Headlines
Loading...
Oleh. Dewi Khoirul 

Bersinar kau bagai cahaya 
Yang selalu beri ku penerangan
Selembut citra kasihmu kan
Selaluku rasa dalam suka dan duka

Kaulah ibuku cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu

Sedikit penggalan dari lirik lagu diatas memberikan gambaran bagaimana tulusnya cinta kasih seorang ibu kepada buah hatinya, yang tak kenal lelah mengasuh dan mendidiknya dalam keadaan suka maupun duka.

Namun, fakta yang kita hadapi hari ini sungguh menyayat hati, banyak kita dapati seorang ibu tega menyakiti sampai membunuh buah hatinya  sendiri dengan alasan yang beragam, sebagaiman kejadian di Bekasi Utara, Kota Bekasi, ibu berinisial SNF (26) ini telah tega menghabisi nyawa buah hatinya yang masih berusia lima tahun.

Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra menyampaikan bahwa menurut pengakuan sementara dari korban adalah karena mendapat bisikan gaib. Pada Kamis.(CNNIndonesia.com,07/03/2024).

Mengamati dari fakta tesebut, setidaknya kita bisa mengambil sebuah analisa bahwa seorang ibu yang tega membunuh buah hatinya disebabkan faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal bisa dari kondisi mental seorang ibu yang kurang sehat, faktor ini lebih dipengaruhi oleh lemahnya keimanan seseorang kepada Allah SWT sehingga lemah dalam berfikir dan mudah terjerumus pada hal-hal maksiat.

Adapun faktor eksternal bisa dari keluarga inti yang tidak memberikan perhatian kepada seorang ibu, misalkan suami yang tidak bertanggung jawab memberikan nafkah pada anak istrinya atau berbuat kezaliman yang lain, bisa juga dari faktor hubungan sosial di masyarakat, yang lebih banyak mengurung diri dirumah tidak mau berinteraksi dengan orang lain, bisa juga dari media yang selalu dia akses yang menawarkan hal-hal diluar batas fitrahnya seorang ibu.

Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Qur'an akan beratnya dosa membunuh satu jiwa, apalagi itu adalah anak-anak  yang dalam pengasuhannya, disebutkan Allah bahwa mereka telah tersesat dan tidak mendapat petunjuk dari Allah, Na'uzhubillah.

Allah berfirman :

قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُوا أَوْلَادَهُمْ سَفَهًا بِغَيْرِ عِلْمٍ وَحَرَّمُوا مَا رَزَقَهُمُ اللَّهُ افْتِرَاءً عَلَى اللَّهِ ۚ قَدْ ضَلُّوا وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

Sungguh rugi orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa pengetahuan dan mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka dengan semata-mata membuat-buat kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk. (QS : Al An'am :140)

Tak bisa dipungkiri sistem kapitalisme-sekuler yang diterapkan di negeri ini telah gagal mendidik umat ini menjadi manusia-manusia yang berjiwa kuat dan bermental baja termasuk gagal membentuk seorang ibu menjadi wanita salihah yang menjadi dambaan dan teladan pertama untuk anak-anak mereka.

Berbeda halnya jika sistem Islam yang diterapkan, fitrah menjadi ibu akan terjaga. 
Karena Islam memandang  anak adalah sebuah amanah yang dititipkan Allah pada orang tuanya, maka orang tua akan berusaha maksimal menjaga amanah tersebut dengan mendidiknya untuk menjadi individu-individu yang bertakwa kepada Allah.
Anak juga adalah aset pahala bagi kedua orang tuanya, jika orang tua sudah meninggal maka akan tetap mendapatkan aliran pahala jariyah dari anak-anak yang telah dididik menjadi salih-salihah tersebut.

Untuk mempermudah orang tua mengasuh dan mendidik anak-anaknya maka negara dalam Islam memberikan pendidikan yang berkualitas dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dengan pendidikan berbasis akidah Islam.
Pendidikan inilah yang mampu menjadikan anak-anak memiliki kepribadian Islam yang tangguh, dan kelak ketika mereka menjadi orang tua akan memiliki bekal yang cukup untuk mendidik anak-anak mereka supaya memiliki kepribadian Islam yang tangguh pula.

Negara juga memberikan jaminan terkait penjagaan terhadap akidah umatnya dari hal-hal yang bisa merusak, dengan menutup semua celah yang akan menghantarkan pada kemaksiatan pada Allah, misalnya tayangan media yang berbau porno, tindak kekerasan ataupun bullying, minuman dan makanan yang diharamkan, praktek-praktek kesirikan, aliran sesat dan seterusnya.

Sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan di negeri ini yang mereduksi peran negara hanya menjadi regulator kebijakan, meniscayakan seluruh pengelolaan SDA ditangan asing.
Padahal SDA adalah kepemilikan umum yang setiap individu rakyat boleh menikmati manfaatnya maupun zatnya.

Maka Islam mewajibkan negara sebagai pengurus rakyat mengelola SDA secara mendiri, yang dengannya akan menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak bagi rakyatnya.

Kemudian hasil pengelolaan SDA bisa dikembalikan kepada rakyat berupa zatnya semisal BBM, listrik, air, dan lainnya secara mudah atau gratis. Atau berupa pembiayaan pelayanan umum seperti pembangunan jalan, rumah sakit, sekolah, masjid dan lainnya yang dibutuhkan masyarakat sehingga memudahkan mereka beraktifitas sehari-hari dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Akses yang mudah akan mewujudkan pemerataan keadilan.

Namun, jika negara telah melakukan upaya maksimal dalam meri'ayah masyarakat akan tetapi masih ada saja yang melakukan tindak kemaksiatan/kejahatan maka negara akan memberikan sanksi yang tegas dan memberikan efek jera bagi pelakunya.
Maka individu-individu dalam sistem Islam tersebut akan berpikir beribu kali lipat jika ingin melakukan tindak kemaksiatan sehingga bisa dipastikan tindak kemaksiatan seperti pembunuhan semakin minim dan bisa dihilangkan.

Wallahua'lam bisshowab. 

Baca juga:

0 Comments: