Headlines
Loading...
Oleh. Bunda Karti

Hidup dimasa sekarang ini yang semua canggih, segala sesuatu bisa diakses dalam hitungan detik tidak lantas membuat hidup menjadi mudah, justru semakin banyak tantangan dan godaan yang harus dihadapi. 

Dengan adanya media sosial dengan segala fiturnya dan godaanya menuntut sebagian individu dan masyarakat untuk memenuhi semua keinginan semakin meningkat bukan hanya kebutuhan pokok tetapi juga kebutuhan gaya hidup yang yang berdasar pada rasa "gengsi" dijadikan sebagai kebutuhan pokok. Dengan keadaan ekonomi yang begitu sulit namun masyarakat kelas bawah berusaha begitu kerasnya untuk memenuhi keinginan tersebut meskipun kadang jalan yang diambil adalah jalan yang salah, salah satunya hutang riba. 

Disisi lain dengan keadaan masyarakat yang kekurangan koperasi-koperasi yang didukung negara dan para pemodal semakin menjamur menawarkan kemudahan pada masyarakat seolah menjadi jalan keluar dari himpitan kebutuhan. Walaupun nyatanya hutang-hutang berbasis riba tersebut bukan menjadi jalan keluar justru melahirkan banyak sekali masalah-masalah baru dalam keluarga dan masyarakat  yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental. 

Banyak kita temui masyarakat yang terjerat hutang riba. Dengan penghasilan yang sebenarnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari membuat seseorang gali lubang tutup lubang sekedar untuk membayar hutang berbasis riba tersebut, sehingga membuat hutang yang semakin hari bukan semakin berkurang bahkan semakin menumpuk tanpa tahu kapan berakhirnya. 

Keadaan tersebut mengakibatkan mulai terancamnya sebuah hubungan keluarga, terjadi konflik dan perselisihan hingga banyak yang berujung perceraian. Mereka abai akan kewajiban dan fokus hanya untuk bagaimana cara menghasilkan uang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara tanpa berpikir halal haram sehingga mengakibatkan keluarga dan anak-anak menjadi terlantar, salah pergaulan, dan ada juga yang terlibat kasus-kasus kejahatan dan tindakan asusila.

Didukung dengan tontonan tanpa filterisasi  dan akses yang mudah dari media sosial menjadi konsumsi anak dan remaja setiap hari membuat mereka mudah berbuat apapun tanpa adanya pantauan dari orang tua dan keluarga. Sehingga tak heran saat ini marak terjadi pembulian, tawuran, jambret, tindak asusila, bundir, yang dilakukan kalangan anak dan pelajar.

Negara yang seharusnya mengayomi dan melindungi rakyat justru semakin abai dan hanya mementingkan kepentingan pemodal dan penguasa. Banyak kasus-kasus korupsi yang menyebabkan kerugian negara dengan nominal yang luar biasa tanpa adanya hukum yang nyata seakan hukum hanya dijadikan permainan para penguasa. Sedangkan sampai saat ini para penguasa masih mengandalkan hutang luar negeri yang berbasis riba fakta jumlah utang pemerintah per akhir Januari 2024 tercatat Rp 8.253,09 triliun," dikutip dari dokumen APBN Kinerja dan Fakta Januari 2024, Selasa (27/2/2024).
"yang katanya" masih pada tahap aman sedangkan semua dibebankan pada rakyat. Hasil-hasil kekayaan yang seharusnya untuk kepentingan rakyat nyatanya hanya dinikmati segelintir penguasa, pemodal dan asing. Rakyat hanya kecipratan sebagian kecil yang disalurkan sebagai bansos itupun banyak terjadinya salah sasaran. Sedangkan harga kebutuhan pokok semakin naik ditambah naiknya harga BBM, PLN, PDAM, PAJAK dan mahalnya biaya pendidikan  membuat rakyat semakin terbebani. Begitu rusaknya sistem saat ini yang berpedoman pada sekuler kapitalis yang diemban oleh demokrasi.

Berbeda sekali dengan sistem Islam yang bersumber dari Al-Qur'an yang benar-benar menetapkan hukum-hukum dari Allah sehingga kehidupan bisa selaras, kebutuhan rakyat terjamin tanpa adanya kekhawatiran. Tindak tegas dan menjalankan hukum pada penguasa -penguasa dzalim yang merugikan rakyat dan negara.
Semoga sistem yang kufur dan dzalim segera tersingkirkan dan berganti dengan sistem lslam rahmatan Lil alamin. 
 
 Allah berfirman QS Ali lmran :110  
yang artinya " Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.. 
Tetap bersemangat dalam beramar ma'ruf nahi mu'nkar. 

Baca juga:

0 Comments: