Headlines
Loading...
Cuti Ayah, Dapatkah Memperbaiki Kualitas Generasi?

Cuti Ayah, Dapatkah Memperbaiki Kualitas Generasi?

Oleh. Qonita Fairuz Salsabila, Lc
(Aktivis Muslimah)

Pemerintah sedang merancang cuti bagi para Aparatur Sipil Negara atau ASN pria dalam rangka untuk menemani istrinya yang melahirkan dan harus menjalankan pengasuhan setelah melahirkan. Hal ini dilakukan pemerintah, sebagaimana disampaikan oleh presiden Jokowidodo sebagai bentuk peningkatan SDM sejak dini (idntimes.com, 14/3/2024).

Kualitas Generasi Dibentuk dari Banyak Sisi

Kebijakan ini tentu perlu dikritisi dari berbagai sisi. Sebagaimana hal ini menimbulkan pertanyaan para pekerja swasta dimana mereka tidak termasuk dalam golongan ASN sehingga seolah tidak diberikan hak yang sama untuk mendapatkan cuti bekerja. 

Terlepas dari ada tidaknya atau merata tidaknya cuti ini, sejatinya kualitas generasi dipengaruhi banyak faktor, dimana faktor ini akan terus mengiringi perjalanan hidup seorang anak. Faktor tersebut tidak lain adalah faktor keluarga, pendidikan, masyarakat, juga tentunya sistem. 

Adapun faktor keluarga,  kedua orangtua memiliki peran yang sangat besar dalam mendidik, mengasuh, membina, juga menumbuhkan karakter serta kepribadian anak. Oleh karena itu, hal ini tentu perlu adanya kualitas terkait pemahaman orang tua akan peran dan fungsinya dalam menjalankan kewajiban tersebut. Namun, faktanya di dalam sistem hari ini banyak orangtua yang tidak siap menjadi orangtua, tidak mampu memberikan keteladanan, dan hampir seluruh waktunya, fikiran, dan tenanganya terforsir untuk mencari biaya hidup. 

Hari ini tidak hanya ayah yang kemudian menghabiskan banyak waktunya diluar untuk mencari nafkah, namun  bahkan mayoritas ibu pun juga mau tidak mau mengambil peran tersebut lantaran biaya hidup yang semakin tinggi. Dengan begitu di sistem hari ini yang kita lihat bahwa fungsi keluarga seolah sudah hampir tidak ada.

Selain itu, untuk membangun generasi yang berkualitas tentu juga tidak lepas dari pendidikan yang didapatkan, dimana anak banyak menghabiskan waktu dan usianya disana.

Oleh karena itu  kurikulum pendidikan di sekolah akan sangat berpengaruh untuk membentuk pemahaman, keilmuan, juga kepribadian anak. Akan tetapi hari ini kita saksikan bahwa pendidikan di dalam sistem ini memiliki banyak aspek yang perlu diperbaiki, mulai dari generasi yang tidak memiliki kepribadian yang Islami, pemahaman tsaqofah Islam yang kurang sekali, tidak memiliki roal model yang baik, moral yang sangat rusak, bahkan banyak yang terlibat dalam berbagai macam tindak kriminalitas juga pergaulan bebas. 

Selain peran keluarga dan pendidikan di sekolah, ada peran masyarakat yang memiliki pemahaman, kepedulian, serta ketaqwaaan  akan menjalankan perannya untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, atau mengajak pada yang kebaikan dan mencegah dari kemunkaran. Akan tetapi di dalam kehidupan sekuler ini, kita mendapati bahwa masyarakat hari ini sekalipun mayoritas mereka adalah umat islam akan tetapi mereka memiliki karakter individualis. 

Dengan karakter tersebut, label yang Allah swt. berikan kepada umat islam sebagai umat terbaik ketika menegakkan amar ma’ruf nahi munkar menjadi hampir tidak ada. Dan dampaknya pun generasi yang berkualitas akan semakin tiada. Karena kerusakan dibiarkan begitu saja, sehingga merajalela tanpa ada yang mencegahnya. 

Selain ketiga hal tersebut, yang paling mendasar adalah peran sistem. Sistem yang diterapkan di dalam sebuah negara tentu akan sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia yang ada di dalamnya, termasuk kualitas generasi. Sehingga ketika sistem yang diterapkan berbasis sistem sekuler, yakni pemisahan akan kehidupan dengan agama, maka berbagai kebijakan juga peraturan pun jelas akan memisahkan peran agama dalam memutuskan peraturan. 

Maka kita bisa melihat hari ini dimana pergaulan tidak diatur dengan aturan Islam, muncullah berbagai macam pergaulan bebas, mulai dari pacaran, miras, zina, bahkan LGBT dimana-mana. Begitu pula tidak adanya sistem pidana Islam yang menyebabkan perbuatan kriminal dan menyimpang pun tidak terselesaikan dengan tuntas lantaran sanksi yang sangat longgar dan tidak menimbulkan efek jera. 

Begitu pula sistem ekonomi kapitalis yang menyebabkan rakyat semakin tercekik, sedangkan para penguasa dan para pemilik modal bisa menikmati kekayaan negara dan umat tanpa batas. Dampaknya para ayah bahkan ibu benar-benar terforsir hampir seluruh waktu, tenaga dan fikirannya untuk mencari lembaran-lembaran uang demi untuk bertahan hidup.

Dari sini kita dapat mengetahui bahwa hari ini, ayah pun juga menjadi korban sistem yang diterapkan, menjadikannya sosok ayah yang tidak memahami perannya, yang tidak hanya mencari nafkah namun juga memimpin, mendidik dan menuntun keluarga agar terselamtkan hingga kehidupan akhirat. 

Oleh karena itu, cuti ayah memang dibutuhkan, namun bukanlah solusi mendasar yang menyentuh akar permasalahan. Maka kita bisa melihat dengan nyata, bagaimana cara yang ditempuh negara untuk menyelesaikan persoalan yang ada di tengah umat, namun tidak dapat menyelesaikan persoalan tersebut dengan tuntas.

Islam Sebagai Solusi Mencetak Generasi Terbaik

Allah swt berfirman yang artinya: "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar(TQS An-Nisa: 9).

Para ulama menafsirkan ayat ini bahwa orang tua diperintahkan untuk berusaha semaksimal mungkin agar dapat melahirkan generasi yang tidak lemah. Baik itu lemah dalam iman, ilmu, materi juga termasuk fisik. Oleh karena itu sudah seharusnya orang tua benar-benar menjalankan perannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak mereka agar menjadi generasi yang memiliki kualitas terbaik sebagaimana generasi yang Rasulullah saw puji, yakni generasi sahabat, tabi’in dan tabiu tabiin.

Sebagaimana sabdanya: "orang yang hidup pada zamanku (generasiku), kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka”. (HR. Bukhari Muslim).

Agar dapat melahirkan generasi terbaik sebagaimana sabda Rasulullah saw. tidak hanya membutuhkan peran orangtua, karena generasi terbaik itu pun terbukti mereka lahir dari sebuah sistem yang Islami. Maka jelas bahwa Islam menetapkan pembentukan generasi tidak hanya menjadi tanggung jawab orangtua, ayah dan ibu, namun juga disertai dengan supporting system, termasuk peran masyarakat dan negara dengan segala kebijakannnya dalam berbagai bidang.  

Ketika terdapat penerapan Islam kaffah,  pendidikan Islam pun juga akan terwujud, dimana sistem ini memiliki tujuan untuk mendidik para muridnya agar memiliki kepribadian Islam, pemahaman akan tsaqofah Islam yang cukup dan matang. Juga mumpuni dalam berbagai bidang ilmu dan teknologi.

Tidak hanya itu generasi yang lahir pun adalah generasi yang terampil dan memiliki jiwa kepemimpinan, dimana hal tersebut sangat dibutuhkan untuk menjalankan tujuan penciptaan yakni untuk menjadi hamba Allah swt serta khalifah di muka bumi ini. Khalifah yang akan mengatur manusia dengan aturan-Nya, sehingga bisa menebarkan rahmat untuk suluruh alam semesta. Wallahualam bissawab. [ry]. 

Baca juga:

0 Comments: