segi pendidikan karakter kepribadian seseorang saja, Islam tidak hanya memandang bahwa hal itu hanya sekedar menjadi tanggung jawab orang tua. Namun, juga menjadi tanggung jawab masyarakat yang ada disekitarnya dan negara yang ditempatinya. Karena, manusia adalah makhluk sosial yang memang harus saling berhubungan satu sama lain.

Sehingga, apabila para generasi telah dididik dengan baik dalam keluarganya. Merekapun akan aman, terjaga dari berbagai kejahatan dan bahaya kehinaan moral. 

Tak lupa juga, jika petunjuk Islam diterapkan dalam segi ekonomi. Masalah krisis keuangan negara yang selama ini masih menyulitkan para ayah dalam mencari nafkah, pasti akan dapat terselesaikan. Sehingga mereka bisa penuh konsentrasi untuk mendidik anaknya menjadi sosok cerdas yang beriman.

Karena dalam sistem ekonomi islam terdapat banyak petunjuk sempurna untuk mencapai kesejahteraan hidup. Seperti petunjuk keharaman riba. Bahaya tagihan utang yang mencekik kantong keuangan masyarakat akan sirna. Lalu, petunjuk pengelolaan  sumber daya alam negara tanpa campur tangan pihak swasta, pasti akan membuat para ayah menjadi mudah mencari lowongan kerja pada pihak pemerintahan negerinya sendiri.

Oleh sebab itu, jelaslah memang bahwa  peningkatan kualitas SDM generasi muda hanya dapat diraih dengan islam melalui pintu keluarga, masyarakat dan negara. Tidak hanya dengan rencana kebijakan cuti ayah yang memberi mereka kelapangan waktu bersama keluarga di awal kelahiran bibit generasi bangsa. Wallahualam bissawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: