Headlines
Loading...
Semangat Ramadhan, Benteng Politik dan Perubahan Umat

Semangat Ramadhan, Benteng Politik dan Perubahan Umat

Oleh Siti Aisah,S. Pd  
(Praktisi Pendidikan Kabupaten Subang)  

Perhelatan pesta demokrasi 2024 telah usai. Fakta dilapangan jauh berbeda dari yang diharapkan. Masyarakat yang masih berharap perubahan ada dalam demokrasi, tapi sejatinya menelan pil pahit yang tak kunjung sembuh pula. Keganjilan demi keganjilan terus saja berseliweran, setidaknya ada 914 kasus dugaan penyimpangan pemilu yaitu berdasarkan dari laporan tertanggal 29 Agustus 2023 hingga 19 Maret 2024.(antara.news.com,26/03/2024)  

Pada kesempatan pemilu ini Prabowo Subianto menang telak dari para rivalnya yaitu Anis Baswedan-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud. Perjuangannya telah membuahkan hasil. Setidaknya mantan menantu presiden Soeharto ini telah melalui Pilpres empat kali berturut- turut. Capres nomor urut 2 ini pun bersanding dengan Gibran Rakabuming yang notabene adalah anak dari Pemimpin nomor satu di Indonesia. Hasilnya adalah 96.214.691 suara di 26 provinsi atau sekitar 58,59. Berikut ini ada sembilan jenis penyimpangan dalam pemilu, yakni masalah Daftar Pemilih Tetap (DPT), hilangnya netralitas aparatur penyelenggara negara, lalu terdapat kampanye yang melibatkan anak-anak, tak ketinggalan politik uang, ataupun adanya intimidasi dari pihak tertentu, sistem informasi rekapitulasi (Sirekap) yang menyimpang, pelanggaran kode etik dan pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara seperti inkompetensi dalam menjalankan proses pemilu, dan kesengajaan atau manipulasi (news.detik.com,30/03/2024) 

Lantas bagaimana nasib rakyat saat ini di tengah kacaunya perpolitikan negeri ini. Hal ini karena tidak ada jaminan bahwa sistem yang diterapkannya ketika berkuasa adalah sistem Islam. Maka ketika pijakannya masih tetap liberalisme-kapitalisme dan sekulerisme maka siapapun pemimpinnya tidak akan ada perubahan. Sistem ini pun memberi peluang memunculkan berbagai kebohongan apalagi dalam hitungan hari bulan akbar yakni Ramadhan akan segera usai. Namun, saat ini janganlah umat terpengaruh dengan hasil perhitungan KPU yang telah diumumkan. Tapi, fokus saja pada bulan agung ini adalah ibadah, karena bulan ini sangat istimewa bagi kaum Muslim. Ganti presiden ataupun tidak, sejatinya tidak akan mengubah apapun, sebab sistem yang digunakannya masih sama. Yakni Kapitalisme-Demokrasi. 

Berbeda halnya dengan semangat syiar ramadhan kaum muslim yang selalu menjadikan Al- Qur’an sebagai sandaran dalam kehidupan, bukan yang lain. Kala Ramadhan tiba, Rasulullah Saw, mengingatkan kepada umatnya bahwasanya Allah Swt. akan senantiasa menaungi kaum Muslim dengan segala keagungan-Nya. Bahkan tak tanggung-tanggung terdapat pahala amalan sunnah pada bulan ini setara dengan pahala amalan fardhu pada bulan lainnya. Sedangkan bagi pahala amalan fardhu sendiri akan dilipatgandakan. Sungguh, pada bulan ini pula ada satu malam yang sama seperti seribu bulan (baca; Lailatul Qadar) dan bahkan lebih baik daripada malam lainnya. Tak ketinggalan pula, semangat Ramadhan yang merupakan salah satu syiar Islam lainnya adalah mampu menumbuhkan semangat persatuan seluruh kaum Muslim dari ufuk barat hingga ufuk timur. Sehingga kaum Muslim pun menjadi sadar, bahwa mereka adalah satu tubuh/satu umat.  

Saat terjadi pengkotak-kotakan umat oleh penjajah dengan bungkus nasionalisme/fanatisme golongan/partai/kelompok, maka umat seperti diberi angin kepentingan sesaat. Hal ini karena yang mendasar dari sistem buatan manusia itu adalah adanya penghormatan/ penghambaan kepada manusia. Akan tetapi dengan adanya semangat Ramadhan yang satu ini, perhormatan itu akan segera pudar. Karena itu, sejatinya Ramadhan merupakan wadah penyucian diri (tazkiyah an-nafs) bagi kaum Muslim secara serentak di seluruh penjuru dunia. Shaum, Syariah dan Khilafah adalah benteng  

Rasullullah Saw bersabda, “Shaum adalah benteng dari api neraka. Karena itu, siapa saja yang berpuasa, janganlah hari itu berlaku jahil( melakukan perbuatan jahiliyah)”. (HR an- Nasa’i).  

Kitab Syarah Sunan an- Nasa’i, Imam Suyuthi menjelaskan hadis tersebut dengan menyatakan, ”Janganlah ia melakukan perbuatan- perbuatan orang jahil.” Di antara sikap orang jahil adalah ketika disuruh mengimani Allah dan syariah- Nya, mereka menolak dan menganggap orang- orang yang menaati- Nya sebagai orang bodoh (sufahâ'). Padahal kata Allah, merekalah yang bodoh itu (Lihat QS al- Baqarah (2) 13). Jadi, jelaslah shaum merupakan benteng bagi kaum Mukmin. 

Namun, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tidak cukup hanya shaum yang menjadi benteng Rasulullah saw. menyatakan bahwa perlu ada benteng lain. Itulah Imam/ Khalifah yang menerapkan Islam. Beliau bersabda 

Sesungguhnya Imam/ Khalifah itu adalah benteng, tempat umat berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya. Jika ia memerintahkan ketakwaam kepada Allah ’ Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya pahala. Jika ia memerintahkan selainnya, ia celaka.” (HR Muslim).  

Jelas, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa pemimpin dan pejabat semestinya justru menjalankan syariah Islam, bukan malah anti syariah. Maka sangatlah wajar, jika umat saat ini kehilangan benteng. Hal ini karena muaranya juga dijadikan rebutan oleh pihak asing imperialis (baca; penjajah) bersama para koleganya dengan putra-putri Islam sendiri.  Dengan demikian upaya penegakan syariah secara kâffah dalam naungan Khilafah Islamiyah semestinya bisa menemukan instigation saat bulan Ramadhan. Dengan itulah umat mempunyai benteng. Dengan benteng itulah umat secara pribadi terjaga serta secara kolektif maju, makmur dan terbebas dari penjajahan Kapitalisme global. Sebaliknya, sikap anti-syariah dengan berbagai bentuknya merupakan pengingkaran terhadap Allah sekaligus penodaan terhadap kesucian dan kemuliaan bulan Ramadhan.  Na‘ûdzu billâh min dzâlik.  Wallahu’alam bish- shawwab.

Baca juga:

0 Comments: