Headlines
Loading...
Oleh. Salma

Hiburan menyesatkan. Itulah yang mungkin cocok untuk disematkan pada film horor berjudul 'Kiblat' yang saat ini ramai jadi bahan pembicaraan. Film ini disinyalir menimbulkan dampak negatif bagi umat Islam hingga muncul seruan untuk memboikot film ini.

Film layar lebar dari rumah produksi Leo Picture menuai kritik pedas karena membawa simbol-simbol Islam dalam film horor mereka. Film ini menampilkan poster wanita tengah melakukan gerakan salat, rukuk dengan wajah terbalik (republika.co.id, 25/03/2024).

Salah satu kritik muncul dari Ketua MUI Bidang Dakwah KH Cholil Nafis yang turut buka suara. Menurutnya, visual yang ditampilkan dałam poster film tersebut telah melampaui batas dan bisa dianggap sebagai penghinaan. Beliau juga menambahkan bahwa film 'Kiblat' ini tidak pantas untuk dijadikan konsumsi hiburan karena bisa menjadi kesalahpahaman dalam masyarakat. Beliau dengan tegas meminta agar film 'Kiblat' ini tidak ditayangkan, karena bisa menjadi kampanye hitam terhadap ajaran Islam.

Kiai Cholil juga sangat menyayangkan bagaimana dunia perfilman seringkali menggunakan promosi sensitif dan kontroversi untuk menarik perhatian dan banyak penonton. Padahal kalau sampai menyinggung agama, harusnya tidak boleh ditayangkan apalagi ditonton.

Kapitalisasi dan Monsterisasi Simbol Islam

Poster film 'Kiblat' yang menunjukkan gambar orang sedang salat bisa jadi menimbulkan ketakutan bagi umat Islam. Mereka yang lemah akidahnya akhirnya takut ketika hendak menjalankan salat wajib apalagi salat malam. Bayangan menakutkan bisa tiba-tiba menghantui mereka sehingga malah enggan menjalankan ibadah salat.

Film-film horor semacam ini juga bisa menggerogoti akidah umat Islam. Umat Islam jadi lebih takut kepada setan, jin, dan semacamnya daripada kepada Allah. Umat Islam juga bisa beranggapan bahwa ada kekuatan lain yang bisa menandingi Allah. Astaghfirullah ... Hal ini tentu sangat membahayakan akidah umat Islam.

Keberadaan film "Kiblat" ini juga semakin menunjukkan kapitalisasi Islam oleh para kapitalis. Mereka menjadikan simbol-simbol Islam sebagai salah satu sumber materi mereka. Dengan dalih menghibur mereka justru mengantarkan umat Islam menjadi kufur. Dampak berbahaya ini tentunya tak mereka hiraukan, karena yang mereka tuju adalah keuntungan.

Perlu Solusi Tuntas

Hal-hal yang bisa membahayakan akidah umat ini tentunya harus segera diberantas. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan agar akidah umat tetap terjaga.

Pertama, setiap individu muslim harus senantiasa memperkuat keimanan dan ketakwaannya kepada Allah. Senantiasa menempa diri dengan ‘tsaqafah’ Islam kafah dan memperkuat ibadah. Pembinaan serta kontrol rutin akan membuat suasana keimanan tetap terjaga.

Kedua, masyarakat harus senantiasa peduli dengan kondisi di sekitarnya. Suasana kritis harus dibudayakan ketika ada hal-hal yang menyalahi syariat Islam. Masyarakat harus menyuasanakan keimanan komunal agar terjaga dari hal-hal yang menyesatkan.

Ketiga, negara hendaknya membuat aturan yang tegas terkait hiburan. Tayangan-tayangan yang bisa membahayakan akidah umat tidak boleh beredar di masyarakat. Negara harus mengutamakan keimanan dan ketakwaan rakyatnya daripada keuntungan materi. Hiburan boleh, asal yang bisa menguatkan iman dan takwa, bukan malah sebaliknya.

Peran negara seperti ini hanya bisa dilakukan oleh sistem yang menerapkan syariat Islam kafah. Mustahil keimanan dan ketakwaan umat terjaga selama sistem sekuler kapitalis menjadi landasannya. Kita sangat merindukan sistem Islam yang menerapkan syariat kafah. Insyaallah segera dengan izin Allah. 

Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: