Headlines
Loading...
Ramadan Penuh Rahmat, Tapi Kenapa Tidak Terasa Nikmat?

Ramadan Penuh Rahmat, Tapi Kenapa Tidak Terasa Nikmat?

Oleh. Ummi Fatih

Ramadan bulan mulia. Banyak keistimewaan ada di dalamnya. Mulai dari kesucian bulan yang bersih dari jejak para setan, karena mereka dijamin sedang diikat dalam neraka. Hingga nilai pahala bagi umat muslim yang sedang beribadah di bulan itu pun berlipat ganda.

Bahkan tak cukup hanya itu, keistimewaan ramadan yang pasti membahagiakan bagi kaum muslim telah Rasulullah ungkapkan dalam hadist shahihnya yang berbunyi :

"Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim).

Puasa memang merupakan suatu jenis ibadah luar biasa. Tidak hanya sekedar perlu untuk menahan rasa haus dan lapar, nilai pahala murni yang bisa sang pelaksana dapatkan adalah dari gejolak nafsu yang mampu ia kendalikan dengan ikhlas demi iman pada Tuhan, Allah Swt. Sehingga rasa penasaran tinggi agar bisa berjumpa langsung dengan Allah Swt dapat terwujud nyata dari pahala puasa yang mengantarkannya ke dalam surga.

Namun sayangnya, ketika ramadan tiba dan kaum muslimin bersemangat menyambutnya. Mengapa kebahagiaan puasa saat berbuka di dunia ini sekarang justru sulit terasa akibat harga sembako yang semakin meningkat? Sehingga membuat kita tidak bisa membeli menu masakan puasa yang bergizi dan nikmat. Lalu, tidakkah ada pertolongan dari sang Tuhan Maha Kuasa, agar kesulitan hidup ini segera berubah menjadi lebih baik rasanya?

Manusia Sendiri yang Menyulitkan

Tuhan, yakni Allah Swt memang Dzat Yang Maha Kuasa. Dia yang maha memegang kendali atas segalanya. Karenanya sudah pasti hanya Dia yang mampu memberikan kita bantuan untuk menyelesaikan semua masalah, termasuk masalah harga sembako yang membuat beban hidup makin berat. Sehingga dari beban tersebut, kita jadi sulit fokus beribadah dan kenikmatan puasa jadi makin pudar rasanya.

Adapun Allah Subhanahu Wa Ta'ala sendiri, sebenarnya telah memberikan bantuan itu pada seluruh umat manusia, dimana selain bantuan berupa sumber daya alam yang ditumbuhkan-Nya di atas tanah bumi dengan siraman air hujan segar yang menyuburkannya untuk mencukupi kebutuhan umat manusia. Ada pula bantuan-Nya yang berupa petunjuk pengelolaan sumber daya alam melalui hukum syariat Islam yang dapat  menstabilkan harga sumber daya alam tersebut agar tidak menyulitkan umat manusia.

Misalnya, petunjuk-Nya yang menganjurkan umat manusia untuk menghidupkan lahan mati dan menanaminya dengan pepohonan, tentu akan membuat persediaan barang sembako aman. Ketika permintaan para konsumen meningkat saat bulan Ramadan tiba, barang sembako akan tetap stabil tersedia, tanpa menyulut peningkatan harga.

Selain itu, ada pula petunjuk-Nya yang mengharamkan negara untuk melakukan tagihan pajak tanah, namun justru menyuruh negara untuk membantu para petani dalam menyiapkan biaya bercocok tanam tanpa riba. Maka, pasti akan membuat para petani tenang dalam mengembangkan usahanya. Sehingga mereka bisa menikmati semua hasil panennya tanpa potongan biaya besar yang membuat mereka juga tidak akan berpikir untuk menaikkan harga dagangan sembakonya.

Namun sayangnya, meski berbagai petunjuk sempurna telah disiapkan-Nya untuk membantu kehidupan umat manusia, justru para manusia itu sendirilah yang durhaka dan melanggarnya. Membuat sumber daya alam mengalami kerusakan dan adzab murka-Nya pun datang mencabut rasa kenikmatan bagi umat manusia.

Seperti bencana banjir yang selama ini sering datang menyerang dan merusak alam, membuat persediaan bahan pangan menurun dan menyulut peningkatan harganya. Pada faktanya, bencana itu terbukti akibat kebiasaan buruk manusia sendiri yang membuang sampah sembarangan di kolong sungaiNya.

Terlebih lagi, ketidaktegasan negara yang saat ini berkuasa, membiarkan rakyat manusianya merusak alam ciptaan Allah Swt itulah yang membuat-Nya murka. Sehingga Allah jadi sengaja mengirimkan adzab kehidupan yang memberatkan manusia. Namun bukan demi suatu penyiksaan, tetapi agar mereka sadar dan kembali ke jalan yang benar. Sebagaimana firman-Nya :

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS. Ar Rum : 41)

Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita harus selalu mematuhi semua petunjuk-Nya itu. Agar kita tidak keliru dalam mengelola sumber daya alam untuk menyejahterakan kehidupan. Sehingga bulan Ramadan mulia yang selalu kita rindukan dapat benar-benar terasa nikmat di dunia dan akhirat. 

Baca juga:

0 Comments: